PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

EVALUASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY (MPPA) KAMBING PERANAKAN ETTAWA SEBAGAI DASAR SELEKSI DI WILAYAH MALANG RAYA SKRIPSI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

PENGGUNAAN CATATAN TEST DAY UNTUK MENGEVALUASI MLTTU GENETIK SAP1 PERAH OLEH : HEN1 INDRIJANI

EVALUASI POTENSI PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN DI PT TAURUS DAIRY FARM SKRIPSI RISSA FAYUMA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini yaitu catatan kadar lemak susu sapi perah FH laktasi 1

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH. HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG

Fixed Regression Test Day Model Sebagai Solusi pada Pendugaan Nilai Pemuliaan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BERDASARKAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY (MPPA) ISMAIL

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD 71

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

SKRIPSI OLEH : RINALDI

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

Transkripsi:

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P., Heni Indrijani *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2012 e-mail: ineyanumakeh@yahoo.com Abstrak Penelitian mengenai pendugaan kemampuan produksi susu pada kambing Saanen di Taurus Diary Farm Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, telah dilaksanakan pada tanggal 27-29 Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai ripitabilitas dan pendugaan kemampuan produksi susu (MPPA) pada kambing Saanen pada priode laktasi I dan II dari tahun 2005 sampai 2010. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode non eksperimen yang didesain untuk penelitian deskriptif. Jumlah catatan produksi susu total sebanyak 50 catatan, yang berasal dari 25 ternak yang merupakan keturunan dari 7 ekor jantan dan 19 ekor Induk. Komponen ragam dan ripitabilitas dianalisis menggunakan Restricted Maximum Likelihood (REML) - Animal Model, sedangkan MPPA dihitung secara manual. Hasil penelitian menunjukan bahwa ragam genetik sebesar 0,31 ragam lingkungan sebesar 0,05 lingkungan permanen dan ragam fenotip adalah 0,62 sedangkan nilai ripitabilitas adalah 0,36. Nilai dugaan kemampuan berproduksi susu tertinggi diperoleh oleh kambing dengan nomor ternak TDF 165 dengan nilai MPPA 700,86 dan terendah diperoleh oleh kambing dengan nomor ternak 8062 dengan nilai MPPA 175,86. Kata Kunci : Ripitabilitas, Ragam Genetik, Ragam Lingkungan Permanen, Ragam Fenotip, MPPA Abstract Research on the prediction ability of Saanen goat milk production in the Taurus Diary Farm Sukabumi district of West Java, was held on 27-29 June 2012. This study aims to determine the value repeatability and estimation of milk production ability (MPPA) in Saanen goats in the lactation period I and II from 2005 to 2010. The research method used in this study is a method designed for non-experimental descriptive studies. The number of total milk production records of 50 records, from 25 goats are descended from seven males and 19 tail mains. Repeatability various components and analyzed using Restricted Maximum Likelihood (REML) - Animal models, while the MPPA counted manually. The results showed that the genetic diversity of the environmental range of 0.05, 0.31 permanent environment and the diverse phenotypes repeatability is 0.62 while the value was 0.36. The alleged value of the highest milk producing ability obtained by goats with goat numbers MPPA TDF 165 to 700.86 and the lowest value obtained by goats with goat numbers 8062 with a value of 175.86 MPPA. Keywords: Repeatability, Genetic Variety, Variety of Permanent Environment, Variety Phenotyfe, MPPA

