PEMBENTUKAN KATA SECARA DERIVASIONAL DALAM BAHASA JEPANG (Suatu Kajian Morfologi) Oleh : Reny Wiyatasari. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi,

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kosakata huruf kanji dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

Infleksi dan Derivasi dalam Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I ANALISIS MORFOLOGI VERBA BAHASA JEPANG. Manusia merupakan makhluk pengguna bahasa. Bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk salah satunya bahasa Jepang. Bahasa Jepang mempunyai sifat universal

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan orang

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Menurut Keraf (1980:1), bahasa adalah alat komunikasi antara

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

DIATESIS DALAM KATEGORI GRAMATIKAL VERBA BAHASA JEPANG

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Haseigo Menurut Masuoka dan Takubo (2000:10) yang dimaksud dengan haseigo adalah sebagai berikut:

BAB 2. Landasan Teori

BJ システムについて Mengenai BJ System

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk

ANALISIS KONTRASTIF STRUKTUR KALIMAT PASIF BAHASA JEPANG DENGAN KALIMAT PASIF BAHASA JAWA SKRIPSI OLEH LIBRIANA ONAFIANI NIM

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

KESALAHAN PENGGUNAAN I-KEIYOUSHI DAN NA- KEIYOUSHI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

STRATEGI UNGKAPAN PENOLAKAN BAHASA JEPANG DALAM DRAMA SERIAL NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO EPISODE 1-12 SKRIPSI

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

ABSTRAK. Keyword: morfofonemik, komposisi, reduplikasi, afiksasi, perubahan fonem, kontrastif, analisis

Margaretha Argadian Asmara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Seperti yang dikatakan oleh P.W.J

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PENGGUNAAN MEDIA FOTO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT KOSAKATA NOMINA BAHASA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu

ANALISIS SETTOUGO FU-, MU-, HI- DAN MI- DALAM BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ).

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang)

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

SUFIKS DERIVASIONAL YANG MENYATAKAN TEMPAT DALAM KOMIK CHIBIMARUKO CHAN JILID 2 KARYA SAKURA MOMOKO

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

PREDIKASI VERBA DERIVATIF BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA (Kajian Tipologi Linguistik)

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

PERPADANAN PENERJEMAHAN KALIMAT PASIF BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA (SATU KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA)

Bab 2. Landasan Teori. dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti:

Transkripsi:

PEMBENTUKAN KATA SECARA DERIVASIONAL DALAM BAHASA JEPANG (Suatu Kajian Morfologi) Oleh : Reny Wiyatasari (reny.wiyatasari@gmail.com) Abstract Derivation is the word formation process that produce new morphems. As agglutinating language, Japanese has many kinds of affixes that have important role in lexical morphology. Those affixes are included as derivational affixes because when attached on an independent morphem ( 自由形態素 ), they show two characteristics at least. First, produce a word ( 語 ) that has different part of speech with the independent morphem ( 自由形態素 ). Second, produce a word ( 語 ) that has same part of speech with the independent morphem ( 自由形態 素 ) but differ in lexical meaning. This paper discussed how those affixes that included as derivational affixes take apart in the derivational word formation process in Japanese. Keywords : derivation, agglutinating language, lexical morphology, derivational affixes, independent morphem I. Pendahuluan Matthews (1974: 38) membagi morfologi atas dua cabang, yaitu 1) morfologi infleksional atau inflectional morphology dan 2) morfologi leksikal atau lexical morphology (1974: 41). Yang termasuk morfologi leksikal ialah derivasi dan komposisi. Morfologi leksikal mengkaji kaidah-kaidah pembentukan kata yang menghasilkan kata-kata yang secara leksikal beridentitas baru atau berbeda dari kata yang menjadi dasarnya. Selanjutnya, Matthews juga menyatakan bahwa derivasi adalah proses morfemis yang menghasilkan leksem baru. Hal ini berbeda dengan infleksi yang merupakan proses morfemis yang menghasilkan bentuk katakata berbeda dari sebuah leksem yang sama demikian pembentukan derivasional menghasilkan kata yang termasuk paradigma yang berbeda, sedangkan pembentukan infleksional menghasilkan bentukbentuk kata yang berbeda dalam sebuah paradigma.

Kushartati et al (2005 : 152) menyatakan bahwa dalam banyak bahasa proses morfologis dibagi menjadi dua tipe, yaitu infleksi dan derivasi. Infleksi mengubah bentuk suatu kata untuk menetapkan hubungannya dengan kata-kata lain dalam kalimat atau dalam menandai hubungan sintaktik. Sementara itu, proses derivasi mengubah suatu kata menjadi kata baru. Kata baru itu pada umumnya lain kelas atau jenisnya dengan kata yang belum mengalami derivasi itu dalam proses infleksi perubahan kelas kata itu tidak terjadi. Dalam bahasa Jepang, derivasi memegang peranan penting dalam proses pembentukan kata atau word-formation sesuai dengan karateristik bahasa Jepang yang tergolong sebagai bahasa aglutinasi. Sebagai bahasa aglutinasi secara morfologi bahasa Jepang banyak ditandai oleh penambahan sufíks pada akar kata untuk menunjukkan fungsi gramatikalnya. Namun, secara umum proses derivasi dalam bahasa Jepang terjadi melalui prefiksasi dan sufiksasi (Nani dan Jonjon, 2010 : 46). II. Pengertian Derivasi Katamba (1994:92-100) menjelaskan perbedaan konsep infleksi dan derivasi sebagai berikut : infleksi berkaitan dengan kaidah-kaidah sintaktik yang dapat diramalkan (predictable), otomatis (automatic), sistematik, bersifat tetap/konsisten, dan tidak mengubah identitas leksikal. Sementara itu, derivasi lebih bersifat tidak bisa diramalkan, berdasarkan kaidah sintaktik, tidak otomatis, tidak sistematik, bersifat optional atau sporadis, serta mengubah identitas leksikal. Verhaar (2010:143) menyatakan fleksi atau infleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan, dan derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Misalnya, to befriend berteman (verba) merupakan hasil derivasi dari kata friend teman (nomina), karena kedua kata tersebut tidak sama kelasnya. Contoh lain, kata nomina friendship pertemanan adalah hasil derivasi dari nomina friend teman, bukan hasil infleksi, karena kedua kata itu tidak sama kelasnya, yaitu verba dan nomina. 2

(a) (b) Perbedaan antara pembentukan secara derivasional dan infleksional juga diuraikan Nida dalam Subroto (1985: 269) sebagai berikut : pembentukan derivasional termasuk jenis kata yang sama dengan kata tunggal (yang termasuk sistem jenis kata tertentu) seperti: singer penyanyi (nomina) dari verba (to) sing menyanyi, termasuk jenis kata yang sama dengan boy anak lakilaki ; sedangkan pembentukan infleksional tidak, misalnya: verba polimorfemis walked tidak termasuk beridentitas sama dengan verba monomorfemis yang mana pun juga dalam sistem morfologi bahasa Inggris. Secara statistik, afiks derivasional lebih beragam, misalnya dalam bahasa Inggris terdapat afiks-afiks pembentuk nomina: -er, -ment, -ion, - ation, -ness (singer, arrangement, correction, nationalization, stableness), sedangkan afiks infleksional dalam bahasa Inggris kurang beragam (-s(dengan segala variasinya), -ed 1, -ed 2, -ing: work, worked 1, worked 2, working). (c) Afiks-afiks derivasional dapat mengubah kelas kata, sedangkan afiks infleksional tidak. (d) Afiks-afiks derivasional mempunyai distribusi yang lebih terbatas (misalnya: afiks derivasional -er diramalkan tidak selalu terdapat pada dasar verba untuk membentuk nomina), sedangkan afiks infleksional mempunyai distribusi yang lebih luas. (e) Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar bagi pembentukan berikutnya: sing (V) singer (N) ) singers (N), sedangkan pembentukan infleksional tidak. Tentang derivasi ( 派生 ) dalam bahasa Jepang, Kageyama (1993:13-14) menyebutkan bahwa derivasi adalah salah satu tipe utama dalam pembentukan kata ( 語形成 ) bahasa Jepang. Dalam pembentukan derivasional, afiks ( 接辞 ) tidak bisa berdiri sendiri dan selalu melekat pada suatu kata ( 語 ), seperti prefik ( 接頭辞 ) 不 - yang selalu melekat di depan kata berjenis nomina ( 名詞 ), sufiks ( 接尾辞 ) - 的 yang selalu melekat di belakang kata berjenis 名詞, dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan proses pemajemukan ( 複合 ), 3

misalnya morfem 国 negara bisa melekat di depan dan juga di belakang morfem lainnya (contoh : 国本 kewarganegaraan dan 雪国 negara bersalju ). Machida (2001, 131-133) menyatakan bahwa salah satu pembentukan kata adalah melalui proses derivasi, di samping pemajemukan, dan fokus pembentukan derivasional ini adalah menghasilkan kata yang berbeda kelas dari kata dasarnya, misalnya pada kata うれしい senang ( 形容詞 ) + - がる うれしがる merasa senang ( 動詞 ). Atau pada contoh lainnya : 大きい besar ( 形容詞 ) + -さ おおきさ besarnya ( 名詞 ). Masih menurut Machida, ada juga morfem hasil derivasi yang memiliki kelas yang sama dengan bentuk kata dasarnya, misalnya : 顔 ( 名詞 ) + 巣 - 巣顔 wajah polos/tanpa make up ( 名詞 ). Prefiks 巣 - ini apabila melekat pada 名詞 menunjukkan makna tanpa apapun/polos. Masih tentang derivasi dalam bahasa Jepang, Koizumi (1993: 96) yang membagi afiks berdasarkan bentuk ( 形式 ) dan isi ( 内容 ) menyatakan bahwa berdasarkan isi, afiks dibagi atas afiks derivasional ( 派生接辞 ) dan afiks infleksional ( 屈折接辞 ). Afiks derivasional adalah afiks-afiks yang mengubah kelas kata dan menambah karateristik gramatikal dari suatu kata yang memiliki kelas/jenis yang sama, seperti berikut ini. a. Derivasi yang mengubah kelas kata, misal : 1. 女] wanita ( 名詞 ) 女らしい feminin ( 形容詞 ). 2. 広い lebar ( 形容詞 ) 広さ lebarnya ( 名詞 ) 3. 広い lebar ( 形容詞 広まる menjadi lebar ( 動詞 ) Pada contoh 1,2, dan 3 di atas penambahan sufiks -らしい -さ dan -まる menyebabkan perpindahan kelas kata yang menjadi dasarnya. Hal ini dengan sendirinya juga mengubah identitas leksikal kata turunan atau derivatnya. b. Derivasi yang menambah karateristik gramatikal kata yang memiliki kelas yang sama, misal: 4

1. 読む membaca ( 動詞 ) /yom-ase-ru/ menyuruh/membuat (seseorang) membaca (/ase/ adalah 使役接辞 sufiks kausatif ). 2. 読む ( 動詞 ) /yom-are-ru/ (/are/ adalah 受身接 sufiks pasif ) Pada b. 2, perubahan dari kata 読む membaca menjadi yom-are-ru memang tidak mengubah kelas kata, yakni sama-sama berkelas 動詞. Namun, perubahan tersebut menghasilkan kata dengan identitas leksikal yang berbeda, karena sufiks pasif are berfungsi menambah makna gramatikal kata 読む membaca tersebut dari aktif menjadi pasif. Berikutnya, (Nitta, et al, 2007 : 141) menyatakan 2 hal menyangkut derivasi sebagai berikut : 1) derivasi adalah proses membentuk atau menghasilkan suatu kata ( 語 ) dengan cara menggabungkan morfem bebas ( 自由形態素 ) dengan afiks. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses derivasi disebut sebagai 派生語 derivat/kata turunan, 2) Afiks yang membentuk derivat terdiri atas prefiks dan sufiks. Dalam afiks itu sendiri ada yang hanya berfungsi menambah makna kata tanpa III. mengubah jenis/kelas kata, dan ada yang mengubah jenis/kelas kata. Sebagai bahasa aglutinasi, dalam bahasa Jepang sebagian besar afiks menduduki posisi sebagai sufiks. Menurut Nitta et al (2007 : 142-143) dalam perubahan derivasional melalui sufiksasi terdapat sufíks yang menambah makna kata tanpa mengubah karateristik gramatikalnya, dan sufiks tersebut sekaligus juga menentukan karateristik gramatikal kata tersebut. Sebagai contoh derivat yang dibentuk oleh sufiks yang menyatakan 人 orang, seperti 審査 - 員 hakim, 依頼 - 人 klien, dan sebagainya. Yang lainnya adalah sufiks yang mengubah kelas kata dan menambah makna kata berkaitan dengan fungsi gramatikal kata tersebut. Sebagai contoh adalah sufiks がる ( 動詞 ) yang menghasilkan kata berjenis verba : 悲しい sedih ( 形容詞 ) + がる ( 動詞 ) 悲しがる merasa sedih ( 動詞 ). Pembentukan Kata dengan Afiksafiks Derivasional Dalam kaitannya dengan konsepkonsep derivasi yang telah dibahas di atas, maka berikut akan diberikan contoh beberapa afiks dalam bahasa 5

Jepang yang bersifat derivasional. Dari afiksasi dengan afiks-afiks tersebut akan bisa diketahui bagaimana pembentukan kata secara derivasional dalam bahasa Jepang dan bagaimana proses pembentukan suatu kata bisa dinyatakan sebagai proses derivasi atau sebagai pembentukan derivasional. Uraian serta penjelasan didasarkankan pada teori derivasi yang sudah disinggung pada bagian II di atas. Sebagai bahasa aglutinasi yang dalam pembentukan kata pada umumnya ditandai melalui penggabungan stem/akar kata ( 語幹 ), yaitu morfem yang menunjukkan makna asli/leksikal kata dengan afiks yang menunjukkan fungsi gramatikalnya, maka kita akan menjumpai begitu banyak afiksasi dalam bahasa Jepang, dan hampir semuaafiksasi termasuk dalam proses derivasi. Beberapa diantaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini. 1. Prefiks 不 -, 非 -, 無 - Prefiks 不 -, 非 -, dan 無 - ada yang melekat pada kata berkelas nomina maupun ajektiva, seperti berikut : a) 健康 kesehatan ( 名詞 ) + 不 - 不健康 tidak sehat ( 形容詞 ) b) 金属 logam ( 名詞 ) + 非 - 非金属 bukan logam c) 作法 etiket ( 名詞 ) + 無 - 無作法 tidak beretika ( 形容詞 ) d) 可能 mungkin ( 形容詞 ) + 不 - 不可能 tidak mungkin ( 形容詞 ) e) 効率的 efisien ( 形容詞 ) + 非 - 非効率的 tidak efisien ( 形容詞 ) f) 意識 kesadaran ( 名詞 ) + 無 - 無意識 tidak ada kesadaran ( 名詞 ) Afiksasi dengan 不 -, 非 -, dan 無 - di atas menyebabkan perpindahan kelas kata dari 名詞 menjadi 形容詞 (lihat contoh a, b, dan c). Dengan demikian, hubungan antara kata dasar dengan derivatnya adalah hubungan derivasi atau derivasional. Dengan terjadinya perpindahan kelas kata, maka secara otomatis menghasilkan derivat yang memiliki makna leksikal berbeda dengan kata dasarnya, atau pembentukan yang menghasilkan kata baru. Sementara itu, afiksasi pada contoh d, e, dan f di atas tidak menghasilkan derivat yang berbeda kelas kata dengan kata dasarnya, namun ada perbedaan makna leksikal antara keduanya. Atau dengan kata lain : 可能 mungkin dan 不可能 tidak mungkin, 効率的 efisien 6

dan 非効率的 tidak efisien, serta 意識 kesadaran dan 無意識 tidak ada kesadaran tidak sama identitas leksikalnya. 不可能 tidak mungkin, 非効率的 tidak efisien dan 無意識 tidak ada kesadaran mengandung makna tidak/bukan. Karena identitas leksikalnya berbeda, referen yang ditujukkan di antara keduanya juga berbeda. 2. Prefiks おお- dan こ- Kedua prefiks di atas masing-masing melekat pada kata berjenis nomina, misal : a) 雨 hujan ( 名詞 ) + おお- 大雨 hujan lebat ( 形容詞 ) b) 雨 hujan ( 名詞 ) + こ- 小雨 hujan rintik-rintik ( 形容詞 ) c) 雪 salju ( 名詞 ) + おお- 大雪 salju lebat ( 形容詞 ) d) 雪 salju ( 名詞 ) + お- 小雪 salju rintik-rintik ( 形容詞 ) Dari afiksasi dengan prefiks おお- dan こ- menghasilkan derivat yang memiliki kelas kata yang berbeda, dan dengan sendirinya kata derivat tersebut secara leksikal juga memiliki makna berbeda dengan kata dasarnya. Dengan demikian, hubungan diantara keduanya adalah hubungan derivasional. Di samping itu, kedua prefiks ini juga memiliki distribusi yang terbatas, karena tidak semua nomina serta merta bisa dilekati oleh afiks ini. Oleh karena itu, prefiks ini memiliki sifat tidak bisa diramalkan. Misalnya, dalam bahasa Jepang kata 人 orang tidak bisa dilekati oleh prefiks おお-, sehingga menjadi * おお人 untuk menyatakan arti dewasa. Pada umumnya untuk menyatakan arti dewasa dalam bahasa Jepang digunakan istilah dalam 漢語, yaitu 大人 (baca: otona). 3. Prefiks お- dan -ご Kedua prefiks ini bisa disebut sebagai prefiks penghalus, dan bisa melekat pada kata, baik berjenis verba, nomina, maupun ajektiva. Berikut adalah contoh prefiks お - dan ご - yang melekat pada nomina dan ajektiva. g) 宅 rumah ( 名詞 ) + お- お宅 rumah ( 名詞 ) h) 両親 orang tua ( 名詞 ) + ご- ご両親 orang tua ( 名詞 ) i) 忙しい sibuk ( 形容詞 ) + お- お忙しい sibuk ( 形容詞 ) j) 多忙 sibuk ( 形容詞 ) + ご - ご多忙 sibuk ( 形容詞 ) 7

Dari proses derivasi dengan prefiks お - dan ご - di atas bisa diketahui bahwa derivatnya atau kata turunannya masih memiliki kelas kata yang sama, namun identitas leksikal antara kata dasar dengan derivatnya adalah berbeda. Hal ini bisa diketahui melalui tes dekomposisi leksikal atau berdasarkan penguraian fitur semantiknya (Verhaar, 2010 : 391). Nomina 宅 rumah dan 両親 orang tua serta ajektiva 忙しい sibuk dan 多忙 sibuk memiliki fitur semantik ragam biasa, sedangkan nomina お宅 rumah dan ご両親 orang tua serta ajektiva お忙しい sibuk dan ご多忙 sibuk memiliki fitur semantik ragam sopan. 4. Sufiks まる, -める, dan さ Sufiks まる, -める, -さ masingmasing melekat pada ajektiva. Misal : a) 高い tinggi ( 形容詞 ) + -まる 高まる menjadi tinggi ( 動詞 ) b) 高い tinggi ( 形容詞 ) + -める 高める meninggikan ( 動詞 ) c) 高い tinggi ( 形容詞 ) + -さ 高さ tingginya ( 名詞 ). Dengan perpindahan kelas kata 高い tinggi dari 形容詞 menjadi 動詞 dan 名詞 pada ketiga contoh di atas, maka secara otomatis kata turunan atau derivatnya juga memiliki makna leksikal yang berbeda. Ciri tidak dapat diramalkan juga terdapat pada ketiga afiks ini, yaitu bahwa tidak semua 形容詞 serta merta dapat diimbuhi dengan sufiks ini. Misal, さ yang merupakan afiks yang produktivitasnya tinggi (Iori et al, 2000 : 27) tidak bisa diramalkan akan muncul pada きれい cantik ( 形容詞 ), sehingga きれい cantik + -さ * きれいさ adalah bentuk yang tidak berterima. Atau sufiks さ dan まる tidak bisa diramalkan akan muncul pada 細い tipis ( 形容詞 ), namun bentuk 細い tipis + -める 細める menipiskan adalah berterima. Demikian juga * 遅まる dan * 遅める adalah bentuk yang tidak berterima, namun 速まる menjadi cepat dan 速める mempercepat merupakan bentukbentuk yang berterima. Dengan demikian distribusi ketiga sufiks tersebut juga terbatas. 8

5. Sufiks 人, - 家, - 士 Sufiks 人, - 家, - 士 masing-masing melekat pada kata berjenis nomina, seperti berikut ini. a) 世話 pengurusan ( 名詞 )+ - 人世話人 pengurus ( 名詞 ) b) 政治 politik ( 名詞 ) + - 家 治家 politikus ( 名詞 ) c) 弁護 pembelaan ( 名詞 )+ - 士 弁護士 pembela ( 名詞 ) Dari afiksasi dengan prefiks 人, - 家, - 士, di atas menghasilkan kata turunan yang memiliki kelas kata yang sama dengan kata dasarnya, namun, identitas leksikal antara keduanya adalah berbeda. Nomina 世話 pengurusan berciri semantik : proses dan takbernyawa (inanimate), sedangkan nomina 世話人 pengurus berciri semantik : bukan proses dan bernyawa (animate). Oleh sebab itu, referen atau sesuatu yang ditunjukkan oleh 世話 pengurusan dan 話人 pengurus tersebut berbeda. 話人 pengurus menunjukkan seorang tertentu, sedangkan 世話 pengurusan menunjukkan sesuatu yang dikerjakan orang tersebut. Dengan demikian hubungan antara keduanya adalah hubungan derivasional. Selanjutnya, meskipun ketiga kata bentukan berdasarkan hasil afiksasi semuanya menunjuk pada arti orang/seseorang, namun masingmasing sufiks di atas memberi makna gramatikal yang karateristiknya berbeda satu sama lain. Sufiks - 人 menyatakan makna seseorang yang melakukan~, 家 memberi makna seseorang yang memiliki keahlian, 士 bermakna orang yang bekerja dengan kualifikasi. Karena itu, bisa dipastikan distribusi ketiga afiks di atas juga terbatas. 6. Sufiks らしい dan っぽい Sufiks らしい hanya melekat pada nomina, sedangkan sufiks っぽい melekat baik pada nomina, verba, maupun ajektiva. Misalnya : a) 学生 pelajar ( 名詞 ) + らしい 学生らしい berpenampilan/bersikap sebagaimana mestinya seorang pelajar ( 形容詞 ) b) 油 minyak ( 名詞 ) + - っぽい 油っぽい berminyak ( 形容詞 ) c) 怒る marah ( 動詞 ) + っぽい 怒りっぽい mudah marah ( 形容詞 ) 9

d) 黒い hitam ( 形容詞 ) + - っぽい 黒っぽい kehitam-hitaman ( 形容詞 ) Afiksasi dengan らしい dan っぽい di atas menyebabkan perpindahan kelas dari nomina menjadi ajektiva (kecuali pada contoh d). Karena berpindah kelas, maka dengan sendirinya makna leksikal antara kata dasar dengan derivatnya adalah berbeda. Sementara itu, pada contoh d, proses derivasi dengan sufiks - っぽい tidak menyebabkan perpindahan kelas kata, namun makna leksikal antara kata dasar dengan derivatnya adalah berbeda. 7. Sufiks ます, -える/-られる, dan させる Sufiks ます, -える/-られる, dan させる masing-masing melekat pada stem atau pangkal kata ( 語幹 ) dari suatu verba. Misalnya : a) 起きる bangun ( 動詞 ) + ます 起き - ます bangun (ragam formal/sopan) ( 動詞 ). d) 話す berbicara ( 動詞 ) + -える 話せる bisa berbicara ( 動詞 ). e) 起きる bangun ( 動詞 ) + させる 起き - させる membuat/menyuruh (seseorang) bangun ( 動詞 ). f) 話す berbicara ( 動詞 ) + させる 話 - させる membuat/menyuruh (seseorang) berbicara ( 動詞 ). Afiksasi dengan ます, -える /- られる, dan させる di atas memang tidak mengubah kelas kata derivatnya, namun menghasilkan derivat yang memiliki identitas leksikal berbeda dengan kata dasarnya. Misalnya, verba 起きる bangun termasuk intransitif ( 自動詞 ), sedangkan 起き-させる membuat/menyuruh (seseorang) bangun termasuk kausatif ( 使役 ). Oleh karena identitas leksikalnya berbeda, maka referennya pun berbeda, dan hubungan diantara keduanya merupakan hubungan derivasional. b) 話す berbicara ( 動詞 ) + ます 話し - ます berbicara (ragam formal/sopan) ( 動詞 ). c) 起きる bangun ( 動詞 ) + -られる 起き-られる bisa bangun ( 動詞 ). 10

IV. Simpulan Proses derivasi dalam bahasa Jepang berdasarkan pendapat pakar linguistik bahasa Jepang beberapa diantaranya adalah sama dengan yang dinyatakan oleh pakar linguistik, seperti Matthews, Katamba, Nida, Verhaar dsb. Inti pembetukan derivasional dalam bahasa Jepang adalah menghasilkan kata dengan kelas kata berbeda atau menghasilkan kata dengan makna atau identitas leksikal yang berbeda. Dan, mengutip pendapat Nida dalam Subroto (1985: 269) bahwa afiks derivasional lebih beragam daripada afiks infleksional, maka hal ini pun dijumpai dalam bahasa Jepang. Beberapa afiks derivasional dalam bahasa Jepang diantaranya adalah : 1) - 不 -, 非 -, dan 無 -, 2) おお- dan こ, 3) お- dan - ご, 4) まる, -める, dan さ, 5) 人, - 家, dan - 士, 6) らしい dan っぽい, dan 7) ます, -える/-られる, dan させる. Afiksafiks ini bersifat derivasional dikarenakan memenuhi ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu afiks untuk disebut sebagai afiks derivasional, diantaranya dalam proses derivasi : 1) Menghasilkan derivat yang memiliki kelas kata berbeda dengan kata dasarnya, seperti まる, -める, dan さ, serta らしい dan っぽい 2) Menghasilkan derivat dengan kelas kata sama, namun memiliki makna leksikal atau identitas leksikal yang berbeda dengan kata dasarnya, seperti お -, - ご, 人, - 家, - 士, dan ます, - え る /- られる, serta させる. Di samping itu, pembentukan kata dengan afiks-afiks tersebut di atas juga memiliki ciri tidak teramalkan, distribusi yang terbatas, serta bersifat optional ada didalamnya. Hal ini diantaranya karena afiksasi dibatasi oleh asal kata yang digunakan apakah termasuk 和語 ataukah 漢語. Daftar Pustaka Iori, Isao et al.2001. Nihongo Bunpoo Handobukku. Tookyoo. Surie Netto Waaku Kageyama, Taroo. 1993. Bunpoo to Gookeesei.Kyooto. Hitsuji Kenkyuu Gyoosho. Katamba, F. 1993. Morphology. London: The Macmillan Press Ltd. Koizumi, Tamotsu. 1993. Nihongogaku Nyuumon. Tookyoo. Taishuukan Shoten Kridalaksana, Harimurti.2002. Kamus Linguistik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti, Untung Yuwono & Multamia RMT Lauder. 2005. 11

Pesona Bahasa.Langkah Awal Memahami Lingusitik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nani Sunarni dan Jonjon Johana. 2010. Morfologi Bahasa Jepang. Bandung : Sastra Unpad Press. Machida, Ken. 2001. Gengogaku. Tookyoo. Kenkyuusha. Matthews, P.H. 1974. Morphology: An Introduction to The Theory of Word Structure. London: Cambridge University Press. Indonesia dalam PIBSI VII. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa..1996. Bahasa Nasional Kita. Bandung. ITB Verhaar, J.W.M. 2010. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Yoshio, Niita, et al. 2007. Gendai Nihongo Bunpou 3. Toukyou. Kuroshio Shuppan Subroto, Edi.1985. Infleksi dan Derivasi: Kemungkinan Penerapannya dalam Pemerian Morfologi Bahasa 12

13