Adanya Kegiatan Usaha

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perluasan Lapangan Kerja

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

RENCANA AKSI DAERAH PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PROVINSI JAMBI

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi:

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAPPEDA Planning for a better Babel

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

Transkripsi:

Seminar Nasional PERDAMAIAN BERKELANJUTAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA Membangun Sentra Baru bagi Pertumbuhan yang Menarik-Minat Sektor Swasta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Direktorat Pegembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Adanya Kegiatan Usaha Adanya permintaan Adanya Penyedia penjaja Adanya Kepastian Aturan Usaha (Kepastian Hukum) Adanya Keamanan Adanya Ketertipan Adanya alat transaksi Adanya Sarana Informasi, transportasi, Komunikasi, serta fasilitas transaksi, dll. 1

Sentra baru lokasi bagi pertumbuhan Dapat tumbuh oleh inisiatif masyarakat dengan memanfaatkan kearifan-lokal (Social Capital), kebersamaan melalui, proses pemahaman untuk memenuhi harapan agar memdapatkan nilai-nilai lebih (Keuntungan) dari kegiatan itu. Seperti: Pasar Baku-bae di Kota Ambon paska krisis, Pasar Kaget di Kota TUAL, Pulau KAI Kecil dll. Sentra Baru yang timbul Bagi sentra-sentra kegiatan ekonomi seperti ini, menjadi pertanda bahwa kegiatan usaha telah mulai bergerak dan selanjutnya menjadi tugas pemerintah untuk menfasilitasi dan medukung pertumbuhannya sesuai dengan peraturan yang ada agar supaya dapat dilengkapi dengan manajemen pasar yang baik, kebersihan dan mengamankan lingkungan dari pencemaran yang akan terjadi serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang diperlukan. 2

Menarik Minat sektor swasta Pelaku usaha selalu memperhatikan perkembangan pasar disuatu daerah dan menentukan minatnya sesuai dengan peluang dan dinamika masyarakat yang sedang berlangsung, tumbuh dan berkembangnya permintaan dan kuatnya daya beli masyarakat terhadap produk tertentu. (Pasar sayur, pasar mebel, pasar buah, pasar elektronik, pasar bahan bangunan dll). Faktor lain yang menentukan pertumbuhan Lokasi dan kondisi masyarakat disekitarnya (Pasar Cipulir oleh PD Pasar Jaya semula diperuntukan bagi penampungan (Semi permanen) pedagang sayur dan Ikan, selanjutnya berkembang menjadi salah satu Pasar (permanen dan bertingkat dan AC) Garmen dan Tekstil yang besar di Jakarta. Pedagang di Pasar Cipulir telah menarik minat Pedagang dari berbagai tempat di nusantara untuk datang dan melakukan kegiatannya di situ. 3

Pasar AMUR di BukitTinggi (Sumbar) 4 tahun yang lalu direncanakn dan dibangun pasar dengan kurang lebih 2,000 kios untuk dijadikan Sentra baru untuk pedaganag garmen dan tekstil. Dalam perkembangannya saat ini pasar tersebut lebih sesuai untuk menjadi sentra untuk perdagangan Sayur mayur segar, untuk di jual antar propinsi dan antar kota di sumatera-barat. Membangun sentra baru bagi pertumbuhan ekonomi di daerah pra konflik Terjadinya konflik (Fisik/Politik) akan menyebabkan kepastian dan keamanan berusaha dan kepastian hukum menjadi terganggu, dan hal ini akan menyebabkan terjadinya perpindahan para pelaku kegiatan usaha untuk memindahkan usaha beserta modalnya ketempat yang lebih memberikan kepastian berusaha. Hal ini telah menyebabkan terjadinya kekosongan institusi usaha(p.t, eksportir dan Importir), pelaku usaha yang tertinggal umumnya adalah pengusaha spekulan yang memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan untuk periode tertentu saja. 4

Perlunya membangun kembali (Institusi) Usaha-Formal Untuk daerah paska konflik dibutuhkan keberadaan pelaku usaha dan badan-badan usaha (Institusi usaha), yang akan bekerja menggerakan roda perekonomian setempat (lokal ekonomi) Melalui pendekatan berbasis kemitraan dan menggunakan pola pendekatan yang fokus pada pemanfaatan dan optimalisasi sumber daya dan dana dan kompetensi lokal. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL 5

