Produksi dan Kandungan Protein Maggot (Hermetia illucens) Dengan Menggunakan Media Tumbuh Berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL. Tabung. Alat. Gambar 1 Cara memberi makan imago. terakhir berhasil hingga sempurna (telurlarva-pupa-imago-telur).

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

D120 - REDUKSI LIMBAH PALM KERNEL MEAL DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN LARVA HERMETIA ILLUCENS

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4 Tahun 2014

MATERI DAN METODE. Materi

EFEKTIFITAS MEDIA PERTUMBUHAN MAGGOTS Hermetia illucens (Lalat Tentara Hitam) SEBAGAI SOLUSI PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK

PENGGUNAAN AMPAS TAHU dan KOTORAN AYAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MAGGOT (Hermetia illucens)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

MATERI DAN METODE. Materi

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

Ade Trisna*), Nuraini**)

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

III. MATERI DAN METODE

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 2 : (Juli 2017) ISSN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

PEMANFAATAN MANURE HASIL DEGRADASI LARVA LALAT HITAM (Hermetia illucens L) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS FASE GROWER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

bio.unsoed.ac.id HEWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN IKAN LELE, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan PURWOKERTO

Pengumpulan daun apu-apu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

MATERI DAN METODE. Materi

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Transkripsi:

Produksi dan Kandungan Protein Maggot (Hermetia illucens) Dengan Menggunakan Media Tumbuh Berbeda Falicia A. Katayane; B. Bagau*); F.R.Wolayan*);M.R.Imbar*) Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Jalan Kampus Selatan Kleak, Manado 95115 E-mail :faliciakatayane@yahoo.co.id bettybagau@unsrat.ac.id rinayw@yahoo.com meityimbar@yahoo.com ABSTRAK Suatu penelitian telah dilaksanakan untuk mempelajari sejauh mana pengaruh penggunaan media tumbuh yang berbeda terhadap produksi dan kandungan protein maggot (Hermetia illucens). Penelitian ini menggunakan 2 jenis media tumbuh (T1 = Bungkil Kelapa, dan T2 = Feses Ayam Petelur) dengan. Uji tdigunakan untuk membandingkan pengaruh ke 2 perlakuan. Variabel yang diukur yaitu Produksi Berat Segar, Produksi Bahan Keringdan Kandungan Protein Maggot(Hermetia illucens). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi berat segar (T1 = 93.42 g dan T2 = 72.11 g),produksibahan kering (T1 = 35,51 g dan T2= 32,72 g) dan kandungan protein maggot(hermetia illucens)(t1= 39,95% dan T2 = 25,05%). Hasil Uji tperlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap, semua parameter yang diukur.berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media tumbuh bungkil kelapa lebih baik dalam memproduksi berat segar, bahan kering dan protein maggot (Hermetia illucensdibandingkan dengan feses ayam petelur. Kata kunci : Bungkil Protein kasar. kelapa,feses ayam petelur,maggot,berat segar, Bahan kering *) Alumni Fakultas Peternakan Unsrat **) Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak 27

ABSTRACT Production and Protein Content ofmaggot (Hermetia illucens) Using Different Growth Medium Falicia A. Katayane; B. Bagau*); F.R.Wolayan*);M.R.Imbar*) Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Jalan Kampus Selatan Kleak, Manado 95115 E-mail :faliciakatayane@yahoo.co.id bettybagau@unsrat.ac.id rinayw@yahoo.com meityimbar@yahoo.com ABSTRACT An experiment has been conducted to elaborate the use of different growth medium on production and protein content of maggot (Hermetia illucens). Two growth mediums were used in the present study (T1 = copra meal and T2 = layer chicken manure). T-test was employed to analyze treatment differences. Variables measured were: production (wet and dry weight) and protein content of Maggot (Hermetia illucens). Research results showed that production of Maggot in wet weight were: T1 = 93.42 g vs T2 = 72.11 g, production of Maggot in dry weight (T1 = 35,51 g vs T2= 32,72 g), and protein content of Maggot(T1= 39,95% vs T2 = 25,05%). Statistical analyses revealed that utilization of copra meal had a significantly higher (P < 0,05) compared with layer chicken manure as a growth medium in all variables measured. It can be concluded that copra meal is better than layer chicken manure as a growth medium in producing wet and dry weight, and protein content of Maggot (Hermetia illucens). Key Words : Growth Medium, Copra Meal, Layer Chicken Manure, Maggot(Hermetia illucens). * ) Advisor 28

PENDAHULUAN Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang berkualitas. Pemanfaatan bahan pakan hingga kini belum tertanggulangi, dalam arti kompetisi antara pangan dan pakan masih terus berlanjut terutama pakan sumber protein, sehingga menimbulkan dilema bagi nutrisionis.tingginya harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi peternak karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan usaha peternakan yaitu 50-70%. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak, salah satunya yaitu dengan melakukan riset untuk menghasilkan pakan yang ekonomis dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Maggot Hermetia illucens dapat dijadikan pilihan untuk penyediaan pakan sumber protein karena lalat ini mudah ditemukan, dikembangbiakkan, dan merupakan salah satu jenis bahan pakan alami yang memiliki protein tinggi. Keberhasilan produksi dan kualitas maggot sangat ditentukan oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalathermetia illucens. Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan penelitian tentang produksi dan kandungan protein maggot Hermetia illucensdengan menggunakan media tumbuh yang berbeda. MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, pada bulan Juli sampai dengan September 2013 selama 3 bulan.alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang lalat ukuran 1,17m x 58cm x 58cm, kertas alumunium foil, timbangan kg, timbangan digital, wadah plastik, daun pisang kering, stoples, thermometer ruangan, thermometer batang, ph meter, kamera, dan alat tulis menulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu telur lalat Hermetia illucens,air, bungkil kelapa dan kotoran segardari ternak ayam petelur.tabel 1 menampilkan kandungan nutrisi bungkil kelapa, dan feses ayam petelur. Tatalaksana Penelitian Penelitian ini terdiri dari 6 tahap yaitu : 1. Budidaya Lalat Hermetia Illucens Tahap awal budidaya lalat Hermetia illucens dimulai dengan mengkoleksi pupa Hermetia illucens pada media bungkil kelapa di kandang Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Larva yang di koleksi ± 1000 ekor, selanjutnya pupa-pupa tersebut di tetaskan dengan jangka waktu ± 2 bulan pada beberapa wadah khusus yang telah di sediakan. 29

2. Persiapan Kandang dan Media Tumbuh Maggot Kandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang lalat ukuran 1,17mx58cmx58cm, pada setiap sisi kandang di tutup dengan ram. Lantai kandang disediakan media bungkil kelapa yang telah dicampur air dan ditutup dengan daun pisang kering. Perbandingan bungkil kelapa dengan air yaitu 2:1. Media ini digunakan untuk menarik lalat supaya bertelur pada daun pisang kering. Selanjutnya lalat dewasa akan melakukan proses perkawinan didalam kandang dan menghasilkan telur. Lalat Hermetia illucens meletakan telur-telurnya dibawah daun pisang kering atau pada lipatan-lipatannya. 3. Koleksi telur Hermetia illucens Telur lalat Hermetia illucens yang diperoleh dikumpulkan dalam alumunium foil dan disimpan dalam lemari es pada suhu 5 C. Penetasan telur lalat Hermetia illucens dilakukan dengan cara mengeluarkan telur lalat dari lemari es dan disimpan pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke dalam media tumbuh. 4. Media Tumbuh Maggot Wadah media tumbuh sebanyak 20 buah masing-masing diisi dengan 2 kg bahan media tumbuh dan 1 liter air sesuai dengan perlakuan dan ulangan penelitian. Pengontrolan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 wita, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 17.00 wita. Semua media kotoran ternak tersebut dalam kondisi segar. Media tumbuh berupa bungkil kelapa dibeli dari Winangun Poultry Shop sebanyak 20 kg, dan feses ayam petelur sebanyak 20 kg diperoleh dari PT. Unggas Jaya Tanawangko. Media tumbuh berupa bungkil kelapa dan feses ayam petelur, diambil sampelnya sebanyak 250 gram kemudian dikirim di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran untuk mengetahui komposisi proksimat media- media tersebut. 5. Penetasan telur Hermetia illucens dalam media Telur sebanyak 0,45 gram selanjutnya dimasukkan ke dalam media tumbuh. Setelah empat hari dilakukan pengamatan untuk memastikan bahwa telur-telur tersebut telah menetas. 6. Panen Maggot Maggot yang sudah berumur 2 minggu yang masih berada di dalam media kemudian dicuci dengan air, untuk memudahkan pemisahan maggot dari ampas media. Selanjutnyamaggot ditimbang dan siap untuk ditampung dalam kantong plastik. 7. Analisis Sampel maggot dikirim di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran untuk dianalisis kandungan proteinnya. 30

