POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL


BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KLEDOKAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN POLA MAKAN PADA REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI SMP NEGERI 2 KOTAPINANG KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2014

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KUESIONER PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

SHOOL FEEDING. By Tiurma Sinaga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015

TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

Transkripsi:

1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat ABSTRACT Breakfast is important activity to start activity every morning and purpose to increase of learning concentration and physical ability of school children. This purpose of study was to know model of breakfast consumption of students in SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal year 2015. This study is a survey research with cross sectional approach. This study population is all grades 5 and 6 of the academic year 2014/2015 SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal. Sampling tecnique used was total sampling with a sample obtained as many as 74 people. Means of collecting data used are questionnaires. The study conducted in April until July 2015. The result of the study showed that students of SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal have frequency of breakfast everyday (41.9%), students eat rice and chicken for breakfast (20.3%) and students drink tea for breakfast (50%). Most of students have breakfast contribution of adequate nutrition energy (59.5%), protein (59.5%) and vitamin A (55.4) with enough categories. Meanwhile contribution of vitamin C (75.7%), iron (62.2%) and calcium (85.1%) most of students have adequate nutrition with less categories. Breakfast models students based on frequency was good, but adequate nutrition breakfast of most student not quite good. Recommended for principal increase knowledge about breakfast and students parent help breakfast habits everyday with selection menu and nutrition value of breakfast based on needed. Keywords : models of breakfast consumption, students PENDAHULUAN Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2006). Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zatzat gizi pada pagi hari saja dengan pemenuhan asupan zat gizi 15-30% dari kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar 450-500 kalori dan 8-9 gram protein. Bagi anak sekolah sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2014). Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010), masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Berdasarkan analisis dari hasil survei dapat diketahui bahwa dari 35.000 anak usia sekolah sekitar 26,1% sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% memperoleh asupan energi kurang dari 15% kebutuhan gizi per hari. Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), empat dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), tujuh dari

2 sepuluh anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik. Riset tersebut diperkuat oleh hasil penelitian sebuah lembaga terhadap 50.000 anak berusia lima sampai 12 tahun. Anak usia sekolah (10-12 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkatan kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul defesiensi gizi dengan yang paling menonjol adalah kurang energi atau kalori, kurang protein, kurang vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium dan lainnya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa konsumsi sarapan murid di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal kurang memenuhi kecukupan gizi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Dari survei terhadap 20 murid di SDN tersebut sebanyak 13 orang (65%) yang sarapan dan 7 orang (35%) yang tidak sarapan. Dari 13 orang yang sarapan, ada 5 orang (38,5%) sarapan hanya dengan teh manis dan roti, 5 orang (38,5%) sarapan dengan nasi dan lauk dan 3 orang (23%) sarapan dengan nasi, lauk, sayur ditambah susu. Dalam survei tersebut, alasan para murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060921 yang terletak di Jalan Setia Budi, Kecamatan Medan Sunggal pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas 5 dan 6 di SDN 060921 yaitu 41 orang kelas 5 dan 33 orang kelas 6. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) dari murid tersebut yaitu berjumlah 74 orang. Lembar kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang jenis makanan sarapan, frekuensi sarapan dan sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium. Pengolahan data meliputi analisis deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Murid Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid SDN 060921 menurut karakteristik murid ditampilkan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Murid SDN 060921 Tahun 2015 Karakteristik Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 42 56,8 Perempuan 32 43,2 Umur 10-12 tahun 61 82,4 13-15 tahun 13 17,6 Total 74 100,0

