STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

lib.archiplan.ugm.ac.id

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN.

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB I PENDAHULUAN. Buku DP3A ini berjudul Penataan Permukiman Lingkungan Masjid Al-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

IDENTIFIKASI AKTIVITAS SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN INDUSTRI DI KECAMATAN KALIWUNGU TUGAS AKHIR. Oleh: YOWALDI L2D

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KERAJAAN ISLAM TERHADAP POLA BENTUK KOTA PASURUAN

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

POLA KERJASAMA PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUURIP ANTARA KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran

Transkripsi:

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 i

ABSTRAK Sejarah terbentuknya suatu kota akan terekam dalam artefak bersejarah baik berupa peninggalan yang nampak (tangible heritage) maupun peninggalan yang tidak nampak (intangible heritage) yang biasanya berada di pusat kota. Pusat kota bersejarah yang membentuk pola awal sebuah kota merupakan aset yang harus dilestarikan karena terbentuk dari jalinan bangunan dan jalan dari berbagai periode perkembangan yang dapat menunjukkan identitas dan jati diri bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya. Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Pantai Utara Jawa yang mulai berkembang pada abad ke 16 (sekitar tahun 1513-an) sejak kedatangan Sunan Katong yang berasal dari Kerajaan Demak untuk menyebarkan agama Islam di daerah Kaliwungu. Sejarah perkembangan Kabupaten Kendal ini secara tidak langsung tercermin dalam pola ruang yang terbentuk pada kawasan bersejarah. Kawasan bersejarah sebagai salah satu obyek konservasi di Kabupaten Kendal belum ditangani dengan serius sehingga keberadaannya mulai tergeser oleh fungsi-fungsi baru yang terus berkembang seiring dengan perkembangan Kendal. Konservasi diperlukan untuk melindungi keberadaan kawasan bersejarah yang semakin terancam. Langkah awal yang harus dilakukan sebagai upaya untuk melakukan konservasi adalah mengidentifikasi struktur morfologi kota. Research question yang dirumuskan untuk merespon hal tersebut adalah bagaimanakah pola morfologi pusat kota awal Kendal dan bagian kota manakah yang memiliki potensi untuk dikonservasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kawasan konservasi di Kabupaten Kendal sebagai salah satu kabupaten di Pantura Jawa melalui pendekatan pola morfologi kota. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang ingin dicapai adalah identifikasi sejarah perkembangan Kabupaten Kendal pada tiap periode perkembangan sejak pada awal terbentuknya pada periode Hindu-Budha, Islam, Kolonial Belanda hingga saat ini, identifikasi kondisi keutuhan konsep kota pada saat ini dari pengaruh konsep kota yang mempengaruhi perkembangan Kabupaten Kendal yaitu konsep kota tradisional dan konsep kota periode syiar agama Islam, identifikasi pola morfologi Kabupaten Kendal pada kawasan bersejarah yang memiliki potensi untuk dikonservasi, dan identifikasi kawasan konservasi di Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan skoring. Analisis diskriptif kualitatif digunakan dalam analisis penelusuran sejarah, keutuhan konsep kota, dan morfologi kota (lingkage, place, figure ground), dan analisis kawasan konservasi di Kabupaten Kenda, sedangkan analisis skoring digunakan untuk menentukan potensi konservasi berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan survai sekunder dan survai primer. Survai sekunder dilakukan melalui survai instansi dan telaah dokumen dengan mengkaji buku, jurnal penelitian, karya ilmiah, peraturan daerah, arsip dan dokumen baik pribadi maupun pemerintah. Survai primer dilakukan dengan cara direct observation dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan metode snowballing dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai narasumber pertama, kemudian diteruskan pada orang yang telah direkomendasikan. Wawancara yang dilakukan adalah depth interview yang berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya dari narasumber. Dari hasil analisis didapatkan potensi konservasi yang dimiliki oleh tiap kawasan bersejarah. Kawasan alun-alun Kaliwungu termasuk dalam kelas I dengan klasifikasi potensi konservasi besar karena memiliki peran sejarah yang besar bagi perkembangan Kabupaten Kendal dan pola morfologi kotanya masih bisa diidentifikasi. Pabrik Gula Cepiring juga menempati kelas I dengan potensi besar dilihat dari kondisi kawasan yang terdiri dari bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda dan pola morfologi kawasan yang masih asli. Potensi konservasi pada kawasan peninggalan Pangeran Benowo di Desa Pekuncen relatif kecil dan termasuk dalam kelas III dengan fokus kegiatan konservasi pada kompleks makam dan masjid. Kawasan di sekitar kompleks masjid tersebut sudah tidak meninggalkan jejak sejarah kecuali toponim nama saja. Kondisi fisik kawasan alun-alun Kota Kendal sudah banyak berubah sehingga pola morfologi yang terbentuk saat ini sudah dipengaruhi oleh fungsi-fungsi modern. Meskipun demikian peran sejarah kawasan ini bagi Kabupaten Kendal sangat besar sehingga potensi konservasi tetap ada meskipun kondisi eksistingnya sudah berubah menjadi bangunan modern. Kawasan alun-alun Kota Kendal ini menempati kelas III dengan potensi konservasi relatif kecil. Key words: morfologi kota, kawasan bersejarah, dan konservasi kota iv

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota terbentuk sebagai ekspresi kegiatan masyarakat serta tidak terlepas dari hubungannya dengan kondisi fisik lingkungan. Keberadaan suatu kota sebagai wujud fisik tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya yang hidup pada warganya, sehingga perubahan yang terjadi pada budaya masyarakat akan berpengaruh terhadap bentuk kotanya (Aliyah, 2004: 33). Kota bukan sesuatu yang bersifat statis karena memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan pelakunya yang dilaksanakan dalam dimensi waktu sehingga kota akan selalu berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan sosial masyarakatnya. Sejarah terbentuknya suatu kota akan terekam dalam artefak bersejarah baik berupa peninggalan yang nampak (tangible heritage) maupun peninggalan yang tidak nampak (intangible heritage) yang biasanya berada di pusat kota. Pusat kota bersejarah yang membentuk pola awal sebuah kota merupakan aset yang harus dilestarikan karena terbentuk dari jalinan bangunan dan jalan dari berbagai periode perkembangan yang dapat menunjukkan identitas dan jati diri bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pusat kota bersejarah dalam kontribusinya terhadap perkembangan kota tidak sekedar menunjukkan nilai budaya dalam waktu dan kurun tertentu, tetapi juga memberikan tautan makna kultural pada generasi selanjutnya (Purwanto, 2001: 31-32). Pelestarian sendiri menurut Piagam Burra tahun 1979 merupakan payung dari segenap kegiatan pelestarian, oleh karena itu didefinisikan sebagai usaha pemeliharaan suatu tempat agar dapat dipertahankan makna budaya (cultural significant) yang terkandung di dalamnya. Upaya pelestarian kawasan bersejarah termasuk di dalamnya pusat kota lama terancam oleh aktivitas-aktivitas lain. Perkembangan aktivitas suatu kota membutuhkan ruang untuk mewadahi sehingga perkembangan aktivitas mempengaruhi terjadinya perubahan ruang. Berkembangnya aktivitas lain seperti ekonomi dan permukiman akan tercermin dalam perubahan tata guna lahan di suatu kota. Perubahan tata guna lahan ini seringkali kurang sesuai dengan aspek sejarah yang ada di suatu kota bahkan tidak jarang bertolak belakang. Elemen-elemen bersejarah yang ada semakin tergeser oleh fungsi-fungsi modern sehingga apabila dibiarkan secara terus menerus artefak rekaman sejarah perkembangan kota akan hilang. Kabupaten Kendal mulai berkembang pada abad ke 16 (sekitar tahun 1513-an) sejak kedatangan Sunan Katong yang berasal dari Kerajaan Demak ke daerah Kaliwungu. Sebelum itu dapat dipastikan sudah terdapat permukiman di Kendal yang dibuktikan dengan penyebutan Kendal dengan Kendalapura pada zaman Hindu dan keberadaan Pakujowo yang merupakan seorang empu

2 dan petinggi Majapahit. Pada saat itu tujuan utama kedatangan Sunan Katong adalah untuk menyebarkan agama Islam sehingga Kaliwungu dikenal menjadi sebuah kota santri yang cukup ramai. Kaliwungu kemudian berkembang menjadi kota santri yang juga berperan penting bagi pemerintahan Kabupaten Kendal yaitu menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Kendal hingga tahun 1811. Sebagai kota pusat pemerintahan awal Kabupaten Kendal dan kota yang berkembang karena aktivitas syiar agama Islam, Kaliwungu merupakan salah satu kota bersejarah yang memiliki pola morfologi ruang yang dipengaruhi oleh konsep tradisional. Pada fase awal perkembangannya Kaliwungu berkembang karena adanya aktivitas syiar agama Islam oleh utusan dari Kerajaan Demak yang ditandai dengan kemunculan pondok pesantren dan permukiman penduduk. Pada fase selanjutnya Kaliwungu berkembang menjadi kota pusat pemintahan bagi Kadipaten Kendal dengan penguasanya Tumenggung Bahurekso. Sebagaimana kota pusat pemerintahan lainnya di Jawa, Kaliwungu juga memiliki alun-alun sebagai pusat kotanya. Alun-alun ini dikelilingi oleh pendopo, kantor kadipaten, penjara, pasar, dan masjid. Pada tahun 1811 pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dipindahkan ke Kota Kendal (pusat kota sekarang). Kepindahan pusat kota Kendal ini bertepatan dengan selesainya pembangunan Jalan Daendels yang menghubungkan kota-kota Pantai Utara Jawa dari Anyer hingga Panarukan termasuk di dalamnya Kendal. Jalan Raya Pos (Jalan Daendels) menimbulkan dampak yang besar pada kota-kota yang dilewatinya (Mahatmanto, 2005: 23). Hal ini terbukti dengan orientasi pusat pemerintahan pada saat itu menghadap ke Jalan Daendels (sekarang menjadi Jalan Pemuda). Setelah dibuat jalan raya dari simpang tiga Kores 0933 sampai Kodim 0715 Kendal dibuatlah kantor dan kediaman Bupati Kendal yang menghadap ke utara dengan pendopo berbentuk Joglo lengkap dengan alun-alun. Selain pengaruh yang disebabkan oleh dibangunnya Jalan Daendels yang melewati Kabupaten Kendal pengaruh pemerintah Belanda juga terlihat pada bangunan Pabrik Gula Cepiring. Sejarah perkembangan Kabupaten Kendal tersebut secara tidak langsung tercermin dalam pola ruang yang terbentuk hingga saat ini. Sebagaimana kecenderungan yang terjadi di kota lain, kawasan bersejarah di Kabupaten Kendal juga mengalami perubahan. Kabupaten Kendal terletak di Pantai Utara Jawa yang sejak dahulu telah dikenal sebagai pusat perdagangan internasional. Keberadaan Jalur Pantura menyebabkan koridor Pantura Jawa menjadi lebih berkembang karena jalan tersebut menjalankan fungsi distribusi bagi Pulau Jawa baik distribusi sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam. Lancarnya sistem transportasi yang menghubungkan kota-kota di Pantura mempengaruhi perkembangan aktivitas ekonomi yang ada. Perkembangan Kabupaten Kendal sendiri terjadi dengan cepat karena pengaruh dari letaknya yang strategis di jalur pantura. Pada saat ini di Kabupaten Kendal terutama di pusat kota banyak bermunculan bangunan-bangunan baru yang

3 keberadaannya belum terintegrasi dengan artefak sejarah yang telah ada sebelumnya. Kawasan bersejarah di Kabupaten Kendal sebagai salah satu obyek konservasi belum ditangani dengan serius sehingga keberadaannya mulai tergeser oleh fungsi-fungsi baru yang terus berkembang seiring dengan perkembangan Kendal. Konservasi diperlukan untuk melindungi keberadaan kawasan bersejarah di Kabupaten Kendal yang semakin terancam. Langkah awal yang harus dilakukan sebagai upaya untuk melakukan konservasi kota adalah mengidentifikasi struktur morfologi kota. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya penelitian dengan judul Identifikasi Pola Morfologi Kota dalam Penentuan Kawasan Konservasi Kota di Kabupaten Kendal ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan buku Mengenal Kabupaten Dati II Kendal (1980), Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten di Pantai Utara Jawa Tengah yang pada awal merupakan kota yang berkembang karena aktivitas penyebaran agama Islam oleh Sunan Katong. Sunan Katong adalah seorang utusan dari Kerajaan Demak untuk menyebarkan agama Islam ke daerah barat. Penyebaran agama Islam oleh Sunan Katong terjadi di Kecamatan Kaliwungu sehingga di daerah ini banyak berkembang pondok pesantren yang usianya sudah ratusan tahun. Selain berkembang karena aktivitas penyebaran agama Islam, Kaliwungu juga berkembang sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kendal yang pertama sebelum dipindahkan ke Kota Kendal pada saat ini. Kabupaten Kendal memiliki dua alun-alun sebagai pusat kota yaitu alun-alun Kaliwungu yang merupakan pusat kota pertama dan alun-alun Kendal yang hingga saat ini masih menjadi pusat pemerintahan. Seperti kota lain di Pulau Jawa, pola pusat kota Kendal baik yang ada di Kaliwungu maupun Kota Kendal menggunakan konsep kota tradisional. Konsep tradisional ini ditandai dengan keberadaan alun-alun, pasar, masjid, kantor pemerintahan, dan penjara. Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa Kaliwungu dan Kota Kendal pernah berkembang sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kendal. Pusat kota lama ini merupakan artefak sejarah kota yang mencerminkan perkembangan Kabupaten Kendal. Selain pusat kota Kabupaten Kendal juga memiliki beberapa artefak sejarah lain seperti Pabrik Gula Cepiring yang merupakan peninggalan Belanda dan beberapa candi di Kecamatan Limbangan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kendal memiliki peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan. Sebagai daerah hinterland bagi Kota Semarang aktivitas ekonomi di Kabupaten Kendal berkembang dengan pesat. Perkembangan aktivitas masyarakat tersebut memerlukan ruang untuk mewadahi. Kebutuhan ruang bagi wadah aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan perkembangan fisik kota yang terlihat dari semakin banyaknya bangunan baru. Perkembangan ini menyebabkan pola tradisional yang ada sedikit demi sedikit berubah tergeser oleh fungsi-fungsi modern yang menghilangkan ciri tradisional yang telah terbentuk sebelumnya. Kemunculan fungsi modern ini belum terintegrasi dengan keberadaan peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten

4 Kendal, sebagai contoh perkembangan aktivitas ini menyebabkan perubahan pola morfologi di pusat kota Kendal. Keberadaan pasar tradisional, pendopo, penjara, dan kantor kawedanan sebagai elemen pusat kota lama Kendal di Kaliwungu serta pasar di sekitar alun-alun Kendal saat ini telah hilang dan diganti oleh fungsi baru. Apabila hal ini dibiarkan tanpa ada upaya konservasi dikhawatirkan akan menghilangkan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Kendal. Belum adanya upaya pelestarian kota di Kabupaten Kendal dapat mengancam eksistensi obyek konservasi yang ada. Perubahan pola morfologi Kabupaten Kendal harus dikendalikan untuk mencegah hilangnya nilai historis yang dimiliki oleh suatu kawasan. Upaya pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui tindakan konservasi baik terhadap kawasan bersejarah maupun bangunanbangunan kuno. Langkah awal dalam melakukan konservasi adalah mengidentifikasi obyek-obyek konservasi. Research question yang dirumuskan untuk merespon hal tersebut adalah bagaimanakah pola morfologi pusat kota awal Kendal dan bagian kota manakah yang memiliki potensi untuk dikonservasi. 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kawasan konservasi di Kabupaten Kendal sebagai salah satu kabupaten di Pantai Utara Jawa melalui pendekatan pola morfologi kota. 1.3.2 Sasaran Sasaran dari penelitian ini adalah: 1. Identifikasi sejarah perkembangan Kabupaten Kendal pada tiap periode perkembangan sejak pada awal terbentuknya pada periode Hindu-Budha, Islam, Kolonial Belanda hingga saat ini. 2. Identifikasi kondisi keutuhan konsep kota pada saat ini dari pengaruh konsep kota yang mempengaruhi perkembangan Kabupaten Kendal yaitu konsep kota tradisional Jawa dan konsep kota periode penyebaran agama Islam. 3. Identifikasi pola morfologi Kabupaten Kendal pada kawasan bersejarah yang memiliki potensi untuk dikonservasi. 4. Penentuan kawasan konservasi kota di Kabupaten Kendal. 1.4 Ruang Lingkup Materi dan Wilayah 1.4.1 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini meliputi: 1. Kajian sejarah perkembangan Kabupaten Kendal yang dilakukan melalui penelusuran sejarah perkembangan Kabupaten Kendal pada tiap periode perkembangan sejak periode Hindu-