Teori Perkembangan Psikososial. Oleh : Yulia Ayriza

dokumen-dokumen yang mirip
Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK SD. Oleh : Yulia Ayriza

- keluarga besar. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap perbedaan Individual

Erikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Perkembangan Anak dan Remaja. Dra. Riza Sarasvita MSi, MHS, PhD, Psikolog Direktur PLRIP BNN

Teori-Teori Perkembangan

Perkembangan Sepanjang Hayat

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA PERTENGAHAN

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Rentang Perkembangan Manusia UMBY

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

Teori-Teori Perkembangan

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

Tahapan Perkem Perk bang an Kognitif

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

Perkembangan Sepanjang Hayat

Psychological and Sociological Understanding About Human Being. Lecturer: Rudi Zalukhu, M.Th

Ilmu Perkembangan Anak Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh : Yulia Ayriza

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

POLA ASUH & TUMBUH KEMBANG ANAK: Membangun Komunikasi dgn Keluarga Pengganti

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.SC

MASA KANAK-KANAK AWAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sepanjang Hayat

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

dasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) merupakan pendidikan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

PARENTING in the 21st Century. Anita Lie Unika Widya Mandala Surabaya

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

Formatio Iman dalam Keluarga Katolik: Perspektif Pendidikan. Anita Lie Unika Widya Mandala Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

Psikologi Perkembangan 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

MASA KANAK-KANAK AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

MASA KANAK-KANAK AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) Mata Kuliah PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

BAB II PERKEMBANGAN PSIKO-SOSIAL REMAJA DARI PERSPEKTIF ERIK ERIKSON

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemandirian yang dimiliki oleh setiap manusia berawal dari masa anak anak. Proses

Kritik Terhadap Teori Piaget, Teori Perkembangan Sosial Vygotsky, dan Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT OF THE CHILDREN

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

KESEHATAN MENTAL DLM KEHIDUPAN REMAJA

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009)

Psikologi Kepribadian I

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

Transkripsi:

Teori Perkembangan Psikososial Oleh : Yulia Ayriza

Teori Perkembangan Psikososial (Menurut Erik Erikson) Erikson (1950, 1968 ) mengatakan bahwa manusia lebih berkembang dalam tahap psikososial daripada tahap psikoseksual. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang kehidupan manusia, bukan hanya dalam lima tahun pertama kehidupan. Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan seseorang sebuah krisis yang harus dihadapi.

Tahapan Perkembangan Psikososial Erikson Late adulthood Middle adulthood Early adulthood Adolescence Integrity vs. despair Generativity vs. stagnation Intimacy vs. isolation Identity vs. confusion Middle\late childhood Infancy/Early childhood Industry vs. inferiority initiative vs guilt Autonomy vs. shame and doubt Trust vs. mistrust

Tahap perkembangan Erikson Kepercayaan Vs ketidak percayaan Otonomi Vs malu & ragu - ragu Inisiatif Vs rasa bersalah Kerja keras Vs rasa inferior Identitas Vs kebingungan identitas Keintiman vs isolasi Geerativitas Vs stagnasi Integritas Vs keputus asaan Periode Perkembangan Masa bayi (th pertama) Masa bayi (1-3 tahun) Masa kanak kanak awal ( pra sekolah, 3-5 th) Masa kanak kanak tengah & akhir ( SD, 6 th, - remaja ) Masa remaja (12 20 tahun) Masa dewasa awal ( 20 an- 30an) Masa dewasa tengah (40an 50an) Masa dewasa (60 tahun keatas)

Masa Kanak-kanak akhir (Anak SD) Pada tahap: Kerja keras/tekun Vs Rasa inferior Apabila anak mampu menyelesaikan konflik psikologis pada tahap tersebut dengan menguasai tugas perkembangan akademik dan sosial, maka anak akan mengembangkan: Perasaan kompetensi pada keterampilan dan tugas, sebuah konsep diri yang positif-realistis, Memiliki tanggung jawab, dan Kemampuan bekerjasama dengan teman sebaya.

Teori Perkembangan Psikososial (Secara Umum) a. Perkembangan self (diri) b. Perkembangan emosi c. Pengaruh keluarga d. Pengaruh teman sebaya e. Pengembangan afeksi menuju mental yang sehat

a. Perkembangan self Selama masa anak-anak madya, konsep diri anak meliputi: Kompetensi (pandai matematika, kurang mampu dalam bidang seni) Kepribadian (jujur, mudah marah) Perbandingan sosial (anak Jepang dan Cina sekalipun memiliki prestasi akademik tinggi, tetapi memiliki konsep diri lebih rendah daripada anak Amerika Utara karena tekanan budaya dan politik) Pengasuhan otoritatif (menekankan pentingnya tanggung jawab dan kemandirian dengan disertai afeksi) mendorong berkembangnya konsep diri positif.