3 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa karakteristik murid berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar murid berjenis kelamin laki-laki (56,8%). Karakteristik murid berdasarkan umur sebagian besar berumur 10-12 tahun (82,4%). 2. Pola Konsumsi Sarapan Murid a. Frekuensi Sarapan Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi sarapan murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Frekuensi Sarapan Murid SDN 060921 Tahun 2015 Frekuensi Sarapan Jumlah Persentase (%) 1 kali/minggu 3 4,1 2 kali/minggu 3 4,1 3 kali/minggu 16 21,6 4 kali/minggu 7 9,5 5 kali/minggu 9 12,1 6 kali/minggu 5 6,8 7 kali/minggu 31 41,9 Total 74 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar frekuensi sarapan murid adalah 7 kali/minggu atau setiap hari (41,9%). Sedangkan frekuensi sarapan murid lainnya bervariasi setiap minggunya. Sebagian murid ada yang frekuensi sarapan 3 kali dalam seminggu karena anak tidak sarapan dari rumah dengan alasan tidak sempat, tidak ada yang menyiapkan makanan dan tidak selera. Anak tersebut hanya jajan ketika sedang jam istirahat. Sebaiknya jika tidak sempat sarapan di rumah, orang tua membawakan bekal kepada anak atau anak membeli makanan ketika di perjalanan atau ketika sudah berada di sekolah. b. Jenis Sarapan Berdasarkan hasil penelitian, jenis sarapan yang terdiri dari makanan dan minuman sarapan pada murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Jenis Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi Saat Sarapan Murid SDN 060921 Tahun 2015 Jenis Sarapan Jumlah Persentase (%) Jenis Makanan Sarapan Nasi dan ikan 7 9,5 Nasi dan telur 9 12,2 Nasi, ikan dan sayur 14 18,9 Nasi dan ayam 15 20,3 Nasi dan daging 1 1,4 Nasi, ayam dan sayur 2 2,7 Nasi gurih 2 2,7 Nasi gurih dan telur 3 4,1 Roti selai 2 2,7 Nasi goreng 3 4,1 Nasi, roti, ikan dan sayur 1 1,4 Nasi goreng dan telur 4 5,4 Nasi goreng dan ayam 2 2,7 Mie 2 2,7 Mie dan telur 1 1,4

4 Nasi dan mie 1 1,4 Nasi dan tahu 1 1,4 Nasi, mie dan roti 1 1,4 Lontong sayur 2 2,7 Nasi dan lontong sayur 1 1,4 Jenis Minuman Sarapan Teh manis 37 50,0 Air putih 30 40,5 Susu 7 9,5 Total 74 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis makanan sarapan yang paling sering dikonsumsi pada saat sarapan adalah adalah nasi dan ayam (20,3%) serta nasi, ikan dan sayur (18,9%). Jenis makanan sarapan lainnya bervariasi dikonsumsi pada saat sarapan. Sedangkan minuman yang paling banyak dikonsumsi pada saat sarapan adalah teh manis sebanyak 37 orang (50,0%). Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan hasil sosio ekonomi sosial menyatakan bahwa beras merupakan bahan makanan utama di Sumatera, Kalimantan dan Jawa bagian Barat (Santoso, 2004). Alasan murid mengkonsumsi nasi sebagai pilihan utama dikarenakan masih banyak yang beranggapan bahwa fungsi makanan pokok hanya untuk memberikan rasa kenyang. Pemilihan mie dan roti sebagai makanan sarapan diduga berhubungan dengan kemudahan dalam mendapatkan dan menyajikan jenis makanan tersebut, bahkan roti dapat dikonsumsi dalam perjalanan. Hal ini berkaitan dengan kesibukan yang terjadi pada pagi hari, dimana anak sekolah mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas pada hari tersebut. Untuk asupan protein makanan yang paling sering dikonsumsi pada saat sarapan adalah ayam. Pada umumnya ayam disajikan/diolah dengan cara digoreng, digulai dan disemur. Jenis lauk hewani lain adalah ikan dan telur dan biasanya disajikan/diolah dengan cara digoreng baik diceplok maupun didadar, sedangkan ikan disajikan dengan cara digoreng dan sebagian disajikan dengan menggunakan cabai. Sebagian kecil murid ada yang mengkonsumsi daging sebagai makanan sarapan karena harga daging relatif lebih mahal dan biasanya dikonsumsi pada saat hari libur. Untuk makanan sumber protein lain yang dikonsumsi saat sarapan pada murid adalah tahu dan biasanya diolah/disajikan dengan cara digoreng. Makanan sumber vitamin dan mineral yang paling sering dikonsumsi saat sarapan adalah sayuran. Sedangkan buah-buahan sangat sedikit murid yang mengonsumsinya. Padahal menu sarapan yang baik diantaranya terdiri dari nasi yang dilengkapi lauk-pauk, sayuran, buahbuahan dan lebih lengkap bila disertai susu (Solihin, 2005). Jenis minuman yang paling sering dikonsumsi saat sarapan adalah teh manis dan air putih. Hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan dan selalu disediakan oleh orangtua. Jenis minuman lain yang dikonsumsi pada saat sarapan adalah susu. Namun susu perlu dikombinasikan dengan makanan lain. c. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi diukur dengan menghitung konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan kalsium dari recall sarapan pagi selama 6 hari kemudian diambil rata-rata dari hasil konsumsi zat gizi tersebut. Nilai rata-rata dari konsumsi