Pengambilan Sampel Sampel maggot dikeringkan di dalam oven dengan temperatur 105 o C sampai beratnya konstan, kemudian dihitung kandungan bahan kering dan protein kasarnya sedangkan perhitungan berat segar dilakukan bersamaan dengan waktu panen maggot dari masingmasing media tumbuh yang berbeda. Variabel yang diukur : 1. Produksi Berat Segar maggot (gram) 2. Produksi Bahan kering Maggot (gram) 3. Kandungan Protein Kasar Maggot (%) Rancangan Percobaan Rancangan penelitian yang digunakan adalah uji t, yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu T1 = 1 liter air+ 2 kg bungkil kelapa dan T2 = 1 liter air + 2 kg Feses Ayam petelur. Untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap setiap variabel yang diamati, data hasil penelitian dianalisis menurut uji t sesuai rancangan percobaan yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian produksi berat segar, produksi bahan kering dan kandungan protein kasar maggot (Hermetia illucens) menggunakan media tumbuh berbeda disajikan pada Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Berat Segar Maggot Data Tabel 2 menunjukkan, rataan produksi berat segar maggot untuk perlakuan T1 (Media Bungkil Kelapa)sebesar 93.42 g dan T2(Media feses ayam petelur) 72.11 g. Hasil Uji t, menunjukkan bahwa perlakuan T1 berbeda nyata lebih tinggi,( P<0.05) dalam menghasilkan berat segar maggot Hermetia illucensdibandingkan dengan T2. Berdasarkan hasil uji t, berarti penggunaan bungkil kelapa sebagai media tumbuh maggot Hermetia illucens menghasilkan berat segar yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media feses ayam petelur. Sekalipun produksi berat segar maggot Hermetia illucenst1 lebih tinggi dari T2 namun pada kedua perlakuan tersebut maggot Hermetia illucens dapat bertumbuh baik, Tomberlin dkk., 2002 menyatakan bahwa maggot Hermetia illucens dapat dikembangbiakkan pada media yang kaya akan bahan organik. Olivier (2000) menyatakan bahwa maggot Hermetia Illucensmempunyai keistimewaan yaitu bila nutrien tidak cukup untuk perkembangan larva maka fase larva dapat mencapai 4 bulan tetapi bila nutrien 31

cukup maka lama fase larva hanya memerlukan waktu 2 minggu. Masa panen pada penelitian ini adalah 2 minggu dengan demikian menunjukkan bahwa perkembangan maggot pada penelitian ini cukup baik. Perbedaan produksi berat segar maggot Hermetia illucens T1 lebih tinggi dari T2 kemungkinan disebabkan oleh kualitas media tumbuh yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap sumbangan zat gizi bagi telur telur maggot untuk berkembang biak. Hasil analisis laboratorium terhadap media yang digunakan yaitu bungkil kelapa mengandung protein 24.74%, Serat kasar 15.02%, Lemak 9,36%, abu 6.95% dan energi bruto 4373 kkal Sedangkan feses Ayam Petelur mengandung protein 17.15%, Serat kasar 7.45%, Lemak 2.56%, abu 4.01% dan energi bruto 2899 kkal (Laboratorium Kimia Makanan dan Nutrisi Ruminansia Fapet Unpad, 2013). Hem dkk., (2008) menyatakan bahwa umumnya substrat yang berkualitas akan menghasilkan maggot Hermetia illucens yang lebih banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan serta perkembangan maggot Hermetia illucensyang hasilnya dapat diukur melalui produksi berat segar maggothermetia illucens. Sebagai bahan limbah feses ayam petelur memang mengandung zat-zat gizi namun secara kuantitas dan kualitas lebih rendah terutama nilai energi tersedia dan menurut Arief dkk.,(2012) menyatakan bahwa kekurangan energi dapat menghambat perkembangan tubuh maggothermetia illucens. Kandungan dan jenis protein serta zat makanan lainnya yang terkandung dalam feses yam petelur lebih rendah dibandingkan dengan bungkil kelapa. Murni.,dkk (2008) mengatakan bahwa protein yang ada di feses berupa senyawa Non Protein Nitrogen dengan demikian kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan protein kasar yang terdapat pada bungkil kelapa dan ini mempengaruhi suplai zat gizi bagi perkembangan maggot Hermetia illucens. Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Bahan Kering Maggot Data Tabel 2, menunjukkan rataan produksi bahan kering maggot Hermetia illucens yang menggunakan media tumbuh bungkil kelapa menghasilkan bahan kering sebesar 35,51 g dan yang menggunakan feses ayam petelur sebesar 32,72 g. Hasil ini menunjukkan bahwa media bungkil kelapa lebih tinggi dalam memproduksi bahan kering maggothermetia illucens dibandingkan dengan media.feses ayam petelur, dan ini diperjelas oleh hasil uji t yang menunjukkan bahwa perlakuan T1 berbeda nyata dengan T2. Produksi bahan kering maggot Hermetia illucensyang dihasilkan dari penelitian ini dengan menggunakan media tumbuh bungkil kelapa hasilnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Aam (2012) yang mendapatkan bahwa rataan kadar bahan kering maggot Hermetia illucensyang tumbuh di media bungkil kelapa yaitu 37.67 gdan yang menggunakan media bungkil kelapa sawit yaitu 37,94 g. Produksi bahan kering maggot Hermetia illucens yang tumbuh di media bungkil kelapa berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bahan kering maggot Hermetia illucens yang tumbuh di media feses ayam petelur,hasil ini sejalan pula dengan produksi 32