PENDEKATAN KPEL? Suatu pendekatan untuk merangsang dan mendorong pengembangan ekonomi lokal yang bertujuan untuk mengintegrasikan daerah kurang berkembang dengan pusat perekonomian melalui penguatan keterkaitan antara produsen dengan pasar di tingkat lokal, nasional, dan internasional MENGAPA PERLU KPEL? 1. Pembangunan selama ini dirumuskan secara sentralistik 2. Kurangnya dialog di antara stakeholder dalam memecahkan persoalan lokal ego sektoral 3. Pembangunan sering mengabaikan dan tidak mampu mendayagunakan potensi dan kompetensi lokal 4. Adanya kesenjangan antar sektor dan daerah dalam pembangunan 5. Otonomi daerah 6

MANFAAT KPEL? 1. Wadah bagi partisipasi masyarakat 2. Metodologi yang menunjang transparansi dan akuntabilitas 3. Pengembangan kegiatan usaha 4. Pemberdayaan produsen dan masyarakat 5. Pengentasan Kemiskinan 6. Kerjasama lintas sektoral dan daerah MANFAAT KPEL? 1. Wadah bagi partisipasi masyarakat o Sebagai wadah bagi terjadinya dialog antara pemerintah dan sektor swasta serta mendorong partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi 7

MANFAAT KPEL? 2. Mendorong terjadinya transparansi dan akuntabilitas o Melalui forum kemitraan dan dialog, pendekatan KPEL menunjang terjadinya transparansi melalui penyebarluasan informasi dan memungkinkan terjadinya akuntabilitas atau permintaan pertanggunggugatan terhadap semua stakeholder MANFAAT KPEL? 3. Pengembangan Kegiatan Usaha, melalui : o peningkatan ketrampilan, teknologi dan produktifitas o Peningkatan nilai tambah o penyediaan informasi pasar o fasilitasi kemitraan antara usaha besar dan usaha kecil o menciptakan iklim usaha yang kondusif o kemudahan akses terhadap modal 8

MANFAAT KPEL? 4. Pemberdayaan Produsen o Dalam memberdayakan produsen, KPEL diantaranya mengembangkan dan memperkuat organisasi produsen agar dapat melakukan perdagangan secara kolektif sehingga posisi tawar meningkat. MANFAAT KPEL? 5. Pengentasan Kemiskinan o Meningkatkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja produktif pada rumahtangga miskin di dalam wilayah yang relatif belum berkembang 9

MANFAAT KPEL? 6. Kerjasama Lintas Sektoral dan Daerah o Menciptakan koordinasi dan kerjasama antar sektor dan antar daerah, terutama dengan daerah sekitar yang memiliki keterkaitan kepentingan dalam pembangunan ekonomi JADI, BAGAIMANA KPEL MEMACU PEL? o o Jaringan kerjasama semua komponen masyarakat (multi stakeholder) dalam wadah kemitraan lokal Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal pada klaster ekonomi terpilih 10

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 1. Sosialisasi KPEL Tujuan membuat orang memahami pendekatan dan manfaat KPEL Siapa yang melakukan? pemerintah, individu, atau organisasi yang memiliki visi, energi dan jaringan dengan stakeholder lain ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 1. Sosialisasi KPEL Apa yang dilakukan a) mengumpulkan informasi tentang KPEL b) mencari orang-orang untuk dijadikan kader atau fasilitator c) membuat orang mengenal dan memahami KPEL 11

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 2. Memilih Kader PEL Tujuan memilih seorang kader untuk memfasilitasi persiapan dan pelaksanaan KPEL di suatu Kabupaten/Kota Siapa yang memilih kader? individu atau organisasi yang mensosialisasikan KPEL ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 2. Memilih Seorang Kader PEL Apa yang dilakukan? 1. menyeleksi dan memilih kader PEL 2. mencari sumberdana untuk biaya operasional dan pelatihan untuk kader PEL 3. Menyepakati TOR untuk kader PEL 12

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 3. Identifikasi dan Pemilihan Klaster Tujuan mengidentifikasi dan memilih klaster sebagai fokus kegiatan kemitraan Siapa yang melakukan? Stakeholder lokal yang terkait ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 3. Identifikasi dan Pemilihan Klaster Apa yang dilakukan? a) mengidentifikasi klaster b) memilih dan menetapkan klaster 13

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 4. Mendirikan kemitraan lokal di tingkat kota Tujuan mendirikan kemitraan di tingkat kabupaten/kota sebagai suatu forum untuk dialog, perencanaan, penyusunan strategi dan pengambilan keputusan sekitar masalah pembangunan kota Siapa yang melakukan? Kader PEL dengan dukungan stakeholder setempat ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 4. Mendirikan kemitraan lokal di tingkat kota Apa yang dilakukan? mendirikan kemitraan termasuk merumuskan tugas dan fungsi kemitraan membuat rencana kerja strategi pengembangan ekonomi kabupaten/kota melakukan monitoring terhadap pelaksanaan mendapatkan surat pengakuan kemitraan dari Bupati/Walikota 14

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 5. Melaksanakan studi/penelitian Tujuan menyediakan informasi yang berguna bagi forum kemitraan dalam menyusun strategi pengembangan klaster dan perekonomian kabupaten/kota Siapa yang melakukan? Anggota forum kemitraan atau konsultan independen ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 5. Melaksanakan studi/penelitian Apa yang dilakukan? Melakukan studi pustaka terhadap sejumlah penelitian yang sudahdilakukanolehlembagalain berkaitandenganklaster terpilih melakukan evaluasi klaster dengan menggunakan informasi yang dimiliki oleh kader, anggota kemitraan atau lembaga pemerintah melakukan penelitian baru 15

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 6. Memberdayakan produsen dan organisasinya Tujuan meningkatkan kapasitas produsen & kelompok produsen agar dapat setara berpartisipasi dalam forum kemitraan & pengembangan ekonomi lokal Siapa yang melakukan? Dinas pemerintah, lembaga penelitian, universitas, LSM, swasta, anggota kemitraan lainnya atau tenaga ahli independen. ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah6. Memberdayakanprodusendanorganisasinya Apa yang dilakukan? Menyelenggarakan pelatihan bagi produsen (penguatan kelompok, ketrampilan teknis, manajemen usaha, teknik negosiasi, pemasaran) Menyelenggarakan on the job coaching untuk menumbuhkan minat belajar Melakukan kunjungan atau studi banding 16

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 7. Memberikan dukungan teknis Tujuan mengidentifikasi dan memberikan bantuan teknis dan pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi, pemasaran dan pengembagan klaster Siapa yang melakukan? Dinas pemerintah, lembaga penelitian, universitas, LSM, swasta, anggota kemitraan lainnya atau tenaga ahli independen. ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 7. Memberikan dukungan teknis Apa yang dilakukan? Mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh anggota kemitraan Mencari tenaga ahli atau sumber yang dapat menyediakan bantuan teknis Menggalang sumberdaya dan dana Menyelenggarakan kegiatan sesuai yang dibutuhkan Melakukan evaluasi 17

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 8. Menyebarluaskan informasi pasar Tujuan mengupayakan semua anggota kemitraan, terutama kelompok produsen, memiliki akses yang sama terhadap informasi tentang pasar, stakeholder dan klaster Siapa yang melakukan? Forum Kemitraan ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 8. Menyebarluaskan informasi pasar Apa yang dilakukan? Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi Mencari sumber-sumber informasi dari berbagai pihak dan lembaga Menyepakati media yang akan digunakan untuk menyebarluaskan informasi 18

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 9. Memberikan masukan untuk perencanaan dan kebijakan Tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan proses pengambilan kebijakan yang didasarkan pada kebutuhan dan pengalaman. Siapa yang melakukan? Forum Kemitraan ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 9. Memberikan masukan untuk perencanaan dan kebijakan Apa yang dilakukan? Mengidentifikasi masalah Memformulasikan alternatif pemecahan masalah Melakukan lobi terhadap pemerintah Mengikuti dan mengawasi keputusan kebijakan yang diambil 19

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 10. Menggalang sumberdaya dan dana Tujuan memastikan terjadinya keberlanjutan KPEL dengan menggalang sumberdaya dan dana Siapa yang melakukan? Kader PEL, Forum Kemitraan ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 10. Menggalang sumberdaya dan dana Apa yang dilakukan Melakukan sinergi dengan program lain Menggalang fee dari anggota kemitraan dan sejumlah pihak yang menerima manfaat dari KPEL Menggalang dana dari pihak luar dan lembaga donor baik domestik maupun internasional 20

