Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

PENDAHULUAN Latar Belakang

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa Muda. Tabel 1 Pendapat ahli mengenai tahapan masa dewasa dan usianya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri dari multi etnik dan agama. Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

HASIL PENELITIAN. 1 Data monografi Desa Bubulak per tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS

KESIAPAN MENIKAH, PEMENUHAN TUGAS DASAR, DAN TUGAS KRISIS PADA KELUARGA ANAK PRASEKOLAH RESTYSTIKA DIANESWARI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan mengelola bumi dengan baik. Bekal terakhir inilah yang

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

Transkripsi:

57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak pertama usia prasekolah (3-5 tahun). Hal tersebut didasari oleh pemikiran bahwa kelahiran seorang anak pertama sering merupakan saat kritis dalam perkawinan, karena terjadi perubahan peran yang drastis yang harus dilakukan oleh orangtua (Hurlock 1980). Untuk itu, diperlukan persiapan-persiapan yang dilakukan oleh setiap pasangan sebelum menikah. Memiliki kesiapan sebelum menikah merupakan salah satu perencanaan yang sebaiknya dilakukan oleh setiap calon pasangan suami istri. Perencanaan merupakan tindakan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar yang diinginkan (Deacon & Firebaugh 1988). Kesiapan menikah merupakan salah satu cara keluarga untuk mencapai kesuksesan keluarga (Gunarsa 2002). Memiliki perencanaan sebelum menikah dapat membantu individu atau pasangan suami istri dalam mencapai tujuan keluarga yang diinginkan yaitu kesuksesan keluarga. Perencanaan yang dilakukan oleh setiap calon pasangan suami istri sebelum menikah dapat berupa kesiapan-kesiapan dari berbagai dimensi perkembangan manusia, seperti kesiapan intelektual, emosi, sosial, moral, individu, finansial, dan mental. Kesiapan-kesiapan tersebut merupakan aspek kesiapan yang diukur kepada setiap pasangan suami istri di dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan menikah suami dan istri yang dilihat dari ketujuh aspek kesiapan menikah diketahui bahwa secara umum suami dan istri telah memenuhi lebih dari separuh item kesiapan menikah dari seluruh aspek kesiapan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa kesiapan menikah suami lebih tinggi dibandingkan istri. Jika dilihat dari ketujuh aspek kesiapan, yang memiliki perbedaan kesiapan antara suami dan istri hanya pada aspek kesiapan intelektual, emosi, sosial, dan individu. Kesiapan intelektual, sosial, dan individu suami lebih tinggi daripada istri, sedangkan kesiapan emosi istri lebih tinggi dibandingkan suami. Ross (1995) dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2008) berpendapat bahwa manfaat yang didapatkan dari keterikatan perkawinan adalah wanita mendapat dukungan dari segi ekonomi sedangkan pria mendapat dukungan dari segi emosional. Oleh karena itu, kesiapan suami lebih tinggi karena suami merupakan pencari nafkah utama di dalam keluarga.

58 Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia dikaitkan dengan kedewasaan atau kematangan (Blood 1978). Berdasarkan hasil uji hubungan ditemukan bahwa usia menikah suami dan lama pendidikian suami berhubungan nyata dan positif dengan kesiapan menikah suami. Hal ini berarti, semakin tinggi usia menikah dan lama pendidikan suami, maka kesiapan menikah suami akan tinggi pula. Selain itu, lama pendidikan istri juga memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan kesiapan menikah istri, sehingga kesiapan menikah istri akan semakin tinggi apabila tingkat pendidikannya semakin tinggi pula. Menurut Blood (1978), kesiapan usia pada dasarnya dikaitkan dengan kedewasaan atau kematangan. Kedewasaan atau kematangan merupakan faktor keberhasilan dalam perkawinan. Pasangan suami istri yang telah memiliki kesiapan menikah yang baik kemudian berkomitmen untuk membangun sebuah keluarga tentunya harus siap untuk dapat menjalankan fungsi, peran, dan tugas dalam keluarga termasuk melaksanakan tugas perkembangan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian pelaksanaan tugas perkembangan keluarga contoh secara umum telah memenuhi lebih dari dua pertiga dari seluruh item tugas perkembangan keluarga. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas perkembangan keluarga saat ini akan menimbulkan kebahagian dan menjadi modal awal untuk membawa keberhasilan dalam menghadapi tugas berikutnya. Belum matangnya seseorang, tekanan lingkungan, ambisi, dan orientasi nilai merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam pelaksanaan tugas perkembangan (Duvall 1971). Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas perkembangan keluarga tidak terlepas dari dukungan suami dan istri dalam menjalankan fungsi, peran, dan tugasnya masing-masing di dalam keluarga. Pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga adalah teori struktural fungsional. Pendekatan teori ini melihat bahwa keluarga merupakan sebuah sistem sosial yang memiliki struktur dan pengaturan peran yang jelas (Megawangi 1999). Adanya struktur dan diferensiasi peran yang jelas dalam keluarga akan membuat keluarga dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan tugas perkembangan keluarga, karena masing-masing individu memiliki tugas dan fungsi yang jelas dengan status sosialnya sebagai suami-istri atau ayah-ibu di dalam keluarga.

59 Terdapat dua fokus dalam tugas perkembangan, yaitu kedewasaan atau kematangan dan budaya (Duvall 1971). Proses kematangan ditandai oleh kematangan potensi-potensi dari dalam diri individu secara fisik dan psikis untuk terus maju menuju perkembangan secara maksimal (Rizal 2008). Pada pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dibutuhkan tingkat kematangan dari suami istri yang dapat dipersiapkan sebelum menikah dari berbagai aspek kehidupan manusia. Berdasarkan hasil uji hubungan, diketahui bahwa aspek kesiapan menikah suami, yaitu kesiapan intelektual, emosi, individu, finansial, dan mental memiliki hubungan yang positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Selain itu, aspek kesiapan menikah istri yang memiliki hubungan yang positif dengan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga adalah aspek kesiapan intelektual, emosi, serta finansial. Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Untuk itu dibutuhkan kesiapan dan kematangan dari setiap pasangan suami istri sebelum menikah, sehingga tugas perkembangan keluarga dapat tercapai dengan sukses. Kesiapan yang dilakukan pasangan suami istri sebelum menikah dapat memberikan kontribusi dalam pelaksanaan perkembangan keluarga. Dengan individu yang matang, dewasa, serta siap dari berbagai aspek perkembangan manusia tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kontribusi dalam pelaksanaan tugas pekembangan keluarga. Pasangan suami istri yang siap dan berkomitmen untuk membina keluarga, tentunya akan mampu untuk menjalankan fungsi, peran, dan tugasnya masing-masing di dalam keluarga. Berdasarkan hasil uji pengaruh diketahui bahwa kesiapan menikah suami dan istri berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan tugas perkembangan keluarga. Pelaksanaan tugas perkembangan keluarga akan semakin baik jika tingkat kesiapan menikah suami dan istri semakin tinggi. Komitmen jangka panjang merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dalam suatu pernikahan yang dikaitkan dengan stabilitas kematangan (Blood 1978). Individu yang telah matang atau dewasa tentunya akan memutuskan untuk menikah, sehingga kesiapan menikah setiap pasangan suami istri dimana kematangan secara fisik maupun psikis dapat membantu pasangan suami istri dalam melaksanakan tugas perkembangan keluarganya dengan baik. Kesuksesan keluarga dalam pelaksanaan tugas perkembangan keluarga tidak menutup kemungkinan akan memberikan dukungan dalam pencapaian

60 perkembangan anak. Perkembangan anak sangat bervariasi tergantung individu dan tergantung pada kesempatan untuk belajar dan tumbuh (Duvall 1971). Dalam penelitian ini pencapaian perkembangan anak contoh rata-rata telah memenuhi lebih dari dua pertiga item perkembangan anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dimana perkembangan anak usia 48-60 bulan lebih tinggi daripada anak usia 36-48 bulan. Namun masih terdapat anak yang tingkat perkembangannya tergolong rendah. Status gizi dan kesehatan, kematangan dan pembelajaran, serta lingkungan pengasuhan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak (Sunarti 2004). Pencapaian perkembangan anak yang optimal tidak terlepas dari dukungan keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat dengan anak. Lingkungan yang secara langsung dapat berinteraksi dengan anak dalam perspektif ekologi dari Bronfenbenner adalah lingkungan mikrosistem yang merupakan lingkungan terdekat dimana anak tinggal. Lingkungan yang termasuk ke dalam lingkungan mikrosistem yaitu keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga (Puspitawati 2006). Masalah perilaku lebih sering terjadi pada anak usia prasekolah karena anak-anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian (Hurlock 1980). Peran keluarga sangatlah penting dalam pengembangan kepribadian anak, sehingga keluarga dituntut untuk mampu melaksanakan tugas perkembangan keluarga dengan baik. Keluarga yang telah melaksanakan tugas perkembangan keluarganya dengan baik akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak serta merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas perkembangan anak. Hal tersebut didukung dengan hasil uji regresi linear berganda. Ditemukan bahwa tugas perkembangan keluarga yang terdiri dari dua dimensi yaitu tugas perkembangan keluarga dimensi anak dan dimensi orangtua berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut Hurlock (1980), perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Keluarga adalah termasuk ke dalam faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dimensi anak dan dimensi orangtua memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, sehingga dapat diperkirakan bahwa tingkat perkembangan anak akan semakin baik jika keluarga melaksanakan tugas perkembangan keluarga dengan baik pula.

61 Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh keluarga dengan anak usia prasekolah di Indonesia karena hanya dilakukan pada satu wilayah saja; (2) Belum ditemukannya alat ukur kesiapan menikah dan tugas perkembangan keluarga yang baku mengakibatkan penelitian ini menggunakan alat ukur yang dirancang sendiri berdasarkan teori-teori yang relevan; (3) Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kesiapan menikah suami dan istri yang digali dengan menggunakan metode retrospektif, dimana kelemahan dari metode ini adalah data atau informasi yang diperoleh sangat tergantung pada kemampuan suami dan istri untuk mengingat kembali ke masa lalu sehingga sangat mengandalkan daya ingat suami dan istri saja; (4) Penelitian ini juga hanya dilakukan pada satu kawasan saja dimana karakteristik sosial ekonomi keluarganya sama, sehingga tidak dapat melihat keberagaman kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga pada kelas sosial ekonomi keluarga yang berbeda.