berat segar maggot. Perbedaan produksi bahan kering ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan kadar air media tumbuh, bungkil kelapa kandungan airnya sekitar 10% jauh lebih rendah dibandingkan dengan kadar air media feses ayam petelur sebesar 53,1%. Menurut Tran., dkk (2014), dalam membudidayakan maggot kadar air media harus rendah, karena maggot tidak dapat berkembang baik bahkan tidak dapat tumbuh pada media dengan kadar air tinggi. Selain disebabkan karena perbedaan kadar air faktor lain yang kemungkinan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan yang berdampak pada produksi segar maupun produksi bahan kering maggot adalah suhu media. Hasil pengukuran suhu media bungkil kelapa berkisar 29-30 0 C, sedangkan suhu media feses ayam petelur antara 26-27 0 C, menurut Tomberlin.,dkk (2009), maggot Hermetia illucens yang dikembangkan dimedia dengan suhu 27 0 C pertumbuhannya lebih lambat, dibandingkan suhu 30 0 C dan jika suhu media mencapai 36 0 C tidak akan ada maggot yang dapat bertahan hidup. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Protein Kasar Maggot Data pada Tabel 2 menunjukkan rataan kandungan protein kasar maggot Hermetia illucens pada perlakuan T1 sebesar 39.95% dan perlakuan T2 25.05%. Hasil Uji t, menunjukkan bahwa perlakuan T1 berbeda nyata lebih tinggi dari perlakuan T2. Artinya tinggi rendahnya kandungan protein maggot Hermetia illucens, dipengaruhi oleh perbedaan media tumbuh yang digunakan. Hasil penelitian Diener dkk., (2009) kandungan nutrien tepung maggothermetia illucens mengandung protein kasar berkisar 28,2-42,5 %. Selain itu Newton dkk., (2009) menyatakan bahwa kandungan protein kasar maggothermetia illucens sebesar 43,2%. Menurut Olivier (2000) larva lalat black soldier mengandung protein 42,1%, sedangkan hasil penelitian Rachmawati (2010) menggunakan media bungkil kelapa sawit kandungan proteinnya 44,01%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa kandungan protein kasar dengan media bungkil kelapa sebesar 39.95% masih berada pada kisaran hasil penelitian Diener dkk., (2009) namun lebih rendah dari hasil penelitian Newton dkk., (2009), Olivier (2000) dan Rachamawati (2010). Protein yang dikandung oleh maggothermetia illucensbersumber dari protein yang terdapat pada media tumbuh karena maggothermetia illucens memanfaatkan protein yang ada pada media untuk membentuk protein tubuhnya.jika kuantitas dan kualitas media tinggi akan berpengaruh positif pada kuantitas dan kualitas protein maggothermetia illucens. Feses ayam petelur memiliki kuantitas dan kualitas protein yang lebih rendah dibandingkan dengan bungkil kelapa. Kandungan protein feses ayam petelur yaitu 17.15% dan bungkil kelapa 24.74% (Laboratorium Kimia Makanan dan Nutrisi Ruminansia Fapet Unpad, 2013). Secara kualitas protein feses adalah bahan buangan atau limbahyang merupakan sisa-sisa hasil pencernaan dan metabolisme berupa senyawa-senyawa NPN yang terdiri dari uric acid, ammonia,urea, creatine dan creatinine (Murni., dkk 2008), dengan demikian dilihat dari kuantitas dan kualitas protein feses ayam petelur jauh lebih 33

