BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Bahan Ajar

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar. Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

Pengertian Bahan Ajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses yang tidaklah mudah. Hal paling mendasar yang perlu diterapkan. belajar mengajar yang menyenangkan dalam suatu kelas.

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Hal ini

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah menengah kejuruan atau disingkat SMK merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis. b. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan/atau teks yang diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. c. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Prastowo (2010:17) mengemukakan bahan ajar adalah segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi berisi informasi atau teks yang disusun secara sistematis digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. 2.1.2 Tujuan Pembuatan Bahan Ajar Prastowo (2010:26) mengemukakan tujuan pembuatan bahan ajar setidaknya ada empat hal pokok yaitu: a. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu b. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik c. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran d. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

2.1.3 Manfaat Pembuatan Bahan Ajar Manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik (Prastowo,2010:27). Kegunaan bahan ajar bagi pendidik antara lain: a. Pendidik akan memiliki bahan ajar yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai Kegunaan bahan ajar bagi peserta didik antara lain: a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik b. Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik c. Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. 2.1.4 Ragam bentuk bahan ajar berikut: Hamdani (2011:219) mengelompokkan ragam bentuk bahan ajar sebagai a. Bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa (LKS), hand out, buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-lain. b. Bahan ajar berbentuk audio visual, misalnya film/video dan VCD. c. Bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio, CD audio. d. Bahan ajar berbentuk visual, misalnya foto, gambar, model/maket. e. Bahan ajar berbentuk mulimedia, misalnya CD interaktif, computer based learning, internet. Dari pengelompokkan tersebut, modul termasuk dalam bahan ajar dalam bentuk cetak. 2.2 Modul 2.2.1 Pengertian Modul Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar dalam bentuk cetak. Hamdani (2011:219) mengemukakan beberapa pengertian tentang modul, antara lain sebagai berikut:

a. Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri. b. Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan belajar pada mata pelajaran tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu berisi kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai. Modul mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih dan memberikan rangkuman, melakukan tes sendiri. Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan.(nasution, 2010:205). Menurut Winkel (2007:472) modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan. Sedangkan menurut Prastowo (2010:106), modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Kemudian, dengan modul peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas. Dari pengertian modul di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatu unit yang lengkap yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami sebagai sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri. 2.2.2 Tujuan Modul Menurut Nasution (2010:205) : tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Pembelajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing karena mereka mempunyai cara sendiri-sendiri untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

Tujuan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa. (Hamdani, 2011:220) Sedangkan menurut Prastowo (2010:108) tujuan penyusunan modul, antara lain: a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik. b. Agar peran pendidi tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. c. Melatih kejujuran peserta didik. d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari. 2.2.3 Manfaat Penggunaan Modul Modul memiliki berbagai manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa (Hamdani, 2011:220). Manfaat modul bagi siswa antara lain: a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul e. Mampu membelajarkan diri sendiri f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat modul bagi siswa adalah untuk melatih siswa belajar secara mandiri baik di kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Manfaat modul bagi guru antara lain: a. Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks b. Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi c. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar d. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka e. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat modul bagi guru untuk menperluas wawasan, khazanah dan mengurangi ketergantungan pada buku teks. 2.2.4 Kegunaan modul bagi Kegiatan Pembelajaran Menurut Prastowo (2010:109) kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain: sebagai penyedia informasi dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi peserta didik. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri. 2.2.5 Prinsip-prinsip Penyusunan Modul Pembelajaran Penyusunan modul hendaknya memerhatikan berbagai prinsip sebagai berikut (Hamdani,2011:221): a. Disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang lebih sulit, dan dari yang konkret untuk memahami yang semikonkret dan abstrak b. Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman c. Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap siswa d. Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar e. Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri 2.2.6 Unsur-unsur Modul a. Judul Prastowo (2010:142) mengemukakan unsur-unsur modul sebagai berikut: b. Kata Pengantar Bagian ini berisi terimakasih atas terselesaikannya modul secara singkat dan manfaat yang bisa diperoleh dengan membaca modul tersebut. c. Daftar Isi Bagian ini menginformasikan kepada pembaca tentang topik-topik yang ditampilkan dalam modul sesuai urutan tampilan dan nomor halaman. d. Latar Belakang Bagian ini berisi alasan dan dasar pertimbangan penyusunan modul. e. Deskripsi Singkat

Bagian deskripsi singkat memuat penjelasan singkat tentang materi-materi apa saja yang akan dibahas dalam modul. f. Standar Kompetensi Bagian ini memuat standar kompetensi minimal yang diharapkan mampu dikuasai peserta didik setelah membaca modul tersebut. g. Peta Konsep Peta konsep memberikan informasi penting tentang hubungan antartopik, sehingga pembaca lebih mudah melihat ruang lingkup materi secara komprehensif h. Manfaat Modul disusun dengan maksud dan kegunaan tertentu. Bagian manfaat ini menjelaskan tentang manfaat yang diperoleh pembaca jika membaca modul tersebut. i. Tujuan Pembelajaran Pembaca akan tertolong jika sejak awal diberitahu apa yang ditargetkan untuk mereka capai setelah mempelajari modul. j. Petunjuk Penggunaan Modul Bagian ini berisi cara menggunakan modul. Pada bagian ini ditunjukkan apa saja yang mesti dilakukan pembaca atau peserta didik ketika membaca modul. k. Kompetensi Dasar Perilaku akhir yang diharapkan dapat diperoleh oleh pembaca dari hasil belajar yang ditempuhnya. l. Materi Pokok Berisi sejumlah materi pokok yang akan dibahas agar pembaca atau peserta didik menguasai kompetensi dasar yang telh ditetapkan. m. Uraian Materi Bagian ini berisi materi pokok yang dijabarkan secara rinci dengan detail. n. Ringkasan Bagian ini memuat rangkuman materi dalam satu bab, terletak di akhir materi di setiap bab. o. Latihan/ Tugas

Tugas yang diberikan kepada peserta didik atau pembaca pelu dinyatakan secara eksplisit (melakukan apa dan bagaimana) dan spesifik. p. Tes Mandiri (PostTest) Tes ini diberikan pada akhir setiap bab atau akhir setiap kegiatan belajar, untuk mengukur tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh peserta didik atau pembaca pada setiap kegiatan belajarnya. q. Tindak Lanjut Bagian tindak lanjut berisi feedback kepada pembaca. Bagi yang telah menguasai materi, disarankan untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya. Sedangkan, bagi yang masih belum mencapai belajar tuntas, disarankan untuk mengulangi bagian yang masih dirasa sulit. r. Harapan Berisi sejumlah saran dan pengaharapan bagi pembaca atau peserta didik agar lebih meningkatkan kompetensinya, tidak sedekar dari modul semata. s. Glosarium Bagian ini memuat definisi operasional yang digunakan dalam modul dan sering diperlukan oleh pembaca. t. Daftar Pustaka Sejumlah referensi yang digunakan sebagai bahan rujukan ditulis dalam bab ini. Sehingga, jika pembaca atau peserta didik ingin mengetahui lebih lengkap atau lebih jauh tentang suatu persoalan dari sumber referensi tertentu, maka dapat dilihat referensinya. u. Kunci Jawaban Bagian kunci jawaban memuat jawaban-jawaban dari pertanyaan atau soal-soal yang digunakan untuk menguji penguasaan materi pembaca atau peserta didik, baik untuk latihan soal maupun tes mandiri. 2.2.7 Langkah-langkah Penyusunan Modul Prastowo (2010:134) mengemukakan langkah-langkah penyusunan modul sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran

Dalam tahap ini dicermati tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam modul yang akan dikembangkan. 2. Memformulasikan Garis Besar Materinya Materi harus disesuaikan dengan target pembaca, tingkah laku pembaca yang diharapkan akan dikuasai setelah mempelajari modul, serta kondisi tingkah laku dan tingkah kemampuan yang diharapkan akan dicapai. 3. Menuliskan Materi Materi yang dituliskan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 2.2.8 Kelebihan Modul yang Disusun Kelebihan modul yang disusun yaitu: 1. Dilengkapi gambar-gambar yang menarik bagi siswa sehingga siswa tertarik untuk mempelajarinya. Hal ini didukung dengan pendapat Prastowo (2010:124) mengemukakan bahwa gambar-gambar juga sangat dibutuhkan agar menambah daya tarik dan mengurangi kebosanan peserta didik untuk mempelajarinya. 2. Menuntut siswa untuk belajar secara mandiri dan kreatif di kelas, sehingga tidak bergantung pada kehadiran guru di sekolah (Prastowo, 2010:124). 3. Memberi kesempatan kepada siswa berpikir kritis, kreatif, imajinatif bagi siswa (Sutarno, 2008:8.9) 2.2.9 Perbandingan Pengajaran Konvensional dengan Pengajaran Modul Nasution (2010:209) membandingkan pengajaran yang menggunakan modul dan yang tidak menggunakan modul sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Pengajaran Konvensional dan Pengajaran Modul Aspek Pembanding Tujuan Penyajian ajar bahan Pengajaran Konvensional Pengajaran Modul Tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur Bahan disajikan kepada kelas secara keseluruhan Tujuan disampaikan kepada sebelum pelajaran sehingga tiap murid tahu apa yang dipelajarinya Bahan disajikan secara individual

Kegiatan instruksional Pengalaman belajar Partisipasi Kecepatan belajar Penguatan Keberhasilan belajar Peranan pengajar tanpa memperhatikan murid secara individual Bahan pelajaran Menggunakan aneka ragam kebanyakan berbentuk kegiatan belajar yang dapat ceramah meningkatkan proses belajar Berorientasi pada kegiatan Berorientasi pada kegiatan guru murid Murid-murid bersikap pasif Murid aktif Kecepatan ditentukan oleh Menurut kecepatan masingmasing guru Biasanya dilakukan setelah Diberikan setelah sebagian ulangan kecil dari bahan pelajaran Dinilai oleh guru secara Dinilai secara obyektif subyektif berdasarkan hasil belajar Pengajar berfungsi sebagai penyalur pengetahuan murid Pengajar sebagai pemberi motivasi, pembimbing belajar. 2.3 Hasil Belajar 2.3.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa yang diperoleh darin proses pengajaran (Sudjana, 2010:3). Menurut Setyaningsih (2011:19) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sulistyaningsih (2011:13) mengemukakan bahwa Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sudjana (2010:39) mengemukakan: faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2.3.3 Ranah Hasil Belajar Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Sudjono (1996:49) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 1. Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). 2. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciriciri hasil belajar ranah afektif akan tampak pada peserta didik dalam bertingkah laku, seperti perhatiannya pada mata pelajaran, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran, penghargaan dan rasa hormat terhadap guru. 3. Ranah psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah

menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Menurut Fadly (2007) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru. Hasil belajar siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini sejalan dengan pengertian hasil belajar yang dikemukaan oleh Fadly (2007) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru dan hasil belajar siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini ranah kognitif yang dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 2.4 Kajian yang Relevan Penelitian Izaak H. Wenno (2010) yang berjudul Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran di SMP/MTS. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar sains siswa dengan menerapkan media pembelajaran sains, yakni modul sains berbasis problem solving method sangat baik, bila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Hal ini disebabkan karena dengan melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran, maka kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran sains akan lebih sempurna. Penelitian Desak Made Citrawathi (2006) yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Modul Berorientasi Siklus Belajar dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal yang bervariasi terkait dengan materi sistem koordinasi (saraf, indera, dan hormon. Selain itu

prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorintasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional dan secara umum respon siswa dan guru terhadap pembelajaran biologi menggunakan modul berorientasi siklus belajar adalah positif atau baik. Suratsih, Victoria Henuhili, Tutiek Rahayu, dan Muhammad Luthfi Hidayat (2009) yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Fenomena Lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap modul yang diuji coba menunjukkan bahwa siswa menyatakan positif sebesar 91,15%, menyatakan netral 5,50% dan sisanya 3,35% menyatakan negatif. Hal ini berarti modul yang diujicobakan sudah mempunyai tingkat keterbacaan yang cukup baik. Siswa pada dasarnya telah dapat memahami dengan baik modul yang diberikan. Siswa merasa senang dengan adanya modul tersebut, karena merasa mendapat pengalaman baru dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis genetik terhadap kejadian-kejadian sehari-hari yang ada di lingkungannya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan berdasarkan fenomena yang terjadi di SD, maka dibuatlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modul pembelajaran IPA kelas IV SD materi perubahan kenampakan benda langit terhadap hasil belajar siswa. Terdapat 1 masalah, yaitu pengaruh penggunaan modul pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran yang menggunakan bahan ajar modul pembelajaran IPA kelas IV dan pembelajaran yang tidak menggunakan bahan ajar modul pembelajaran. 2.5 Kerangka Pikir Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu penerapan bahan ajar modul dan hasil belajar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana Selama ini guru masih mendominasi pembelajaran IPA dengan pengajaran klasikal menggunakan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Saat ini masih ada siswa yang masih mengalami kesulitan belajar disebabkan karena keterbatasan sumber belajar atau bahan ajar sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal.salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari faktor bahan ajar yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena bahan ajar sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Modul adalah suatu unit yang lengkap sebagai sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri.tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Manfaat modul bagi siswa adalah untuk melatih siswa belajar secara mandiri baik di kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Siswa juga dapat membangun sendiri pengetahuaannya melalui pendekatan konstruktivisme berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa yang diperoleh darin proses pengajaran. Dengan menggunakan modul, siswa dapat belajar secara mandiri, di rumah maupun di sekolah. Modul dapat mengatasi keterbatasan sumber belajar siswa.

Modul (x) Hasil belajar (y) Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Ho: tidak ada perbedaan hasil nilai pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan modul terhadap hasil belajar IPA Ha: ada perbedaan hasil nilai pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan modul terhadap hasil belajar IPA.