Phrame of Reference: Internal: anak menghubungkan keberhasilan dan kegagalan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan (mastery-oriented atribution)-atribusi yang berorientasi pada penguasaan. Misal: usaha yang memadai. Eksternal: anak menghubungkan keberhasilan dan kegagalan pada faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan, anak mengembangkan learned helplessness (ketakberdayaan). Misal: berhasil karena keberuntungan, gagal karena kemampuan dirinya rendah.

b. Perkembangan emosi Pada masa anak-anak madya, anak semakin memahami emosi diri. Anak 6-7 tahun mampu membedakan emosi bangga dari emosi bahagia. Anak 8-9 tahun memahami emosi yang kompleks. Misal, emosi bangga terdiri dari gabungan dua sumber kebahagiaan, 1) sukacita atas keberhasilan, 2) sukacita bahwa seseorang yang penting bagi dirinya mengakui keberhasilannya. Rasa bangga mendorong anak menghadapi tantangan. Rasa bersalah mendorong anak menebus kesalahan dan memperbaiki diri. Peneguran lingkungan yang kasar dan menimbulkan rasa malu yang luar biasa dapat menyebabkan anak menarik diri, depresi dan marah pada lingkungannya.

Pengambilan Perspektif/Perspective Taking Anak-anak pada tahap ini mampu membaca isyarat wajah, dan mencari tahu tentang perasaan orang lain. Anak menggunakan informasi tersebut untuk memprediksi dan mengantisipasi situasi yang akan terjadi. Dampaknya anak semakin mampu mengembangkan empati. Misal, anak dapat merasakan bagaimana rasanya orang lapar. Anak yang mengembangkan perspective taking dengan baik memiliki keterampilan sosial yang baik pula.

Pengaturan Emosi Diri (Emotional Self Regulation) : Anak usia 10 tahun sudah mampu menggunakan secara adaptif antara dua strategi pemecahan masalah untuk mengelola emosinya. Anak menggunakan strategi penanggulangan berpusat masalah (problem-focused coping) ketika menilai situasinya dapat dikendalikan- mengidentifikasi kesulitan, dan mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan. Misal, ketika cemas menghadapi ujian, anak berusaha untuk belajar lebih baik. Ketika penyelesaian masalah tidak berhasil, mereka beralih ke strategi penanggulangan berpusat emosi (emotion-focused coping), yang bersifat batiniah, pribadi dan dimaksudkan untuk mengendalikan masalahnya. Misal, ketika menerima nilai jelek, anak mencoba mengatasi secara batin dengan berpikir: segala suatunya dapat saja lebih buruk, akan ada tes lagi di masa yang akan datang. Keterampilan menggunakan kedua strategi ini secara adaptif membantu anak mengelola emosinya.

c. Pengaruh keluarga Orangtua dengan koregulasi (coregulation)-suatu bentuk pengawasan yang dijalankan orangtua dengan membiarkan anakanak secara bertahap mengambil alih keputusan sendiri)-akan efektif membimbing dan memantau dari jauh perkembangan anak-anak. Persaingan dengan saudara kandung cenderung meningkat seiring makin banyaknya partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan, serta perbandingan yang dilakukan orangtua. Anak tunggal tidak berbeda secara signifikan dengan anak yang memiliki saudara kandung. Mereka justru unggul dalam hal prestasi akademik dan penghargaan diri. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki hubungan lebih dekat dengan orangtua yang menekankan pada pentingnya pencapaian akademik. Anak tunggal kurang baik dalam keterampilan sosial dibanding anak yang memiliki saudara kandung karena kurangnya kesempatan untuk saling berbagi dan berempati dengan orang lain.

Keluarga Bercerai Perceraian kerap kali menimbulkan rasa tertekan pada anak, namun hal ini sangat bergantung pada: Kesehatan psikologis orangtua Karakteristik anak : usia (lebih kecil), temperamen (lbh mudah), dan jenis kelamin (perempuan)- lebih sedikit mengalami masalah dengan keluarga yang bercerai. Dukungan sosial (keluarga besar, sekolah) Faktor utama penyesuaian positif setelah perceraian orangtua ialah pengasuhan efektif. Bila orangtua kemudian menikah lagi dan membentuk keluarga campuran, maka anak perempuan, usia lebih besar, dan status anak tiri lebih besar resiko memperlihatkan masalah dalam penyesuaian diri.