rendah dengan bungkil kelapa dan ini berpengaruh terhadap protein yang dikandung oleh maggot (Hermetia illucens). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media tumbuh bungkil kelapa lebih baik dalam memproduksi berat segar, bahan kering dan protein maggot (Hermetia illucens) dibandingkan dengan media feses ayam petelur. DAFTAR PUSTAKA Aam Gunawan, 2012. Aplikasi Maggot Black Soldier Fly (Hermetia Illucens)yang Dibiakkan Dalam Manur Unggas Sebagai campuran Pakan Periode Pertumbuhan Dan produksi Telur Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica). Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung. Arief. M, Ratika. N. A, dan Lamid. M. 2012. Pengaruh Kombinasi Media Bungkil Kelapa Sawit Dan Dedak Padi Yang DifermentasiTerhadap Produksi Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber Protein Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4 No 1. Diener, S., C. Zurbrugg, and K. Tockner. 2009. Conversion of Organic Material by Black Soldier Fly Larvae Establishing Optimal Feeding Rates.Waste. Manaj. Res. 27:603-610. Hem, S., S. Toure, Ce Sagbla, and M. Legendre. 2008. Bioconversion of Palm Kernel Meal for Aquaculture: Experiences from the Forest Region (Republic of Guinea).African Journal of Biotechnology 7:1192-1198. Newton, G. L., D. C. Sheppard, D. W. Watson, G. J. Burtle, C. R. Dove, J. K. Tomberlin, and E. E. Thelen. 2009.The Black Soldier Fly, Hermetia illucens, as a Manure Management /Resource Recovery Tool. Melalui http://www.cals.ncsu.edu/wastemgt/natlcenter/sanantonio/newton.pdf[17/05/2013]. Olivier PA. 2000. Larval Bio-conversion. E-conference: Area-Wide Integration of Specialized Crop and Lifestock Production. Melalui http://leadfr..vurtualcentre.org/en/ele/awi_2013/downloads.htm [01/05/2013] 34

Rachmawati. 2010. Sejarah Kehidupan Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit.Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tomberlin, J.K., D.C. Sheppard, and J.A. Joyce. 2002. Selected Life-History Traits of Black Soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) Reared on Three Artificial Diets. Ann. Entomol.Soc.Am. 95(3):379-386. Tomberlin, J.K., P.H. Adler, and H.M. Myers. 2009. Development of the Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) in Relation to Temperature. Environ. Entomol. 38(3):930-934. Tran, G. Gnaedinger, C. Melin, C. 2014. Black soldier Fly Larvae (Hermetia illucens). Feedipedia. Org. Melalui: http://www.feedipedia.org/node.16388. Murni. R, Suparjo, Akmal, Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas peternakan Universitas Jambi. Tabel 1. Kandungan nutrisi bungkil kelapa, dan feses ayam petelur 35

Kandungan Gizi Media Tumbuh Bungkil Kelapa Feses Ayam Petelur Protein Kasar (%) 24.74 17.15 Serat Kasar (%) 15.02 7.45 Lemak Kasar (%) 9.36 2.56 E.Bruto (kkal/kg) 4373 2899 Abu (%) 6.95 4.13 Ket : Hasil Analisa Laboratorium Kimia Makanan dan Nutrisi Ruminansia Fapet Unpad (2013). Tabel. 2 Produksi berat segar, produksi bahan kering dan kandungan protein kasar Maggot(Hermetia illucens) menggunakan media tumbuh berbeda. Perlakuan Produksi T1 T2 Berat Segar (gram) 93,42 a 72,11 b Bahan Kering (gram) 35,51 a 32,72 b Protein Kasar (%) 39,95 a 25,05 b Ket. : Nilai pada baris yang sama dengan superskrip yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0.05). 36