Pendahuluan Kambing Saanen merupakan salah satu rumpun kambing perah unggul dunia. Kambing ini berasal dari lembah Saanen di Swiss (Eropa) dan saat ini sudah menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia. Salah satu peternakan yang bergerak dibidang kambing perah adalah PT Taurus Dairy Farm yang berlokasi di Sukabumi Jawa Barat, di perusahaan ini rataan produksi susu yang dihasilkan adalah sebesar 322,03 liter/ekor/laktasi dengan panjang laktasi 240 hari (Fayuma, 2008). Besarnya produksi susu di perusahaan ini sangat memungkinkan untuk ditingkatkan, dalam usaha peningkatan ini perlu dilakukan suatu upaya untuk memperoleh bibit kambing Saanen, yang memiliki mutu genetik tinggi yang mampu menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang optimum. Untuk mendapatkan bibit kambing Saanen yang bermutu tinggi dapat dilakukan dengan cara seleksi dan persilangan. Seleksi adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu genetik ternak melalui pengembangbiakan ternak-ternak yang sesuai dengan harapan, seleksi yang digunakan pada ternak biasanya didasarkan pada sifat kuantitatif yang merupakan performa dari seekor ternak yang dapat diukur (Hardjosubroto, 1995). Salah satu cara untuk melakukan seleksi adalah melalui pendugaan kemampuan berproduksi pada masing-masing individu ternak, dimana prinsip pendugaan ini hanyalah berlaku untuk peternakan yang dimaksud dan tidak berlaku di peternakan lain. Salah satu parameter genetik yang diperlukan dalam pendugaan ini adalah ripitabilitas. Menurut Hardjosubroto (1995) nilai ripitabilitas digolongkan kedalam r < 0.1: rendah, r 0.1 0.3: sedang, r > 0.3: tinggi. Menurut Fayuma (2008) nilai ripitabilitas pada kambing Saanen di PT taurus Dairy Farm sebesar 0,21. MPPA digunakan untuk mengestimasi kemampuan produksi pada masa yang akan datang, serta untuk mengevaluasi superioritas seekor ternak dalam menghasilkan susu. Hasil penelitiaan ini diperkirakan, bahwa perolehan nilai ripitabilitas akan sangat berpengaruh pada nilai MPPA Bahan Dan Metode Objek dan Bahan Penelitian Objek penelitian adalah kambing Saanen sebanyak 25 ekor sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pencatatan produksi susu dari 25 ekor kambing Saanen pada periode laktasi I dan II yang merupakan keturunan dari 7 pejantan dan 19 induk dari tahun 2005-2010 di Taurus Dairy Farm Sukabumi.

Pengambilan Data Cara pengambilan data dilakukan dengan metode sensus dimana populasi ternak yang dijadikan objek adalah ternak yang mempunyai catatan lengkap, identitas induk, identitas pejantan, waktu lahir, nomor ternak, serta data produksi laktasi I dan II dari tahun 2005-2010. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi susu. Pada penelitian ini diperlukan catatan produksi susu laktasi I dan II yang diperoleh dari catatan produksi susu total, catatan produksi susu yang distandarisasikan berdasarkan: a. Umur induk (pertama kali melahirkan umur 20 bulan) b. Jumlah pemerahan ( 2 kali per hari) c. Lama laktasi (240 hari) Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode non eksperimen yang didesain untuk penelitian deskriptif. Selain pengambilan catatan produksi susu juga akan dilakukan pengamatan mengenai tatalaksana pemeliharaan kambing Saanen yang ada di peternakan ini. Metode Analisis a. Model Matematika dan Matriks Dalam penelitian ini yang menjadi efek tetap adalah musim dan laktasi dengan analisis menggunakan Rectricted Maximum Likelihood (REML) Repeated Measurement - Animal Model. (Groeneveld, 1998). Secara matematik dapat ditulis : Y ij = µ + M i + L j + P e + eij Keterangan : Y ij : Produksi Susu µ : Rata-rata produksi populasi M i : Pengaruh Tahun musim L j : Laktasi (1,2) P e : Lingkungan Permanen eij : Residu Musim ditentukan berdasarkan jumlah curah hujan yang diperoleh dari Pos Pengamatan Klimatologi Cicurug Sukabumi. Adapun Kriteria yang digunakan dalam penentuan BB, BL dan BK menggunakan acuan Scmidt dan Ferguson (Handoko, 1995) yaitu: - Bulan Kering (BK) : bulan curah hujan < 60mm

