BAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol atas wacana publik. Media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana media massa pada umumnya, film menjadi cermin atau

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang berisi pesan-pesan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. demikian, timbul misalnya anggapan bahwa ras Caucasoid atau ras Kulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini film adalah media yang paling populer. Kemunculan sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk suatu cerita atau juga sinema, sedangkan gambar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V PENUTUP. yang memungkinkan terjadinya rasisme antara orang kulit putih. pemikiran orang kulit putih kepada orang kulit hitam.

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengaruh, dampak dan implikasi pada seluruh kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. suka maupun duka pasti di alami oleh manusia yang mau bekerja keras.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai satu media budaya seni yang mempunyai peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB III METODE PENELITIAN. semiotika John Fiske karena dirasakan cocok dengan apa yang akan peneliti teliti.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

ABSTRACT. RACISM IN FILM SELMA (John Fiske Semiotics Analysis on Reality, Representation, and Ideology Racism in Selma Film By Ava DuVernay)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Afrika Selatan pada tahun 1948 merupakan negara yang menerapkan sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut kemudian dihapuskan pada tahun 1990 an. Sistem yang diterapkan pada saat itu merupakan sistem yang di buat untuk melindungi kepentingan orang orang berkulit putih. Apartheid mengakibatkan terjadinya pengklasifikasian masyarakat berdasarkan warna kulit dan ras. Pada penerapan sistem apartheid ini masyarakat yang berkulit hitam tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, pemukiman antara masyarakat berkulit hitam dan berkulit putih harus dipisahkan, serta sistem peradilan yang dikuasai oleh orang orang yang berkulit putih. Berbagai usaha untuk menhapuskan sistem apartheid telah dilakukan, salah satunya oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1973. Selanjutnya, PBB mengesahkan konvensi internasional mengenai penindasan dan hukuman terhadap apartheid, konvensi tersebut diratifikasi oleh seratus satu negara. Dalam konvensi tersebut dinyatakan bahwa apartheid merupakan suatu pelanggaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara individual. Dalam konvensi internasional ini juga mendeskripsikan bahwa apartheid merupakan sebuah tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia, yang dilakukan hanya untuk membangun dan mempertahankan dominasi ras tertentu. 1

2 Angka penduduk kulit hitam di Afrika Selatan adalah 7 berbanding satu dengan penduduk kulit putih, telah menjadikan diskriminasi rasial sebagai undang undang. Sistem apartheid membuat orang kulit putih, orang kuli hitam, imigran india, orang yang berkulit berwarna tinggal dalam kelompok yang terpisah. Kartu identitas negara memperlihatkan mereka milik kelompok yang mana. Pemisahan dilakukan di dalam bis, kereta api, gereja, restoran, wartel, rumah sakit dan dan kuburan. Seorang berkulit hitam tidak bisa bekerja di kawasan orang kulit putih maupun bekerja di bidang memperhatikan bahawa intelektual atau bidang saintifik. Pekerjaan buruh diperuntukkan untuk kulit hitam. 1 Masa kekuasaan rezim rasialisme Apartheid di Afrika Selatan secara resmi berakhir pada 30 Juni tahun 1991. Rezim Apartheid mulai berkuasa sejak tahun 1948 dan memberlakukan hukum rasialis yang menghapuskan sebagian hak asasi warga non-kulit putih. Rezim ini juga melakukan pembunuhan, penyiksaan, dan penahanan terhadap oposan oposan politiknya. Akhirnya, akibat perlawanan di dalam negeri dan tekanan dunia internasional, kekuasaan rezim ini berakhir pada tahun 1991. Pada tahun 1993 UU baru Afrika Selatan yang mengakui persamaan hak warga kulit putih dan kulit hitam disahkan. Pada tahun 1994, diadakan pemilu kepresidenan dan pejuang kulit hitam Nelson Mandela berhasil menang dan diangkat sebagai presiden. 1 Walaupun sistem apartheid telah dihapuskan pada masa pimpinan presiden sebelum Nelson Mandela terpilih, namun ketika Nelson Mandela berhasil terpilih sebagai presiden Afrika Selatan warisan dari apartheid masih 1 http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com.2012/03/nelson-mandea-politik-apartheid.html

3 dirasakan belum hilang seluruhnya. Masih ada tembok pembatas antara penduduk kulit hitam dan kulit putih, keduanya belum dapat hidup berdampingan secara damai seutuhnya. Keadaan hidup penduduk Afrika Selatan yang belum dapat berdamai secara utuh antara penduduk kulit hitam dengan penduduk kulit putih ini digambarkan dalam sebuah film karya Clint Eastwood yang berjudul Invictus. Eastwood dalam film Invictus berusaha mengangkat kisah nyata Mandela dalam menggunakan tim rugby sebagai alat untuk mempersatukan negaranya yang tengah dilanda permasalahan pasca apartheid. Film Invictus merupakan sebuah film drama biografi karya sutradara Clint Easwood. Film Invictus mengambil setting di Afrika Selatan sebelum dan selama Piala Dunia Rugby tahun 1995. Film ini menggambarkan kisah nyata Nelson Mandela yang mencoba menyatukan bangsa Afrika Selatan, melalui tim rugby Springboks. Film Invictus pertama kali dirilis di Amerika Serikat tanggal 11 desember 2009. Jenis film : drama, Produksi : Warner Bros, Sutradara : Clint Eastwood. Berawal dari dilepasnya Nelson Mandela setelah 26 tahun dipenjara sebagai tahanan politik. Nelson mandela kemudian mengikuti pemilihan presiden dan memenangkan pemilihan tersebut. Bagi sebagian orang (orang yang berkulit hitam), terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden berartii dimulainya hari baru tanpa adanya bayang bayang apartheid, namun bagi sebagian orang (orang kulit

4 putih) merupakan hal yang memalukan dan mereka merasa kehilangan identitas negara tersebut. 2 Film ini menggambarkan bagaimana warisan politik apartheid masih ada dalam benak masyarakat Afrika Selatan, walaupun politik apartheid sudah runtuh. Mandela (Morgan Freeman) sangat memimpikan rakyatnya untuk benar benar bersatu, tidak ada tembok pemisah antara orang kulit hitam dan kulit putih. Satu hal yang diyakini Mandela bahwa olahraga adalah salah satu cara untuk mempersatukan seluruh warga Afrika Selatan. Tim Springboks merupakan tim rugby yang sebagian besar pendukungnya adalah orang kulit putih, tim ini memiliki seorang kapten yang bernama Francois Pienaar (Matt Damon). Springboks dibenci oleh penduduk kulit hitam karena dianggap masih mewakili apartheid. Dalam film Invictus Eastwood berharap kreatifitas Mandela menjadikan tim rugby sebagai alat untuk mendamaikan negaranya dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin politik dunia untuk membuat suatu ide brilian dan kreatif lainnya dengan tujuan mempersatukan masyarakat, daripada hanya membicarakan persatuan secara panjang lebar tetapi tidak melakukan sesuatu yang konkrit. Film merupakan bentuk dari media massa dan media massa sebagaimana lembaga lembaga pendidikan, agama, dan seni serta kebudayaan merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membantu kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa. Namun Antonio Gramsci dalam buku Alex Sobur (Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis 2 http://referensifilmbagus.blogspot.com/invictus-film.html

5 wacana, analisis semiotika dan analisis framing) menyatakan bahwa media massa merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetensi. Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi, jadi legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media massa dapat menjadi alat untuk membangun dan kultur ideologi dominan, sekaligus juga menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas membangun kultur dan ideologi tandingan. Film dan Kapitalisme mempunyai pengaruh yang besar dalam industri perfilman, sehingga para pembuat film hanya mengejar keuntungan dan popularitas dengan menyalahgunakan keempat fungsi di atas. Terbukti dengan munculnya film film yang hanya bertujuan menarik audience sebanyak banyaknya dengan mengeksploitasi seks dan gaya hidup hedonisme dalam film. Sebagai sebuah bentuk komunikasi film tidak akan lepas dari hubungan saling mempengaruhi terhadap khalayak. Perubahan gaya hidup, dan cara berfikir khalayak akan berpengaruh kuat pada unsur unsur pesan dalam film. Film berpengaruh terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk dan melihat tayangan film tersebut, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut yang ada dalam film tersebut, hal tersebut biasa disebut imitasi. Kategori penonton yang mudah tepengaruh adalah biasanya anak anak, generasi muda, dan terkadang orang yang dewasa pun ada. Apabila hanya cara berpakaian yang banyak ditiiru oleh penonton, tentu tidak akan menjadi masalah. Tetapi bila yang

6 ditiru adalah cara hidup yang tidak sesuai dengan norma budaya bangsa, tentu akan menimbulkan masalah. Sebagai bentuk dari komunikasi massa, film telah dipakai untuk berbagai tujuan. Namun pada intinya sebagai bagian dari komunikasi massa, film bermanfaat untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. (Effendy, 1986:95). Film juga dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosial maupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan - pesan yang berhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak. Sebagai salah satu bentuk media massa, film dapat difungsikan sebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan untuk mempresentasikan suatu budaya atau gambaran realitas dari suatu masyarakat. Sebagai salah satu bentuk perkembangan media komunikasi, film tidak lagi dipandang sebagai hiburan yang menyajikan tontonan cerita, lebih dari itu film sudah menjadi sebuah media komunikasi yang efektif. Contohnya film film propaganda yang banyak dibuat oleh negara-negara Barat. Seolah olah terjadi pertempuran antara negara negara tersebut, namun bukan pertempuran fisik melainkan pertempuran yang lebih dahsyat yang mempengaruhi pikiran dan sudut pandang khalayak. Jika disalah gunakan maka akan fatal, karena film mempunyai kemampuan untuk merepresentasikan berbagai pesan, baik pesan pesan moral,

7 kemanusiaan, sosial, politik, ekonomi, serta budaya. Sehingga akan menyebabkan kerusakan yang lebih kompleks dan mendasar. Perkembangan pendidikan ternyata telah mempengaruhi pola pikir khalayak, yang sebelumnya menjadi khalayak pasif kini sudah mulai menuju kepada khalayak yang mampu menyaring pesan yang disampaikan dalam film (khalayak aktif). Khalayak film kini mulai cerdas, begitu pula para pembuat film. Para pembuat film harus lebih kreatif agar karyanya dapat diterima khalayak. Semiotika berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti. Menurut Fiske, semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaiman makna dibangun dalam teks media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam msayrakat yang mengkomunikasikan makna. (Fiske, 2007 : 282). Fiske mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama : 1) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda tanda itu terkait dengan manusia yang mengunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. 2) Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. 3) Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini

8 pada gilirannya bergantung pada pengunaan kode kode dan tanda tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (Fiske, 2006 : 60). Film merupakan bidang kajian yang relevan untuk analisis semiotika. Film dibangun dengan tanda semata mata. Tanda tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. (Van Zoest, 1993 : 109). Film umumya dibangun dengan banyak tanda. Tanda tanda itu termasuk sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengan suara suara lain yang serentak mengiringi gambar gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda tanda ikonis, yakni tanda tanda yang menggambarkan sesuatu. The Codes of Television dari John Fiske sering digunakan pada penelitian untuk menganalisis teks berbentuk gambar gerak atau moving picture. Teori ini menyatakan bahwa peristiwa yang dinyatakan dalam sebuah gambar gerak memiliki kode kode sosial sebagai level pertama adalah reality (realitas), level kedua adalah representation (representasi), dan level ketiga adalah ideology (ideologi). Film Invictus merupakan film yang syarat akan pesan dan tanda yang terkandung di dalamnya. Dalam film tersebut politik apartheid yang walaupun sudah di hapuskan, namun masih meninggalkan warisannya dalam kehidupan masyarakat Afrika Selatan. Sistem politik apartheid merupakan suatu bentuk sistem atas berkuasanya orang berkulit putih, serta melakukan penindasan

9 terhadap orang berkulit hitam untuk mempertahankan kepentingan orang orang kulit putih tersebut. Film Invictus menunjukan bagaimana media massa digunakan sebagai alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan, dan juga menjadi instrument perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Dari uraian di atas yang akan menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana memahami makna dan tanda tanda mengenai politik apartheid dalam film Invictus. Untuk mengakaji makna dan tanda tanda mengenai politik apartheid dalam film Invictus, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika sebagai pisau bedah dalam penelitian. Melalui pendekatan Semiotika John Fiske dalam penelitian ini, peneliti akan menelaah realitas, representasi, dan ideologi dari sebuah film yang berjudul Invictus. Ketiga level tersebut (realitas, representasi, ideologi), merupakan satu kesatuan dalam semiotika John Fiske. Ketiganya akan membentuk pemahaman mengenai makna dan tanda tanda politik apartheid dalam film yang berjudul Invictus. Dan secara tidak langsung (seperti yang telah dijelaskan di atas), pengaruh politik apartheid yang telah runtuh namun tetap terasa di era kepemimpinan yang baru.

10 1. 2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengambil pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.2.1 Pertanyaan Makro : Bagaimana Representasi Berakhirnya Politik Apartheid Dalam Film Invictus Karya Sutradara Clint Eastwood? 1.2.2 Pertanyaan Mikro : 1. Bagaimana level realitas berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus? 2. Bagaimana level representasi berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus? 3. Bagaimana level ideologi berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus? 1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kedalaman makna dan tanda tanda mengenai berakhirnya politik apartheid yang direpresentasikan dalam film Invictus karya sutradara Clint Eastwood. 1.3.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui level realitas berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus.

11 2. Untuk mengetahui level representasi berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus. 3. Untuk mengetahui level ideologi berakhirnya politik apartheid dalam film Invictus. 1. 4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Penelitian Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan berguna sebagai sumbangan terhadap pengembangan penelitian kualitatif studi semiotika khususnya untuk media massa seperti film. Dan akhir dari proses penelitian mampu memperluas kajian ilmu komunikasi, khususnya pemaknaan terhadap media massa film, sehingga mampu memberikan jalan bagi analisa kritis terhadap media sejenis lainnya 1.4.2 Kegunaan Penelitian Praktis 1. Kegunaan Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan berguna untuk pemahaman mengenai metode penelitian kualitatif, khususnya analisis semiotika. Diharapkan dengan memahami makna dan tanda tanda dalam film yang bernuansa politik, pemerintahan dan kehidupan sosial dapat menjadi kritik sosial bagi peneliti khususnya untuk berusaha berdedikasi bagi negara. Penelitian ini juga menunujukan bahwa dengan sebuah film secara langsung maupun tidak langsung terdapat berbagai macam makna atau pesan mengenai kehidupan bernegara,

12 salah satunya mengenai makna kehidupan warga negara yang bersatu secara utuh. 2. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam kajian penelitian kualitatif dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia dalam mengungkap kedalaman makna dan tanda tanda dalam sebuah karya, khususnya film. 3. Bagi Khalayak Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan pemahaman tentang kajian semiotik dan khususnya mengenai pemahaman makna dan tanda tanda yang ada di dalam sebuah film.