Ibu bekerja Ibu yang bekerja dan tetap berkomitmen pada pengasuhan anak, maka anak akan mengalami: Penghargaan diri (self-esteem) yang lebih tinggi. Hubungan keluarga dan teman sebaya yang lebih positif. Nilai sekolah lebih baik. Keyakinan stereotip gender berkurang. Pengasuhan otoritatif membantu anak untuk mampu merawat diri (self-care), bertanggung jawab dan menyesuaikan diri dengan baik secara akademik maupun sosial-emosional.

d. Pengaruh teman sebaya Pada masa anak-anak madya, anak-anak cenderung membentuk kelompok teman sebaya dan memperlihatkan hasrat kuat untuk diterima sbg anggota kelompok. Pengorganisasian kelompok teman sebaya berdasarkan: Kedekatan (berada dalam satu kelas) Kesamaan (jenis kelamin, etnis, popularitas, dan agesivitas). Persahabatan berkembang menjadi hubungan timbal balik yang berdasarkan pada kepercayaan. Anak-anak cenderung memilih teman-teman yang memiliki kesamaan dengan mereka dalam banyak hal.

Ditinjau dari penerimaan teman sebaya (peer acceptance) dapat dibedakan antara lain: 1. Anak-anak Populer (Popular children): sangat disukai oleh banyak teman sebaya. Populer-Prososial: yg kompeten secara akademik dan sosial. Populer-Antisosial: yang agresig, namun dikagumi. 2. Anak-anak Tertolak (Rejected Children): sangat dibenci Tertolak-Agresif: yg sangat sering terlibat konflik dan permusuhan. Tertolak-Menarik diri (rejected-withdrawn): yang pasif, canggung secara sosial, dan beresiko menjadi korban bullying teman sebaya. 3. Anak-anak kontroversial (Controversial children): disukai sekaligus dibenci 4. Anak Terabaikan (Neglected children): jarang sekali dipilih, baik dalam pengertian positif maupun negatif. Anak-anak yang mengalami masalah penyesuaian diri berkepanjangan membutuhkan intervensi berupa pelatihan keterampilan sosial, bimbingan akademik, pengambilan perspektif, dan pemecahan masalah sosial. Hal ini akan menambah kompetensi sosial anak dan penerimaan teman sebaya.

e. Pengembangan afeksi kaitannya dengan mental yang sehat Gangguan Emosi, Perilaku dan Perkembangan yang sering dialam anak-anak usia SD, yaitu : 1. Oppositional defiant disorder (ODD): pola perilaku menetap hingga pertengahan masa anak-anak, ditandai dengan negativitas, sikap bermusuhan, dan sikap menentang. 2. Gangguan perilaku (Conduct Disorder): pola-pola agresif yang berulang dan menetap, perilaku antisosial yang melanggar norma sosial dan hak-hak individu lain.

3. Fobia sekolah: ketakutan yang tidak realistis ketika pergi bersekolah yang mungkin merupakan bentuk gangguan kecemasan untuk berpisah atau fobia sosial. 4. Gangguan kecemasan untuk berpisah: kondisi yang melibatkan kecemasan berlebihan dalam jangka panjang, yang disebabkan perpisahan dengan rumah atau orang yang menjadi tempat kelekatan anak. 5. Fobia sosial: ketakutan berlebihan dan menghindari situasi sosial.

6. Gangguan kecemasan secara umum: kecemasan yang tidak berfokus pada satu sasaran. Anak khawatir akan segalanya, seperti kelulusan, gempa bumi, ketemu dg org yang tdk dikehendaki, dll. 7. Gangguan obsesif kompulsif: kecemasan yang muncul secara berulang tentang pikiran dan dorongan (obsesif), yang sering kali mengarah pada perilaku ritual yang berulang-ulang (konpulsif) 8. Depresi masa anak: gangguan suasana hati dikategorikan dengan gejala berkepanjangan mengenai perasaan tidak memiliki teman, ketidak mampuan bersenang-senang, berkonsentrasi, sakit pinggang, apatis, merasa tidak berguna, mengalami perubahan berat badan, keluhan fisik, pikiran tentang kematian dan bunuh diri.

Terapi yang diberikan: 1. Psikoterapi individual 2. Terapi keluarga 3. Terapi perilaku (Behavior therapy, misalnya modifikasi perilaku, relaksasi dan desensitisasi) 4. Terapi seni 5. Terapi bermain 6. Terapi obat-obatan

Mental yang sehat atau tangguh Banyak anak mengalami stres karena tekanan dalam kehidupan modern. Anak yang tangguh mampu melawan stres memiliki faktor pelindung sebagai berikut: 1. Hubungan keluarga 2. Kemampuan kognitif 3. Kepribadian (mudah beradaptasi, disukai teman, mandiri, dan sensitif terhadap orang lain). 4. Tingkat resiko rendah (anak yang terekspos hanya pada satu faktor gangguan psikiatri seperti perselisihan pengasuhan, status sosial rendah, ibu yang mengalami gangguan, ayah kriminal, dan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan). 5. Pengalaman kompensasi (lingkungan sekolah yang mendukung, atau pengalaman berhasil di sekolah, musik, olahraga dan hubungan yang baik dengan orang dewasa lain dapat membantu anak mengatasi stres).