- Bulan Lembab (BL) : bulan curah hujan antara 60-100 mm - Bulan Basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 100 mm Model Matriks yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan: : vektor untuk produksi susu X Z W b. Komponen Ragam : vektor untuk efek tetap : vektor tetap untuk efek random (ternak) : vektor untuk lingkungan permanen : vektor untuk residu : disain Matrix efek tetap : disain Matrix untuk efek random : disain Matrix untuk lingkungan permanen Komponen seperti ragam genetik, ragam lingkungan temporer, ragam lingkungan permanen dan heritabilitas diduga dengan menggunakan Restriscted Maximum Likehood (REML) Animal Model. (Groeneveld, 1998), dengan komponen ragam sebagai berikut: Keterangan : h 2 : heritabilitas : ragam genetik aditif : ragam lingkungan permanen : residu : ragam penotif c. Ripitabilitas Nilai ripitabilitas ternak dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan: r : ripitabilitas σ 2 a : ragam genetik aditif σ 2 pe : ragam lingkungan permanen σ 2 e : ragam lingkungan temporer

d. MPPA Nilai MPPA diperoleh berdasarkan rumus: MPPA = ( ) ( ) (Hardjosubroto, 1995) Keterangan: MPPA : Pendugaan kemampuan berproduksi n : Jumlah pengamatan r : Ripitabilitas : Rataan produksi susu ternak yang diduga : Rataan produksi populasi Hasil dan Pembahasan a. Deskripsi Data Jumlah ternak yang dianalisis pada penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor betina laktasi yang mempunyai catatan produksi susu laktasi pertama dan kedua, berasal dari 7 ekor jantan dan 19 ekor betina. Jumlah catatan produksi susu adalah 50, terdiri dari 25 catatan laktasi I dan 25 laktasi II. Struktur data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini : Tabel 1. Data produksi susu pada laktsi I dan II (dalam liter) Produksi Susu Laktasi Jumla h Data Minimal Maksima l Rata-rata Simpangan Baku --------------------------Liter---------------------- Koefisien Variasi (%) I 25 162,30 847,50 419,64 192,19 45,80 II 25 134,71 750,49 389,79 195,59 50,17 I &II 50 134,71 847,50 404,72 192,50 47,56 Berdasarkan Tabel 1. tersebut terlihat bahwa rata-rata produksi susu laktasi I 419,64 ± 192,19 liter dimana produksi susu paling rendah adalah 162,30 liter, sedangkan produksi susu paling tinggi adalah 847,5 liter, hal ini menunjukan bahwa selisih rata-rata produksi individu terhadap rata-rata populasi sangat besar, begitupun dengan rentang produksi susu yang diperoleh sangat besar, dengan nilai koefisien variasi sebesar 45,80 % yang menunjukan bahwa data individu masih sangat heterogen. Pada laktasi II terlihat bahwa rata-rata produksi adalah 389,79 ± 195,59 liter yang memiliki produksi terendah 134,70 liter, sedangkan tertinggi adalah 750,49 liter, koefisien variasi 50,17 % lebih tinggi dibandingkan laktasi pertama. Rata-rata kedua laktasi sebesar

404,72 liter dengan rata-rata lama laktasi 240 hari, atau sekitar 1,68 liter/ekor/hari, untuk produksi harian tersebut menunjukkan produksi lebih rendah, jika dibandingkan dengan hasil penilitian Epun (2002) yang menyebutkan bahwa kambing Saanen di PT Taurus Dairy Farm memiliki panjang laktasi antara 6 sampai 8 bulan dengan rata-rata produksi 1,78 liter/ekor/hari dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yaitu sebesar 322,03 liter/ekor/laktasi dengan panjang laktasi 240 hari (Fayuma, 2008). Perbedaan rataan produksi ini disebabkan oleh adanya perbedaan populasi kambing Saanen dan manajemen pemeliharaan sehingga sangat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Kedua macam data ini (laktasi I dan II) berlawanan dengan publikasi yang diutaran oleh Ferries dkk, (1985) yang menyatakan bahwa laktasi awal kemungkinan dapat mempengaruhi laktasi selanjutnya dan dapat juga menjadi penduga produksi pada periode laktasi berikutnya selama ternak tersebut berproduksi. Hal ini terjadi karena terdapat perbadaan manajemen pakan, terutama kualitas pakan yang diberikan serta kebijakan kebijakan perusahan yang berubah. b. Dugaan Komponen Ragam dan Nilai Ripitabilitas Dugaan komponen ragam dan nilai ripitabilitas produksi susu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Dugaan Komponen Ragam dan Nilai Ripitabilitas Sifat Komponen Ragam ± s.e Prod. Susu 0,31 0,05 0,63 0,36 ± 0,27 Keterangan : = Ragam genetik aditif = Ragam Lingkungan Permanen = Ragam Lingkungan Temporer = Ripitabilitas s.e = Standar Eror Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa pendugaan komponen ragam genetik aditif sebesar 0,31. Gen aditif adalah gen-gen yang mempunyai efek menambah atau mengurangi, terlepas dari macamnya pasangan gen atau alel ganda yang sudah ada. Analisis ragam genetik ini digunakan dalam menentukan angka ripitabilitas. Komponen ragam lingkungan permanen termasuk kategori kecil yaitu 0,05. Hal ini menunjukan bahwa lingkungan permanen tidak berpengaruh terhadap perbedaan produksi individu ternak pada populasi ternak tersebut. Komponen ragam lingkungan temporer yang diduga berpengaruh banyak pada perusahan ini, terbukti bahwa proporsi ragam lingkungan

temporer yaitu 0,63. Berarti 63% produksi dipengaruhi oleh lingkungan temporer, seperti pemberian pakan, lingkungan yang kurang tenang dan cara pemerahan. Nilai ripitabilitas produksi susu pada kambing Saanen di PT. Taurus Dairy Farm adalah 0,36 atau 36 %. lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Fayuma (2008) yakni sebesar 0,21. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan populasi dan jumlah catatan yang dipergunakan dalam pengamatan. c. Pendugaan Kemampuan Produksi Susu (MPPA) Pada pendugaan daya produksi susu menggunakan catatan laktasi I dan II didapatkan bahwa nilai (MPPA) dari 25 ekor ternak dengan tertinggi diperoleh oleh kambing dengan nomor TDF 165 dengan nilai MPPA 700,86 dimana TDF 165 merupakan keturunan dari TDF 48 dan TDF 67, sedangkan terendah diperoleh oleh kambing dengan nomor 8062 yang merupakan keturunan dari TDF 13 dan 9028 dengan nilai MPPA 175,86. Hal ini dapat diartikan bahwa kambing dengan nomor TDF 165 diduga mampu memproduksi susu 700,86 liter pada laktasi berikutnya, sedangkan pada kambing dengan nomor ternak 8062 diduga akan memproduksi susu 175,86 liter pada laktasi berikutnya. Hasil pendugaan, diambil 10 betina terbaik yakni sebagai berikut : Tabel 3. Data 10 Betina Terbaik Pada Populasi Kambing Saanen di PT. Taurus Dairy Farm. Rangking Nomor Ternak MPPA 1 TDF 165 700,86 2 8072 639,02 3 8071 637,93 4 8055 555,48 5 8094 544,52 6 8107 527,55 7 TDF 68 525,33 8 TDF 154 521,19 9 TDF 132 513,69 10 8088 453,92 Peringkat MPPA dari masing-masing individu ternak digunakan sebagai salah satu kriteria dalam menetapkan program pemuliaan yang akan dijalankan di peternakan bersangkutan, dimana peringkat MPPA digunakan untuk seleksi terhadap induk yang akan di jadikan bibit di Peternakan tersebut. Adapun data induk dari 10 betina terbaik dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini.

Tabel 4. Data Induk 10 Betina Terbaik Pada Populasi Kambing Saanen di PT. Taurus Dairy Farm. Rangking Nomor Ternak Sire Dam 1 TDF 165 TDF 48 TDF 67 2 8072 TDF 48 9030 3 8071 TDF 46 9040 4 8055 TDF 19 8017 5 8094 TDF 13 9040 6 8107 TDF 48 8037 7 TDF 68 PATRIACH 9009 8 TDF 154 TDF 48 TDF 11 9 TDF 132 PATRIACH 9018 10 8088 TDF 48 8032 Dari 25 betina yang diamati di peternakan Taurus Dairy Farm, telah diambil 10 ekor betina terbaik yang tercantum pada Tabel 4. dimana 10 ekor betina terbaik ini yang berdasarkan nilai MPPA dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria seleksi, dimana jumlah betina yang akan diseleksi untuk dijadikan sebagai bibit tergantung pada kebijakan perusahaan. Menurut Sudono (1999) bahwa setelah nilai MPPA yang didapatkan maka dibuatkan rengking, maksudnya mengurutkan MPPA yang tertinggi hingga terendah, sebanyak 50-55 persen tertinggi dari jumlah populasi yang bereproduksi yang digunakan sebagai bibit, sedangkan 20-25 persen terendah dari jumlah populasi yang berproduksi rendah dikeluarkan. Pemilihan 10 ekor betina ini merujuk pada Lasley (1978) yang menyatakan bahwa pemilihan betina yang dapat dijadikan sebagai bibit dalam suatu populasi berkisar antara 40-50 persen. Adapun betina-betina yang tidak terpilih pada 10 ekor betina terbaik akan dipertahankan untuk tetap berproduksi dan meningkatkan produksinya pada laktasi selanjutnya. Lush (1968) menyatakan, bahwa perhitungan nilai MPPA dengan penggunaan dua sampai tiga laktasi akan menambah keakuratan, sedangkan penggunaan lebih dari empat laktasi hanya menambah sedikit keakuratannnya. Simpulan 1. Besar nilai ripitabilitas (r) adalah sebesar 0,36 dengan standar eror sebesar 0,27, dikategorikan pada nilai ripitabilitas tinggi. 2. Besar nilai dugaan kemampuan berproduksi susu atau Most Probable Producing Ability (MPPA) tertinggi diperoleh oleh kambing dengan nomor ternak TDF 165

Saran dengan nilai MPPA 700,86 dan terendah diperoleh oleh kambing dengan nomor ternak 8062 dengan nilai MPPA 175,86. 1. Untuk meningkatkan mutu fenotip, perlu dilakukan seleksi secara teratur berdasarkan peringkat MPPA. 2. Perlu dilakukan perbaikan managemen pemeliharaan dan pemberian pakan, serta evalasi terhadap efektifitas program yang telah dijalankan. Ucapan Terimakasih Penulis dengan rasa hormat dan bangga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada PT Taurus Dairy farm Sukabumi yang telah membantu dan memfasilitasi dalam menyelesaikan penelitian ini. Daftar Pustaka Epun, D. 2003. Penampilan Produksi dan Reproduksi Kambing Saanen di PT. Taurus Dairy Farm. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fayuma, R. 2008. Evaluasi Potensi Produksi Susu Pada Kambing Saanen Di Pt Taurus Dairy Farm. Skripsi.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Groeneveld, E. 1998. VCE User s Guide and Reference Manual Version 4.2. Institute of Animal Husbandry and Animal Behavior. Federal Agric res center. Germany. Handoko, 1995. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka. Jakarta. Hardjosubroto, W. 1995. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Lasley., J.E. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3 Englewood Cliffs. New Jersey. edition. Prentice-Hall Inc. Lush, J.L. 1968. Animal Breeding Plans. 3 rd New Jersey. Edition. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Diktat Kuliah. Jurusan ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.