5 zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan dibedakan menurut umur dan jenis kelamin murid. Dari hasil tersebut dinyatakan dalam persen kemudian dikategorikan menjadi: cukup (15-30%) dan kurang (<15%). Berdasarkan hasil penelitian, kecukupan gizi pada murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi pada Murid SDN 060921 Tahun 2015 Sumbangan Sarapan Zat Gizi Cukup Kurang N n % n % Energi 44 59,5 30 40,5 100 Protein 44 59,5 30 40,5 100 Vitamin A 41 55,4 33 44,6 100 Vitamin C 18 24,3 56 75,7 100 Zat Besi 28 37,8 46 62,2 100 Kalsium 11 14,9 63 85,1 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar kecukupan energi (59,5%), protein (59,5%) dan vitamin A (55,4%) adalah kategori cukup. Sedangkan sebagian besar kecukupan vitamin C (75,7%), zat besi (62,2%) dan kalsium (85,1%) adalah kategori kurang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan sudah memenuhi kebutuhan energi, protein dan vitamin A meskipun kategori kurang masih banyak ditemukan. Hal ini diduga karena porsi sarapan yang dikonsumsi sebagai sumber energi, protein dan vitamin A tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat sarapan. Kekurangan energi pada anak sekolah dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Pada saat usia remaja atau dewasa kekurangan konsumsi energi dapat menurunkan produktivitas kerja. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. Pada keadaan gizi kurang akan mengakibatkan terhambatnya proses tumbuh kembang anak. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Serta jika terjadi kekurangan vitamin A akan menyebabkan gangguan penglihatan dan tidak adanya kekebalan terhadap infeksi serta gangguan pertumbuhan pada anak. Sedangkan makanan sumber vitamin C, zat besi dan kalsium belum memenuhi kebutuhan pada saat sarapan dikarenakan konsumsi sayuran dan buah-buahan pada saat sarapan belum menjadi kebiasaan pada murid dan masih rendahnya konsumsi makanan dari sumber zat besi dan kalsium. Jika terjadi kekurangan terhadap vitamin C akan menyebabkan sariawan dan gusi berdarah dan tidak adanya kekebalan terhadap infeksi. Kekurangan besi dan protein dalam makanan seharihari secara berkelanjutan akan menyebabkan anemia gizi dan akan mengakibatkan daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier, 2009). Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yaitu tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

6 d. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Karakteristik Murid Sekolah Dasar Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan karakteristik murid sekolah dasar yaitu dengan melihat sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi menurut karakteristik siswa seperti jenis kelamin dan umur. Tujuannya adalah agar dapat melihat perbedaan proporsi sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan karakteristik murid tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, kecukupan gizi berdasarkan karakteristik jenis kelamin dan umur murid SDN 060921 ditampilkan pada tabel 5 dan 6 sebagai berikut: Tabel 5. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Zat Gizi Sumbangan Sarapan Jenis Jumlah Cukup Kurang Kelamin n % n % n % Energi Laki-laki 23 54,8 19 45,2 42 100 Perempuan 21 65,6 11 34,4 32 100 Protein Laki-laki 26 61,9 16 38,1 42 100 Perempuan 18 56,3 14 43,8 32 100 Vitamin A Laki-laki 24 57,1 18 42,9 42 100 Perempuan 17 53,1 15 46,9 32 100 Vitamin C Laki-laki 10 23,8 32 76,2 42 100 Perempuan 8 25,0 24 75,0 32 100 Zat Besi Laki-laki 21 50,0 21 50,0 42 100 Perempuan 7 21,9 25 78,1 32 100 Kalsium Laki-laki 6 18,8 26 81,3 32 100 Perempuan 5 11,9 37 88,1 42 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin laki-laki, kecukupan energi (54,8%), protein (61,9%) dan vitamin A (57,1%) sebagian besar adalah kategori cukup, sedangkan kecukupan vitamin C (76,2%) dan kalsium (81,3%) sebagian besar berada pada kategori kurang. Berdasarkan jenis kelamin perempuan, sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi (65,6%), protein (56,3%) dan vitamin A (53,1%) sebagian besar adalah kategori cukup. Sedangkan sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan vitamin C (75,0%), zat besi (78,1%) dan kalsium (88,1%) sebagian besar berada pada kategori kurang. Anak usia sekolah khususnya yang berjenis kelamin perempuan, memiliki peningkatan kebutuhan akan zat besi yang lebih banyak daripada laki-laki. Ditambah lagi pada anak tersebut sudah memasuki remaja dimana zat besi sangat diperlukan untuk mempersiapkan perkembangan organ reproduksi seperti menstruasi. Namun berdasarkan hasil wawancara sarapan, anak perempuan memang mengkonsumsi makanan sumber zat besi dengan jumlah atau porsi yang kurang. Hal ini diduga berhubungan dengan adanya body image. Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa kebiasaan sarapan pada remaja perempuan semakin berkurang dengan bertambahnya usia (Affenito, 2003). Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika mengenai body image kepada para remaja, menunjukkan bahwa hampir 70 persen remaja perempuan yang diteliti berkeinginan

7 untuk menurunkan berat badan karena menganggap dirinya gemuk. Sedangkan sekitar 59 persen remaja laki-laki menginginkan tubuh yang lebih berisi karena menganggap dirinya terlalu kurus, walupun hanya 25 persen yang benarbenar memiliki tubuh yang kurus (Khomsan, 2010). Tabel 6. Sumbangan Sarapan Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Berdasarkan Umur Sumbangan Sarapan Zat Gizi Umur Cukup Kurang Jumlah n % n % n % Energi 10-12 tahun 41 67,2 20 32,8 61 100 13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100 Protein 10-12 tahun 41 67,2 20 32,8 61 100 13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100 Vitamin A 10-12 tahun 36 59,0 25 41,0 61 100 13-15 tahun 5 38,5 8 61,5 13 100 Vitamin C 10-12 tahun 17 27,9 44 72,1 61 100 13-15 tahun 1 7,7 12 92,3 13 100 Zat Besi 10-12 tahun 27 44,3 34 55,7 61 100 13-15 tahun 1 7,7 12 92,3 13 100 Kalsium 10-12 tahun 8 13,1 53 86,9 61 100 13-15 tahun 3 23,1 10 76,9 13 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur 10-12 tahun, sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi (67,2%), protein (67,2%) dan vitamin A (59%) sebagian besar adalah kategori cukup, sedangkan kecukupan vitamin C (72,1%), zat besi (55,7%) dan kalsium (86,9%) sebagian besar berada pada kategori kurang. Berdasarkan kelompok umur 13-15 tahun, kecukupan energi (76,9%), protein (76,9%), vitamin A (61,5%), vitamin C (92,3%), zat besi (92,3%) dan kalsium (76,9%) sebagian besar berada pada kategori kurang. Pada anak kelompok umur 13-15 tahun, makanan yang dikonsumsi ketika sarapan porsinya harus lebih banyak daripada anak kelompok umur 10-12 tahun. Hal ini karena semakin meningkat umur anak, semakin meningkat pula kebutuhannya. Namun kenyataannya, anak dengan kelompor umur 13-15 tahun mengkonsumsi sarapan dengan porsi makan yang hampir sama dengan anak kelompok umur yang lebih muda. Untuk sumbangan sarapan terhadap kecukupan vitamin C, zat besi dan kalsium kedua kelompok umur ini berada pada kategori kurang. Hal ini dikarenakan murid memang jarang mengonsumsi makanan sumber zat gizi tersebut. Padahal pada usianya, zat gizi seperti vitamin C, zat besi dan kalsium sangat dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Jika pada saat sarapan anak kekurangan zat gizi tersebut, kemungkinan besar pada saat makan yang lainnya seperti makan siang dan makan malam juga tidak dapat mencukupi kebutuhan zat gizi tersebut. Hal ini sesuai dengan kutipan dari Kusumaningsih (2007) yang menyatakan bahwa kebiasaan sarapan yang baik dapat mendorong terpenuhinya kebutuhan kecukupan zat gizi dan sebaliknya. KESIMPULAN Pola konsumsi sarapan murid sekolah dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015 menurut jenis makanan yang paling sering dikonsumsi pada saat sarapan adalah nasi dan ayam serta nasi, ikan dan sayur, sedangkan jenis

