BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Aspek Kesehatan, Sosial dan Hukum Aborsi pada Siswa SMU N 6 Yogyakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KONVEKSI DESA JABUNG KEC. PLUPUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK FARMASI HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi antara usia 12 sampai dengan 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. b. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2003) meliputi : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

2 dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Misalnya dapat mendefinisikan aborsi. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan proses kehamilan. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya tidak berhubungan seks jika seorang perempuan tidak ingin hamil. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menganalisa penyebab kehamilan di luar nikah.

3 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menghubungkan perilaku seksual yang tidak aman dengan KTD/PMS/HIV/AIDS. 6) Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menilai bahwa materi tentang kesehatan reproduksi penting bagi remaja. c. Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan menurut Nasution (1993) yaitu: 1 Tingkat pengetahuan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. 2 Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

4 3 Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. 4 Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan. 5 Sosial ekonomi Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. d. Cara Pengukuran Pengetahuan Cara pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara wawancara atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003) 2. Sikap a. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi yang tertutup, bukan

5 merupakan reaksi terbuka dan merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap obyek. b. Komponen pokok sikap Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1 Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. 2 kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. 3 kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting c. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya remaja memperhatikan tindakan aborsi. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Misalnya remaja menjawab pernyataan tentang aborsi.

6 3. Menghargai (voluting) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskuasikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya mengajak orang lain mendiskusikan masalah tindakan aborsi. 4. Bertanggung jawab (responsibel) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya meneruskan kehamilan jika mengalami KTD (Notoatmodjo, 2003). d. Faktor yang mempengaruhi sikap menurut Syaifudin (2004) yaitu : 1 Pengalaman pribadi Tanggapan merupakan dasar terbentuknya sikap, untuk mendapatkan tanggapan dan penghayatan perlu pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis 2 Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja dan lain lain. 3 Pengaruh kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap misalnya budaya yang mempunyai norma longgar bagi

7 tindakan aborsi akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah tindakan aborsi. 4 Media massa Media massa seperti televisi, radio, suirat kabar, majalah dan lain lain memberikan landasan kognitif bagi terbetuknya sikap. 5 Lembaga pendidikan dan agama Lembaga pendidikan dan agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena merupakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6 Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. e. Pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden. (Notoatmodjo, 2003) 3. Remaja Dalam pembahasan soal remaja sering kali digunakan istilah pubertas dan adolescence. Istilah pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, pada masa ini terjadi proses awal

8 kematangan organ reproduksi manusia. Sedangkan adalescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa ( Depkes RI, 2003). Menurut buku pediatric pada umumnya mendefinisikan remaja sebagai seorang anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. Sedangkan WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004). Berdasarkan kematangan psikososial dan seksual tumbuh kembang remaja dibagi menjadi tiga, yaitu: masa remaja awal (early adolescence) umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun dan masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2004). 4. Kesehatan reproduksi remaja Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan kesejahteraan fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak di kehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (Darwisyah, 2002). SIECUS (Sexuality Information And Education Council United States) menulis tentang materi pokok yang harus terdapat dalam pendidikan seksual dan reproduksi ( Suarta, 2002), yakni :

9 a. Perkembangan manusia (anatomi dan fisiologi system reproduksi). Materi yang diberikan biasanya mencakup alat reproduksi, fungsi organ reproduksi dan proses reproduksi. b. Hubungan antar manusia (baik dengan keluarga, teman sejawat, pacaran dengan pernikahan).kebiasaan tidak sehat pada remaja dipengaruhi oleh sikap orang tua yang menabukan pertanyaan remaja tentang proses reproduksi, pengaruh teman, perilaku seks saat pacaran dan tuntutan untuk menunda nikah. c. Kemampuan personal (nilai, pengambilan keputusan, komunikasi dan negosiasi).pilihan dan keputusan remaja tergantung pada kualitas dan kuantitas informasi yang dimiliki, ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik. d. Perilaku seksual (kontrasepsi, IMS dan pencegahan HIV / AIDS serta aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual). Program KIE kespro yang diperlukan sebagai upaya mengurangi perilaku seksual yang tidak aman misalnya konseling kontrasepsi dapat menurunkan kejadian aborsi terutama aborsi berulang. e. Budaya dan sosial (peran jender, agama dan seksualitas). Budaya Indonesia umumnya menolak aborsi secara medis, tetapi praktek tradisional seperti minum jamu dan pijat untuk memancing menstruasi merupakan hal yang biasa

10 5. Aborsi Menurut fact about abortion. Info kit on women s health oleh institute for social, studies and action, maret 1991. Dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu (Katjasungkana, 2005). Dalam kamus umum bahasa Indonesia aborsi didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan aborsi sebagai melakukan pengangguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kendungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke 4 masa kehamilan) (Katjasungkana, 2005). Aborsi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu aborsi aman dan tidak aman. Aborsi aman yaitu penghentian kehamilan yang dilakukan tenaga kesehatan (perawat, bidan, dokter) yang terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi, dilakukan pada janin yang berusia kurang dari 12 minggu dengan peralatan yang memenuhi standar, tanpa paksaan, disertai konseling, asuhan pasca aborsi dan tanpa disertai motivasi komersial. Sedangkan aborsi tidak aman yaitu penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Republika online, 2003).

11 B. Penelitian terkait Hasil sebuah studi menyatakan setiap menit 10 wanita usia 15-19 tahun melakukan aborsi tidak aman. Sekitar 60 % kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki dan 15 juta remaja pernah melahirkan (Suarta, 2002). Berdasarkan pengamatan terhadap sikap seksual remaja saat ini para guru dan organisasi orang tua murid mengidentifikasi kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan reproduksi termasuk pendidikan seksual dalam rangka melindungi para siswa atau anak mereka dari sikap seksual yang berbahaya (Qomariyah, 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seks bisa membantu menunda terjadinya hubungan seksual yang pertama untuk remaja yang belum aktif seksual. Sedangkan untuk remaja yang telah aktif seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi atau pencegahan PMS secara tepat dan konsisten (Qomariyah, 2002).

12 C. Kerangka teori Berdasarkan landasan teori pada Bab II maka dapat disusun kerangka teori sebgai berikut : Gambar 1. skema Kerangka Teori Penelitian Karakteristik remaja - Umur - Jenis kelamin Faktor pengetahuan - Tingkat pengetahuan - Informasi - Budaya - Pengalaman - Sosial ekonomi Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi Informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi Sikap remaja terhadap tindakan aborsi D. Kerangka konsep Sumber : Darwisyah, 2002 Gambar 2 Skema Kerangka Konsep Penelitian variabel independent Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja - Anatomi fisiologi system reproduksi - Perilaku seks - Kontrasepsi - Kehamilan - Aborsi variabel dependent Sikap Keterangan : : Area yang diteliti Variabel pengganggu - Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan - Media massa - Lembaga pendidikan dan agama - Pengaruh faktor emosional

13 E. Variabel penelitian Variabel independent Variabel dependent : pengetahuan kesehatan reproduksi : sikap remaja terhadap tindakan aborsi F. Hipotesa HO : Tidak ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja terhadap tindakan aborsi di SMA Negeri X Semarang HA : Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja terhadap tindakan aborsi di SMA Negeri X Semarang.

G. Definisi Operasional Variabel Variabel Independent Pengetahuan kesehatan reproduksi Variabel Dependent Sikap remaja terhadap akibat aborsi Definisi Alat ukur Kategori Skala Pengetahuan kesehatan Alat ukur yang digunakan adalah Tinggi : 34 40 Nominal reproduksi adalah segala kuensioner yang terdiri dari 20 item Sedang : 27 33 sesuatu yang diketahui pertanyaan tertutup dengan dua pilihan Rendah : 20 26 remaja mengenai kesehatan yaitu benar dan salah. Tingkat pengetahuan reproduksi yang meliputi dihitung secara scoring dari 20 pertanyaan anatomi dan fisiologi dengan ketentuan setiap jawaban yang sistem reproduksi, perilaku benar diberikan skor 2 dan yang salah diberi seks, kontrasepsi, skor 1. kehamilan dan aborsi Sikap remaja terhadap Alat ukur yang digunakan kuensioner, yang Tidak setuju : 20-40 Nominal tindakan aborsi adalah terdiri dari 10 item pertanyaan, dimana 5 Setuju : 0-19 suatu kecenderungan untuk pertanyaan favourabel dan 5 pertanyaan berespon baik secara positif unfavourabel.jawaban menggunkan skala maupun negative terhadap likkert dengan 5 pilihan, yaitu : sangat tidak tindakan aborsi, yang setuju, tidak setuju, antara setuju dan tidak berdasarkan pendirian dan setuju dan sangat setuju. Sikap dihitung

15 Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala pendapat atau keyakinan remaja tersebut. berdasarkan kemampuan secara scoring dari 10 pertanyaan. Scor ditentukan dengan cara sebagai berikut: Untuk pertanyaan favourabel : atau kemungkinan Sangat tidak setuju (STS) = 0 keyakinan tentang tindakan Tidak setuju (TS) = 1 aborsi Antara setuju dan tidak (N) = 2 Setuju (S) = 3 Sangat setuju (SS) = 4 Untuk pertanyaan unfavourabel : Sangat tidak setuju (STS) = 4 Tidak setuju (TS) = 3 Antara setuju dan tidak (N) = 2 Setuju (S) = 1 Sangat setuju (SS) = 0