Langkah 11. Pemasaran ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Tujuan Menyediakan metoda untuk melakukan pemasaran produk dan menggunakannya untuk memacu pangsa pasar dan pendapatan produsen dan pedagang Siapa yang melakukan? Forum kemitraan lokal, pemerintah dan forum kemitraan di tingkat nasional ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 11. Pemasaran Apa yang dilakukan? Melakukan promosi komoditi klaaster Mendukung perluasan pasar dengan menyelenggarakan kegiatan berkaitan dengan upaya promosi Menyebarluaskan informasi pasar melalui berbagai media yang sesuai dan efektif 21

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 12. Mendirikan kemitraan di tingkat propinsi Tujuan Mendirikan kemitraan di tingkat propinsi dengan tujuan merangsang pertumbuhan ekonomi regional dan mengkoordinasikan forum kemitraan kota Siapa yang melakukan? Kader PEL, pemerintah dan pihak yang terkait dalam kegiatan ekonomi di propinsi ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 12. Mendirikan kemitraan di tingkat propinsi Apa yang dilakukan? Mendirikan kemitraan termasuk merumuskan tugas dan fungsi kemitraan membuat rencana kerja strategi pengembangan ekonomi melakukan monitoring terhadap pelaksanaan mendapatkan surat pengakuan kemitraan dari gubernur 22

ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 13. Melembagakan KPEL Tujuan Menjamin terjadinya keberlanjutan pendekatan KPEL melalui suatu kerangka kelembagaan formal jangka panjang Siapa yang melakukan? Kader PEL dan forum kemitraan ADAPTASI PENDEKATAN KPEL : Langkah 13. Melembagakan KPEL Apa yang dilakukan? Melembagakan KPEL ke dalam pemerintah, atau Membentuk badan hukum baru 23

Profil Daerah Dukungan geografis dan fisik terhadap komoditas/ klaster unggulan (mendukung/tidak; klasifikasikan) Dukungan infrastruktur terhadap komoditas/klaster unggulan (mendukung/tidak; klasifikasikan) Kondisi sosiali ekonomi mendukung terhadap komoditas/klaster unggulan (ada/tidaknya) hambatan sosial dan ekonomi. Ketrampilan sumberdaya dalam menangani komoditas/klaster unggulan (tersedia/tidak tersedia; klasifikasikan) Kapasitas manajemen dalam lingkungan komoditas/ klaster unggulan (memenuhi/tidak memenuhi) Profil Ekonomi Apakah komoditas/klaster unggulan masuk dalam trend yang sedang berlangsung? (Ya/Tidak); klasifikasikan Gambarkan peluang dan ancaman terhadap komoditas/ klaster unggulan! (Apa peluangnya dan apa kendalanya/ancamannya); bandingkan antara nilai keduanya Bagaimana kontribusinya terhadap PDRB? (besar/kecil, berapa?); klasifikasikan Bagaimana peluangnya untuk memberikan kesempatan kerja? (besar/kecil, berapa?); klasifikasikan Bagaimana rincian pendapatan rumah tangga di bawah 50 dollar AS per bulan? (Sebutkan sektor dan produknya?); Sektor mana yang mayoritas? Apakah sektor usaha?, Pertanian?, Jasa? 24

Info Kandidat Klaster Potensial a) Bagaimana kontribusi terhadap PDRB, (besar/kecil, berapa?). Untuk masing masing calon klaster potensial; bandingkan? b) Jumlah pekerja dan ketrampilan yang dimiliki pada masing masing klaster prioritas (banyak/sedikit, berapa?); Bandingkan? c) Produk turunan dari masing masing klaster potensial (berapa?); bandingkan? d) Jumlah produsen yang melakukan export dan kemana (ada/tidak?, Berapa?) Bandingkan untuk masing masing klaster potensial e) Invesatsi dalam sektor usaha yang bersangkutan (ada/tidak, berapa?) Bandingkan untuk masing masing klaster potensial f) Stakeholder yang terlibat (siapa?, berapa?), Serta lembaga pendukungnya (apa, berapa?); Simpulkan untuk masing masing klaster potensial Evaluasi Masing Masing Kandidat Klaster Potensial a) Permintaan Pasar Riil Dan Potensial Analisa perubahan produk domestik regional bruto (fluktuasinya, jumlah, keberlanjutannya) bandingkan masing masing klaster potensial Analisa perubahan ketenagakerjaan (naik, stabil, menurun, fluktuatif) Perubahan harga dari waktu ke waktu (stabil, fluktuatif, naik, menurun) Persentase pasokan ke pasar lokal, nasional maupun export dibanding daerah lain (%) Tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja dibandingkan rata rata nasional dan internasional (%, di bawah, sama, di atas); Keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan (ya/tidak, kesimpulan?) 25