8 minuman yang paling sering dikonsumsi adalah teh manis dan air putih. Frekuensi sarapan pada murid sebagian besar sudah baik yaitu setiap hari. Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi pada umumnya sumbangan energi, protein dan vitamin A terhadap anjuran kecukupan gizi pada murid sekolah dasar berada pada kategori cukup, sedangkan untuk sumbangan sarapan terhadap kecukupan vitamin C, zat besi dan kalsium terhadap anjuran kecukupan gizi berada pada kategori kurang. Pada sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berdasarkan karakteristik jenis kelamin umumnya lebih banyak pada kategori cukup pada sumbangan energi, protein dan vitamin A terhadap anjuran kecukupan gizi, sedangkan pada sumbangan vitamin C, zat besi dan kalsium sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi berada pada kategori kurang. Berdasarkan karakteristik umur pada umumnya sumbangan sarapan terhadap kecukupan gizi berada pada kategori kurang terutama pada kelompok umur 13-15 tahun. Kepada pihak sekolah hendaknya melakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang pentingnya sarapan pagi pada murid sekolah dasar. Disarankan kepada orangtua untuk mengarahkan dan membantu anak agar terbiasa melakukan sarapan setiap hari dengan memperhatikan pemilihan makanan serta kandungan gizi sarapan sesuai kebutuhan murid. DAFTAR PUSTAKA Adriani, M. dan Wirjatmadi, B., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana. Jakarta. Affenito S., 2005. Teen Girls Skip Breakfast More As They Age. Journal of the American Dietetic Assosiaciation. Vol 105. Almatsier, Sunita., 2009. Prinsip Dasar Imu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Departemen Kesehatan., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Diunduh dari http://gizi.depkes.go.id Hardinsyah., 2012. Masalah dan Pentingnya Sarapan Bagi Anak. Materi Simposium Sarapan Sehat tanggal 16 Juni 2012. Diunduh dari http://pergizi.org Hardinsyah., 2015. Berbagi PESAN (Pekan Sarapan Nasional). Materi Kampanye Berbagi PESAN di Jakarta 2015. Diunduh dari http://pergizi.org Khomsan, Ali., 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Kusumaningsih, Inna W., 2007. Kebiasaan Sarapan pada Remaja SMA di Kota Bogor dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Skripsi. Program Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Martianto D., 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. Diunduh dari http://republika.co.id Santoso, Soegeng & Ranti, Annel, S., 2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta