BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PENDAHULUAN. aktif dan sehat (Martianto, 2005). Diversifikasi pangan akan memungkinkan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PENDAHULUAN. dengan ciri khasnya yaitu memiliki tekstur yang agak kasar, kurang lentur, dan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

PENDAHULUAN. singkong, ubi, talas dan lain-lainnya. Gandum berpotensi sebagai pengganti beras

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PENDAHULUAN. Sumber utama karbohidrat, diantaranya adalah serealia (contoh gandum, jagung,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

BAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I PENDAHULUAN. gembili, sagu, kimpul, gadung dan sebagainya (Muhandri, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG KOMPOSIT BERBAHAN DASAR BERAS, UBI JALAR, KENTANG, KEDELAI, DAN XANTHAN GUM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi terigu di Indonesia mengancam ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi mencapai 4,3 juta ton/tahun pada tahun 2010 dengan kenaikan yang tetap setiap tahunnya (Sapariah, 2012). Menurut Franciscus Welirang, Ketua Umum Aptindo (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia), pada tahun 2013, konsumsi terigu di Indonesia diperkirakan naik 7% menjadi 5,43 juta ton. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya peningkatan produksi industri makanan, terutama biskuit. Menurut Diah Maulida, Deputi Bidang Kelautan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian (2012), menyatakan bahwa Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri akibat produksi gandum Indonesia masih kurang, sehingga Indonesia harus mengimpor gandum. Hal tersebut membuat Indonesia sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir. Menurut United State Department of Agriculture (USDA), impor gandum di Indonesia meningkat menjadi 7,1 juta ton pada tahun 2012, sedangkan Indonesia mengimpor 6,7 juta ton gandum pada tahun 2011. Nilai impor gandum pada tahun 2012 mencapai lebih dari Rp 30 trilyun, bahkan lebih tinggi dari anggaran Kementrian Pertanian dari APBN senilai Rp 27 trilyun. Akibatnya devisa negara banyak terkuras karena impor gandum (Kementerian Pertanian, 2013). Menurut Aptindo (2014), terdapat 29 perusahaan tepung terigu di Indonesia, dengan total kapasitas 10,3 MT/tahun (Metrik Ton) di pulau Jawa. Pada tepung terigu mengandung protein gluten yang dapat menyebabkan alergi gluten dan intoleransi, salah satunya yaitu penderita autis. Asam amino spesifik yang menyebabkan alergi pada anak autis adalah gliadin yang merupakan asam amino penyusun gluten (Lau et al., 2013). Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau berkisar 0,l5-0,20%. Jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per tahun maka jumlah penyandang autis

di Indonesia bertambah 0,15% atau 6.900 anak per tahunnya (Mashabi, 2009). Menurut data Unesco pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang penyandang autisme di seluruh dunia. Rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia telah mengidap autisme. Di Amerika Serikat, autisme dimiliki oleh 11 dari 1000 orang (Radius dan Mulyadi, 2011 dalam Dhani, 2012). Sementara itu, di Indonesia, perbandingannya 8 dari setiap 1000 orang. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 ini adalah 237.641.326 jiwa, sehingga berdasarkan dara tersebut, jumlah penderita autis di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 29.705. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah anak autis usia 5 hingga 19 pada tahun 2014 sekitar 112 ribu jiwa (Adjeng.P dan M. Ilmi, 2014). Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya dalam bidang agraris. UU No. 18 tahun 2008, mengimplikasikan mengenai kebijakan pangan yang mengarah pada sumber daya lokal dan kearifan lokal, sehingga salah satu upaya untuk menekan kebutuhan impor terigu yaitu meningkatkan potensi komoditas lokal di Indonesia berupa umbi-umbian dan leguminosa. Umbi-umbian lokal telah dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat sejak dahulu dan terbukti sedikit memicu terjadinya penyakit degeneratif di masa lalu (Sari et al., 2013). Menurut FAO (2012) Indonesia merupakan penghasil umbiumbian terbesar keempat di dunia. Salah satu komoditas umbi-umbian lokal dari berbagai jenis umbi-umbian di Indonesia yang berpotensi dapat dikembangkan yaitu uwi. Uwi merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang berasal dari Asia sehingga mudah ditemukan di Indonesia. Produksi uwi di dunia mencapai 51.778 ton (FAO, 2010 dalam Fu et al., 2011). Nama lain dari uwi diantaranya yaitu ubi kelapa dan huwi, Uwi berpotensi sangat besar sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat. Tanaman ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu (a) potensi produksinya dapat mencapai 40 ton/ha, (b) syarat tumbuh sangat luas dari

permukaan laut hingga ketinggian lebih dari 1500 dpl, dan mulai dari tanah lembab (rawa) hingga lahan kering, (c) relatif toleran terhadap naungan, (d) umumnya tahan terhadap penyakit soilborn, (e) umbi relatif tahan disimpan, dan (f) memiliki kandungan antioksidan dan berkhasiat obat (Fahmi dan Antarlina, 2007). Uwi memiliki kandungan gizi seperti kandungan karbohidrat sebesar 22-31%; protein 1,1-3,1%, lemak 0,16-0,6% dan serat 1,4-3,8% (Evans C. et al.,2013). Kandungan gizi uwi sangat beragam disamping kaya akan serat, uwi diperkaya dengan vitamin C sebesar 2,0-8,2% dan fosfor sebesar 28-52% (Lingga, 1986 dalam Afidin et al., 2014; Evans C. et al.,2013). Uwi termasuk keluarga Dioscorea. Komponen utama pati Dioscorea adalah amilosa yang ratarata besarnya lebih dari 25% berat kering. Sifat lain dari pati Dioscorea, banyak terkait dengan sifat fungsional dan efek hipoglisemik pada penderita diabetes. Hal ini dibuktikan dengan indeks glikemik Dioscorea yang cukup rendah yaitu sebesar 51 (Epriliati, 2000). Sementara itu, indeks glikemik pada Dioscorea alata tergolong rendah yaitu 22,4 (Sari et al., 2013). Umbi Dioscorea alata memiliki senyawa bioaktif yang bermanfaat terhadap kesehatan seperti dioscorin, diosgenin, dan polisakarida larut air (PLA). Dioscorin merupakan protein simpanan utama dalam ubi kelapa, berfungsi sebagai tripsin inhibitor, enzim penyebab peningkatan tekanan darah. Diosgenin merupakan senyawa fitokimia yang berperan dalam produksi hormon steroid, mampu mencegah kanker usus, dan menurunkan penyerapan kolesterol. Beberapa studi menunjukkan polisakarida larut air (PLA) mampu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba dalam keadaan hiperglikemia. Kandungan senyawa bioaktif pada uwi menyebabkan uwi berpotensi sebagai bahan pangan fungsional (Prasetya et al., 2016). Legum atau kacang-kacangan merupakan sumber protein yang murah, juga mengandung karbohidrat, menurunkan kolesterol, berkadar serat tinggi, rendah lemak, dan tinggi konsentrasi asam lemak tak jenuh (Rockland

dan Nishi, 1979 dalam Gilang et al., 2013). Tanaman koro-koroan mudah dibudidayakan dan produktivitas biji keringnya cukup tinggi sekitar 800-900 kg/ha pada lahan kering dan kurang lebih 1.700 kg/ha apabila lahan diberi pengairan (Robert, 1985 dalam Nafi et al., 2014). Koro glinding merupakan salah satu jenis koro-koroan yang dapat digunakan sebagai sumber protein nabati dengan kandungan karbohidrat sebesar 70,2% dan protein 14,8% (Subagio et al., 2009). Protein pada koro dapat dipertimbangkan sebagai sumber protein untuk bahan pangan, sebab keseimbangan asam aminonya yang baik serta bio-availabilitasnya tinggi sehingga dapat dijadikan sumber vitamin B 1, sumber mineral, dan sumber serat pangan yang penting bagi kesehatan (Newman et al., 1987 dalam Nafi et al., 2006). Pada penelitian Johnson et al. (2013), koro glinding dapat menurunkan glukosa darah pada hewan uji tikus yang diberi alloxan. Berdasarkan Baudoin et al. (2004), makin nyata resiko hilangnya keanekaragaman genetik Phaseolus di daerah leluhurnya (Amerika Latin) serta di pusat-pusat daerah distribusinya dibudidayakan (Afrika dan bagian dari Asia). Menurut Balitkabi (2012), Indonesia mempunyai jenis tanaman koro glinding, namun permasalahannya adalah koro tersebut belum dikembangkan secara baik, bahkan cenderung hampir dilupakan sehingga perkembanganya sulit didapatkan pada saat ini. Pada umumnya koro glinding dimanfaatkan sebagai snack dan sayuran pada daerah Nusa Tenggara Timur dan Bali serta makanan tradisional pada daerah Probolinggo dengan sebutan ketan kratok yang saat ini sulit didapatkan. Di Indonesia. Uwi pada umumnya dimanfaatkan dengan cara direbus dan dikukus. Uwi memiliki daya simpan yang rendah. Salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan uwi yaitu dengan mengolahnya menjadi tepung. Tepung komposit adalah tepung yang berasal dari beberapa jenis bahan baku yaitu umbi-umbian, kacang-kacangan, atau sereal dengan atau tanpa tepung terigu atau gandum dan digunakan sebagai bahan baku olahan pangan seperti

produk bakery dan ekstrusi (Widowati, 2009 dalam Bantacut dan Saptana, 2014). Penggunaan tepung komposit memiliki beberapa keuntungan bagi negara-negara berkembang dalam hal memenuhi nutrisi protein untuk manusia, mengenalkan dan meningkatkan potenisi lokal, sehingga produksi pertanian dalam negeri akan meningkat. Tepung komposit dianggap berperan penting di negara berkembang karena dapat mengurangi impor tepung terigu dan mendorong penggunaan tanaman lokal berkembang sebagai tepung (Noorfarahzilah et al., 2014). Perkembangan tepung komposit sudah cukup banyak, bahkan hingga diaplikasikan ke dalam produk. Riset tepung komposit sampai saat ini diantaranya yaitu tepung komposit yang terdiri dari gandum, biji bayam, serta bir dari biji dan apple pomace (Awolu et al., 2016); karakteristik fisikokimia tepung komposit berbahan dasar tepung ubi jalar, pati jagung dan tepung kedelai (Ginting et al., 2015); karakterisasi dan formulasi tepung komposit kimpulkacang tunggak untuk pengembangan biskuit non terigu (Puspitasari et al., 2015); karakteristik fisikokimia tepung komposit berbahan dasar beras, ubi jalar, kentang, kedelai dan xanthan gum (Amalia et al, 2014); karakteristik tepung komposit (terigu, sorgum, jagung dan ubi jalar) yang disuplementasi rumput laut sebagai bahan baku produk kuliner (Kartiwan et al., 2009); dan sebagainya. Tepung komposit dapat dikembangkan menjadi snack (Patel et al., 2016); roti (Maktouf et al., 2016); beras analog (Adicandra dan Teti, 2016); produk mi (Ratnaningsih et al., 2010); ruckbuns, biskuit dan cake (China et al., 2016); cookies, roti, biskuit, muffin (Jisha dan Padmaja, 2011; Pasha et al., 2011 dalam Astuti et al., 2014). Penelitian tepung komposit tersebut masih kurang mengkaji potensi kandungan fungsional sehingga belum diketahui formula yang sesuai ditinjau dari karakteristik fungsionalnya. Pencampuran antara tepung leguminosa dengan umbi-umbian dapat meningkatkan kualitas produk dari nilai gizi yang terkandung. Hal ini dikarenakan leguminosa tinggi protein dengan kandungan asam amino lisin yang tinggi dan rendah akan sulfur yang terkandung dalam asam amino (Kadam et al,

2012), sedangkan golongan umbi-umbian mengandung rendah protein. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penelitian mengenai tepung komposit dari uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) dengan mempelajari lebih lanjut mengenai potensi fungsional. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakterististik fisik, kimia dan fungsional tepung uwi (Dioscorea alata) dan tepung koro glinding (Phaseolus lunatus)? 2. Bagaimana pengaruh variasi formula tepung komposit uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) terhadap karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung komposit yang dihasilkan? 3. Bagaimana formula terbaik tepung komposit uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) terhadap terhadap karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung komposit yang dihasilkan? C. Tujuan 1. Mengetahui karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung uwi (Dioscorea alata) dan tepung koro glinding (Phaseolus lunatus). 2. Mengetahui pengaruh variasi formula tepung komposit uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) terhadap karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung komposit yang dihasilkan. 3. Mengetahui formula terbaik tepung komposit uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) terhadap terhadap karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung komposit yang dihasilkan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait karakteristik tepung komposit yang dihasilkan dari uwi dan koro glinding sehingga masyarakat dapat memanfaatkan potensi varietas legum dan umbi-umbian lokal secara maksimal. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi IPTEK yaitu dapat menambah database mengenai karakteristik fisik, kimia dan fungsional tepung

komposit berbasis tepung uwi putih (Dioscorea alata) serta tepung koro glinding (Phaseolus lunatus) yang dapat digunakan untuk acuan penelitian berikutnya.