Evaluasi Masing Masing Kandidat Klaster Potensial b) Potensial Dalam Memberikan Dampak Terhadap Perekonomian Apakah klaster tersebut sejalan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal? (ya/tidak; klasifikasikan). Besaran/cakupan klaster (berapa,%), bandingkan diantara klaster Potensi untuk memberikan nilai tambah (ya/tidak, %), kualitas, kuantitas, produk turunan, tenaga kerja Persaingan produk dengan daerah lain (ya/tidak, tinggi, sedang, rendah). Keberadaan sumberdaya lain yang dapat dimasukkan ke dalam klaster (ada/tidak, apa?; besar; kecil); klasifikasikan Kapasitas Pemda setempat (ya/tidak) Evaluasi Masing Masing Kandidat Klaster Potensial c) Potensial dalam Mengembangkan Kemitraan Minat dan dukungan setempat (Pernyataan Stakeholder/ % yang berminat) Bagaimana dukungan lingkungan kebijakan (ada/tidak; pernyataan stakeholder/pemerintah setempat) Jangka waktu diperolehnya hasil dari pengembangan klaster (berapa? bulan, tahun), bandingkan untuk masing masing klaster 26

Evaluasi Masing Masing Kandidat Klaster Potensial d) Potensial dalam Memberikan Dampak Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin Jumlah orang yang memperoleh pendapatan dari klaster (kualitatif) Profil pendapatan yang diperoleh dan tingkat ketrampilan yang diperlukan (gambarkan variasinya) Jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor tersebut (kualitatif, klasifikasikan) Potensial terciptanya lapangan kerja baru, keterkaitannya kedepan dan kebelakang (sektor, jenis usaha, besar/kecil) analisis data Evaluasi Masing Masing Kandidat Klaster Potensial e) Potensial dalam Menimbulkan Dampak Berganda Terhadap Perekonomian Persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan harian (% pendapatan) Potensial meningkatkan kegiatan hilir dan hulu di daerah tersebut (infrastruktur, nilai ekonomis, tenaga kerja, pasar) analisis data; Evaluasi untaian klaster serta identifikasi produk turunan (kesimpulan dari analisis data) 27

Cara Memperoleh Data Data Primer : diperoleh langsung dengan melakukan survey lapangan Data Sekunder : diperoleh dari Dinas/Instansi, LSM, Perguruan Tinggi, Sektor Swasta, terutama pada Kantor Bappeda/Bappekot, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Kependudukan, Perindustrian dan Perdagangan, Perusahaan yang terkait dengan Komoditas / Sektor Usaha Unggulan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendapatan Daerah; dari Pemerintah Setempat Pengalaman Pelaksanaan Pilot KPEL di Beberapa Daerah Ternyata sebuah klaster komoditas merupakan gambaran sebuah identitas bersama dan pandangan ke depan daerah tersebut Dalam sebuah klaster, sebuah atau beberapa usaha dapat melakukan sinergi dan atau memulai suatu usaha bersama danataubahkanbersaingsatu sama lain 28

Pengalaman Pelaksanaan Pilot KPEL di Beberapa Daerah Klaster juga merupakan arena yang cukup kompleks untuk perubahan keterkaitan input output, rantai supply dan jaringan kerja inter usaha Melalui kelembagaan forum kemitraan KPEL, keberadaan pihak Pemerintah Daerah sebagai penyedia pelayanan publik, sangat membantu pihak swasta dan masyarakat serta produsen dalam melakukan lobby Pengalaman Pelaksanaan Pilot KPEL di Beberapa Daerah Juga, dengan adanya keberadaan Pemerintah Daerah dalam kelembagaan forum kemitraan KPEL, maka sudah menjadi kewajiban merekalah untuk membangun dan mengembangkan kebijakan yang kondusif bagi pelaksanaan perencanaan strategi pengembangan klaster, khususnya ketika adanya ketidak-seimbangan atau distorsi dalam pasar 29