III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN

Penyebaran Kuisioner

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB III METODOGI PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

METODOLOGI PENELITIAN

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab II Analytic Hierarchy Process

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

Pengertian Metode AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Pengenalan Metode AHP Pertemuan kuliah Manajemen Pengambilan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat dengan kawasan industri. Sedangkan data sekunder yang relevan dengan tujuan penelitian diambil dari berbagai sumber, seperti buku referensi, internet, dan buku atau informasi dari instansi terkait. a. Data primer Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden terpilih. Responden adalah aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat dengan kawasan industri ditujukan untuk menggali pendapatnya dalam rangka pemilihan strategi pengembangan kawasan industri. Penggalian pendapat ini dilakukan dengan menerapkan teori Analytical Hierarchy Process (AHP). b. Data sekunder Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung berupa publikasi resmi pemerintah dalam bentuk buku, PT KAIL, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

41 B. Teknik Pengambilan Sampel Responden Berdasarkan pendekatan AHP, yang menjadi narasumber untuk melakukan pembobotan adalah seorang ahli (expert). Yang dimaksud dengan expert disini tidak harus seseorang yang pakar pada satu bidang keilmuan tertentu, melainkan orang yang tahu betul akan permasalahan yang hendak diteliti. Dalam konteks strategi pengembangan Kawasan Industri Lampung, expert yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang paham benar mengenai kawasan industri. Untuk itu, pihak pengelola, pemerintah, praktisi, dan akademisi merupakan orang yang tepat untuk dijadikan responden dalam menentukan bobot pengaruh faktor, variabel, dan indikator yang digunakan untuk pemeringkatan strategi pengembangan Kawasan Industri Lampung. Jumlah responden menjadi tidak penting dalam menentukan bobot. Yang lebih penting adalah kualitas atau pengetahuan responden akan permasalahan yang dimaksud. Untuk itu, pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive, dengan melibatkan pihak pengelola, pemerintah, praktisi, dan akademisi. C. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode AHP merupakan suatu model yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1971. Saaty menyatakan bahwa AHP adalah suatu model untuk membangun gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi-asumsi dan memperoleh pemecahan yang diinginkan, serta memungkinkan menguji kepekaan hasilnya. Dalam prosesnya, AHP memasukkan

42 pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis yang bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan. Dilain pihak proses AHP memberi suatu kerangka bagi partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan. Di dalam AHP, penetapan prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Adapun tahapan dalam menganalisis data sebagai berikut (Saaty, 1993) : 1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. 2. Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari responden yang dianggap sebagai key person, Mereka dapat terdiri atas: 1.) pengambilan keputusan; 2.) para pakar; 3.) Orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki atas pendapat

43 dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison). Teknik komparasi yang digunakan dengan cara membandingkan antara elemen satu dengan elemen yang lainnya dalam satu tingkat hierarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing elemen. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik pada setiap elemen yang dibandingkan dengan hasil wawancara langsung dengan responden. Untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif tersebut digunakan skala banding berpasangan yang dikembangkan Saaty (1993) seperti terlihat pada tabel 5. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 6. Matriks Pendapat Individu C1 C2... Cn C1 1 A12 A1n A=(aij) C2 1/a12 1 A2n............... Cn 1/1n 1/2n... 1 Sumber: Saaty,1993 Dalam hal ini C1,C2,... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai aij merupakan nilai matrik pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj. 4. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemen berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya (CR) memenuhi syarat. Tujuan dari penyusunan matrik pendapat untuk mengukur tingkat konsistensi serta vector prioritas dari elemen-elemen hierarki yang mewakili semua responden.

44 5. Pengolahan horizontal, yaitu : a) Perkalian baris; b) Perhitungan vector prioritas atau vector ciri (eigen vector); c) Perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum; dan d) Perhitungan rasio inkonsistensi. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden. 6. Pengolahan vertikal, digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. 7. Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkosistensi pendapat cukup tinggi ( >0,1 ). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP sebagai dasar pengambilan keputusan (Saaty, 1993): a. Langkah pertama adalah mendefenisikan masalah dan menentukan solusi atau tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk strategi pengembangan Kawasan Industri Lampung. b. Langkah kedua adalah menentukan kriteria. Kriteria dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor penyebab tidak berkembangnya Kawasan Industri Nguter. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa beberapa aspek, yaitu aspek ketersediaan prasarana, aspek aksesibilitas, dan aspek kebijakan pemerintah. Sehingga diperolehlah kriteria sebagai berikut:

45 1. Upaya untuk mengembangkan Kawasan Industri Lampung dipandang dari aspek ketersediaan prasarana 2. Upaya untuk mengembangkan Kawasan Industri Lampung dipandang dari aspek aksesibilitas 3. Upaya untuk mengembangkan Kawasan Industri Lampung dipandang dari aspek kebijakan pemerintah c. Langkah ketiga adalah menentukan alternatif. Dalam hal ini membahas mengenai langkah dan strategi yang dibutuhkan dalam upaya pengembangan Kawasan Industri Lampung. Alternatif pada penelitian ini didapat dari beberapa referensi, seperti penelitian sebelumnya, teori lokasi, peraturan pemerintah tentang kawasan industri, dll. Sehingga diperoleh beberapa alternatif sebagai berikut: 1. Untuk mencapai aspek ketersediaan prasarana meliputi: a) Penyediaan sumber energi (gas, listrik) yang mampu memenuhi kebutuhan kegiatan industri baik dalam hal ketersediaan, kualitas, kuantitas dan kepastian pemasokan b) Penyediaan sumber air sebagai air baku industri baik yang bersumber dari air permukaan, PDAM, air tanah dalam; dengan prioritas utama yang berasal dari air permukaan yang dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri (Water Treatment Plant) c) Penyediaan sistem dan jaringan telekomunikasi untuk kebutuhan telepon dan komunikasi data d) Penyediaan drainase yang bermuara kepada saluran pembuangan

46 2. Untuk mencapai aspek aksesibilitas meliputi: a) Meningkatan lebar dan kapasitas beban (tonase) ruas-ruas jalan penghubung antara Kawasan Industri Lampung dengan jalan arteri primer, pelabuhan, stasiun kereta api dan bandara b) Meningkatkan pelayanan jaringan transportasi untuk mempermudah aktivitas kawasan industri c) Peningkatan keamanan wilayah sebagai tempat kunjungan investasi dari kriminalitas 3. Untuk mencapai aspek kebijakan pemerintah meliputi: a) Penetapan peraturan tentang Kawasan Industri Lampung b) Memberi kemudahan administrasi dalam menjalankan mekanisme perizinan dan birokrasi c) Meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan Kawasan Industri Lampung Adapun skema hirarki AHP disajikan pada Gambar 3. d. Langkah keempat adalah menyebar kuesioner kepada responden yang terdiri dari: 1. Bappeda Provinsi Lampung (1 responden) 2. Biro Perekonomian Provinsi Lampung (1 responden) 3. APINDO cabang Lampung (1 responden) 4. Pengelola PT. KAIL (1 responden) 5. Dosen perguruan tinggi, yaitu Universitas Lampung (1 responden)

47 Penyediaan sumber energi (gas,listrik) Strategi Pengemb angan Kawasan Industri Lampung (KAIL) Aspek Ketersediaan Prasarana Aspek Aksesibilitas Penyediaan air bersih Penyediaan sistem & jaringan telekomunikasi Penyediaan drainase Lebar dan kapasitas beban jalan Jaringan transportasi Tingkat keamanan Aspek Kebijakan Pemerintah Peraturan tentang KAIL Mekanisme perizinan dan birokrasi Pengawasan terhadap pengelolaan KAIL Gambar 3. Skema Hirarki AHP e. Langkah kelima adalah menyusun matriks dari hasil rata-rata yang didapat dari sejumlah responden tersebut. Kemudian hasil tersebut diolah menggunakan expert choice versi 2000. f. Langkah keenam adalah menganalisis hasil olahan dari expert choice versi 2000 untuk mengetahui hasil nilai inkonsistensi dan prioritas. Jika nilai konsistensinya lebih dari 0,10 maka hasil tersebut tidak konsisten, namun jika nilai tersebut kurang dari 0,10 maka hasil tersebut dikatakan konsisten.

48 g. Langkah ketujuh adalah penentuan skala prioritas dari kriteria dan alternatif untuk mencapai tujuan pengembangan Kawasan Industri Lampung. Untuk menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan dapat digunakan matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix). Matriks tersebut menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Pembobotan pada matriks berpasangan ini menganut asas resiprokal, yakni jika kriteria A dibandingkan dengan kriteria B mendapatkan nilai 3, maka kriteria B dibandingkan dengan kriteria A akan memperoleh nilai 1/3. Hasil penelitian tersebut selanjutnya diolah sesuai dengan prosedur AHP di atas. Setelah dilakukan running melalui expert choice versi 2000, maka akan menghasilkan urutan skala prioritas alternatif yang seharusnya dilakukan oleh pengelola guna mengembangkan Kawasan Industri Lampung. Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot masing-masing alternatif dan kriteria serta besarnya nilai konsistensi dari hasil pengolahan tersebut. Apabila besarnya rasio konsistensi lebih kecil dari 0,10 maka dapat dikatakan bahwa keputusan yang diambil oleh para responden cukup konsisten, sehingga skala prioritas tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mencapai sasaran.

49 Tabel 7. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Nilai 3 Nilai 5 Nilai 7 Nilai 9 Nilai 2,4,6,8 Nilai berkebalikan Sumber: Saaty,1993 Faktor yang satu sedikit lebih penting daripada faktor yang lain Faktor satu esensial atau lebih penting dari pada faktor lainnya Satu faktor jelas lebih penting daripada faktor lainnya Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktifitas i mendapatkan angka 2 jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai ½ dibanding i Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlibat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan