BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979) koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi.

PERAN ANGGARAN PARTISIPATIF

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja telah menjadi kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Istilah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan, dan perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif mendorong perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan organisasi hingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dalam bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan. dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan publik.

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis makin berkembang dan persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi kinerja manajer puncak kemudian digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi pada sektor publik menuju ke arah yang lebih fleksibel

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

BAB I PENDAHULUAN. anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Untuk itu pihak manajemen harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan mutu produk yang dihasilkan baik barang atau jasa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Satuan Kementerian Daerah yang mempunyai kewenangan dan tanggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggaran, evaluasi anggaran - general, evaluasi anggaran punitive, umpan balik

BAB1 PENDAHULUAN. Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan. pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan memanfaatkan faktor faktor produksi yang dimilikinya secara ekonomis, efektif dan effisien. Oleh karena itu, sebelum melakukan kegiatan operasionalnya perusahaan seharusnya membuat perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan non strategis. Bina Marga, seperti organisasi lain pada umumnya, membuat perencanaan dan pengendalian dalam pencapaian tujuan organisasinya. Seperti yang tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga telah menyusun Renstra Direktorat Jenderal Bina Marga 2010 2014 yang merupakan bagian dari penjabaran Renstra Kementerian Pekerjaan Umum. Renstra ini memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Marga yang disusun dengan berpedoman pada RPJMN 2010 2014 untuk sektor jalan. Penyelenggaraan jalan Nasional oleh Direktorat Jenderal Bina Marga untuk periode pembangunan tahun 2010 2014 memiliki visi Terwujudnya sistem

jaringan jalan yang handal, terpadu dan berkelanjutan di seluruh wilayah nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Adapun misi yang diemban adalah: 1) Mewujudkan jaringan Jalan Nasional yang berkelanjutan dengan mobilitas, aksesibilitas dan keselamatan yang memadai; 2) Mewujudkan jaringan Jalan Nasional bebas hambatan antar-perkotaan dan di kawasan perkotaan; dan 3) Memfasilitasi agar kapasitas Pemerintah Daerah meningkat dalam menyelenggarakan jalan daerah. Dalam pencapaian kinerja organisasi yang sesuai dengan misi yang tertuang dalam Rencana Strategis Dirjen Bina Marga, maka diperlukan analisis atas faktor faktor yang mempengaruhi kinerja para karyawanya terutama para manajer tingkat atas. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial dan beberapa telah dilakukan penelitian dalam melihat relevansinya dengan kinerja manajerial dimana beberapa diantaranya budaya organisasi, komitmen organisasi, partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan variabel ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran, keadilan prosedural dan pengawasan anggaran sebagai variabel independen yang mempengaruhi kinerja manajerial di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara. Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Di dalam lingkungan relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa yang akan datang sehingga langkah-langkah yang akan

dilakukannya dapat membantu organisasi menyusun rencana dengan lebih akurat (Duncan, 1973). Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah dapat terjadi pada individu yang dalam mengambil keputusan. Informasi pribadi (private information) yang dimiliki bawahan dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan agar lebih akurat karena bawahan mampu mengatasi ketidakpastian. dan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian di masa datang. Mengacu pada pendapat Govindarajan (1986), dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penyusunan anggaran dan kinerja manajerial adalah positif dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah, dan sebaliknya akan berhubungan negatif bila dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi. Lebih lanjut Govidrajan (1986) menyimpulkan kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah dan partisipasi bawahan yang tinggi akan memberikan kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Hal ini memungkinkan karena bawahan mampu memprediksi prospek masa depan dan dapat memperkirakan langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dengan melaporkan perkiraan yang tidak bias. Di sisi lain, dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, partisipasi bawahan yang rendah akan mengurangi pengambilan keputusan yang akurat (Govindarajan, 1986). Pada kondisi ini bawahan sulit memprediksi masa depan sehingga tidak mampu memperoleh informasi akurat untuk memprediksi kejadian masa depan, sehingga sulit pula baginya untuk mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan.

Anggaran organisasi harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran organisasi harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran organisasi harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksanaa anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Locke (1968) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Locke (1968) mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini juga menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti.

Keadilan prosedural (procedural justice) didefinisikan oleh Lau dan Lim (2002) adalah keadilan yang dirasakan dari sarana yang digunakan untuk menentukan jumlah imbalan karyawan. Keadilan prosedural ini meliputi persepsi karyawan tentang keadilan semua aspek dari proses organisasi yang digunakan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka, mengkomunikasikan umpan balik kinerja dan menentukan penghargaan mereka seperti promosi dan kenaikan gaji. Persepsi akan suatu keadilan prosedur dalam perusahaan (keadilan prosedural) sangatlah penting dalam riset efektivitas organisasi, karena efek dari keadilan prosedural akan berdampak pada perilaku anggota perusahaan dan kinerja anggota perusahaan tersebut. Menurut Lind dan Tyler dalam Latif (2007), pemahaman tentang keadilan prosedural sangat penting karena hal ini mempengaruhi beragam sikap dan perilaku yang berbeda. Keragaman konsekuensi dengan diterapkannya keadilan prosedural akan mengarah pada nilai yang disetujui oleh individu. Pengalaman akan keadilan prosedural ataupun ketidakadilan prosedural menjadi ciri yang mendalam mengenai kehidupan sosial, yang sangat berguna dalam studi ini. Pengawasan anggaran merupakan alat yang digunakan untuk mengendalikan dan memonitor serta mengevaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan dengan membandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Menurut Hirst (1983) bahwa ketika pengawasan anggaran tinggi (rendah) dengan ketidakpastian lingkungan rendah (tinggi) dapat menimalisasi job related tension sehingga akan berdampak pada kinerja manajerial. Oleh karena itu, ketidakpastian lingkungan yang rendah sehingga seorang karyawan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat dan menyebabkan informasi yang diperoleh

untuk memprediksi masa datang disembunyikan untuk kepentingan pribadi maka dapat terkoreksi dengan adanya pengawasan anggaran yang dilakukan pada tahap awal penyusunan anggaran dan pelaksanaan atas anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran akan menyebabkan aparat mengetahui secara pasti sasaran yang akan dicapai sehingga memiliki informasi yang cukup daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran. Pengawasan anggaran akan memperkuat pada tahap realisasi pelaksanaan anggaran yang telah ditetapkan sehingga kinerja manajerial yang hendak dicapai dapat terlaksana. Begitu juga keadilan prosedural yang dirasakan oleh karyawan dalam pelaksanaan anggaran akan dapat terlihat dalam evaluasi anggaran atas kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dalam melihat pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Yubiharto (2003) melihat pengaruh ketidakpastian lingkungan dan strategi bisnis terhadap kinerja manajerial dengan akuntansi manajemen sebagai variabel intervening. Hasil penelitian Yubiharto (2003) menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan dan strategis bisnis berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan ketidakpastian lingkungan dan strategi bisnis berpengaruh secara tidak langsung melalui akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang serupa pernah dilakukan Chong dan Chong (1997) dengan melakukan penelitian pengaruh ketidakpastian lingkungan dan strategis bisnis terhadap kinerja bisnis unit dengan sistem akuntansi manajemen sebagai variabel intervening. Hasil penelitian Chong dan Chong (1997) menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan dan strategi bisnis berpengaruh terhadap kinerja manajerial baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui variabel intervening sistem akuntansi manajemen.

Penelitian mengenai hubungan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja pernah dilakukan oleh Munawar et. al (2006) dengan meneliti pengaruh karateristik tujuan anggaran terhadap perilaku sikap, kinerja manajerial Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang. Hasil penelitian menunjukkan kejelasan sasaran anggaran yang merupakan salah satu faktor karateristik tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Kenis (1979) melakukan penelitian yang sama dengan mengambil kejelasan sasaran sebagai variabel independen dan kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Hasil penelitian Kenis (1979) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Latif (2007) dengan meneliti hubungan antara keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial dengan partisipasi anggaran sebagai variabel intervening menunjukkan hasil bahwa keadilan prosedural berpengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial atau secara tidak langsung melalui partisipasi anggaran. Penelitian yang sama juga dilakukan Lau dan Lim (2002) yang melakukan penelitian pengaruh keadilan prosedural terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan merupakan variabel yang memperkuat hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Penelitian mengenai pengaruh pengawasan anggaran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan oleh Callahan dan Waymire (2007). Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa pengawasan anggaran yang efektif meningkatkan pengaruh terhadap kinerja manajerial departemen publik. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Keadilan

Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah untuk menganalisis: 1. Apakah ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran dan keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja manajerial di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara? 2. Apakah ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran dan keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan pengawasan anggaran sebagai variabel moderating di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara. 2. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial dengan pengawasan anggaran sebagai variabel moderating

di lingkungan SKPD Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini : 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya mengenai akuntansi perilaku. 2. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini sebagai bahan masukan Pemerintah Daerah didalam menyikapi fenomena sehubungan dengan ketidakpastian lingkungan, kejelasan sasaran anggaran, kesenjangan anggaran dan kinerja aparat perangkat daerah. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai studi komparatif bagi peneliti yang mendalami masalah ini dimasa yang akan datang. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian ini mereplikasi dua penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Latif (2007) dengan judul Hubungan Antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Intervening dan penelitian Yubiharto (2003) dengan judul Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Strategi Bisnis Terhadap Kinerja Manajerial Dengan karateristik Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai variabel Intervening. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Latif (2007) dan Yubiharto (2003) adalah penelitian ini menggunakan variabel independen yang sama dengan penelitian Latif (2007) yaitu variabel keadilan prosedural dan menggunakan variabel

independen yang sama dengan Yubiharto (2003) yaitu ketidakpastian lingkungan. Sedangkan untuk variabel dependen, penelitian ini menggunakan variabel yang sama dengan penelitian Latif (2007) dan Yubiharto (2003) yaitu variabel kinerja manajerial. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Latif (2007) bahwa dalam peneliltian ini tidak menggunakan variabel intervening partisipasi anggaran. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yubiharto (2003) adalah penggunaan sistem akuntansi manajemen sebagai variabel intervening tidak digunakan dalam penelitian ini. Selain itu variabel strategi bisnis sebagai variabel independen yang terdapat dalam penelitian Yubiharto (2003) tidak digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menambah satu variabel independen yaitu kejelasan sasaran anggaran dan variabel pengawasan anggaran sebagai variabel moderating. Originalitas penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Origanalitas Penelitian Keterangan Penelitian Yubiharto (Tesis, 2003) Penelitian Latif (Tesis, 2007) Penelitian Sekarang (Tesis, 2013) Variabel Penelitian Variabel Independen 1. Ketidakpastian Lingkungan 2. Strategi Bisnis Variabel Dependen: Kinerja Manajerial Variabel Independen 1. Keadilan Prosedural Variabel Dependen Kinerja Manajerial Variabel Independen 1. Ketidakpastian Lingkungan 2. Kejelasan sasaran Anggaran 3. Keadilan Prosedural Variabel Dependen: Kinerja Manajerial Variabel Sistem Akuntansi Partisipasi Anggaran - Mediating Manajemen Variabel Moderating - - Pengawasan Anggaran Objek Penelitian Bank Bank Perusahaan Dinas Bina Marga Nasional Manufaktur Jawa Provinsi Sumatera Tengah Utara