BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia menjadi aset yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang melimpah tidak akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia apabila sumber daya manusia (SDM) yang ada tidak mampu mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia. SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam organisasi, perhatian terhadap hasil produksi bukan hanya pada keuntungan yang didapat tapi perhatian juga pada tenaga kerja atau karyawan yang bisa menjalankan organisasi. Suatu organisasi berkembang bukan karena modal yang besar atau hasil faktor produksi yang banyak tapi juga karena faktor dari sumber daya manusia yang berkualitas menghasilkan barang ataupun jasa. TVRI sebagai stasiun televisi pertama di Indonesia mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh lapisan wilayah Negara Indonesia. Dalam rangka pencapaian tujuan baik secara efektif dan efisien, organisasi membutuhkan sumber daya manusia atau karyawan dengan tingkat loyalitas dan partisipasi yang tinggi yang dinamakan dengan komitmen organisasi. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, maka dibutuhkan komitmen organisasi yang baik. Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. Dari beberapa studi dikatakan bahwa dengan membentuk komitmen karyawan yang kuat kepada organisasi dapat membantu meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi (Alpander,1990; Mathieu & Zajac, 1990; Riketta, 2002, dalam Hamdi, 2012) sebagai 1
2 sikap yang paling penting dalam menilai karyawan ingin berhenti dari pekerjaan, atau sebaliknya, karyawan sangat berkontribusi pada perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen yang afektif, akan lebih termotivasi kepada kinerja yang lebih baik, dibandingkan dengan karyawan yang memiliki komitmen yang normatif, yang bekerja tidak berdasarkan kemauan hatinya sendiri. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan tugasnya. Mempersoalkan komitmen sama dengan mempersoalkan tanggung jawab, dengan demikian, ukuran komitmen seorang pimpinan yang dalam hal ini adalah manajer adalah terkait dengan pendelegasian wewenang. Dalam konsep ini pimpinan dihadapkan pada komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggung jawab ke bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan kompetensi diri. Tingkat komitmen seorang karyawan terhadap organisasi dapat diprediksi dari seberapa besar keputusan karyawan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan yang pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan datang kerja melebihi dari waktu yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Karyawan yang tidak berkomitmen terhadap organisasi memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meninggalkan organisasi. Berdasarkan kondisi yang terjadi di LPP TVRI yang didapat berdasarkan pengamatan awal dengan observasi dan wawancara, terdapat kesamaan dengan permasalahan yang timbul karena kurangnya komitmen organisasi. Masalah tersebut terlihat pada organisasi di mana karyawan-karyawan LPP TVRI kadang sering tidak hadir, datang tidak tepat pada waktunya, dan melewati jam kerja dari yang seharusnya. Oleh karena itu, masalah ini perlu mendapat perhatian dari organisasi untuk diselesaikan dengan cara meningkatkan komitmen karyawan di LPP TVRI. Disamping itu, banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama dengan LPP TVRI, sehingga banyak para pesaing dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, LPP TVRI diharapkan memiliki nilai keunggulan tersendiri yang dapat memuaskan para pelanggannya dengan cara meningkatkan komitmen organisasi pada karyawan agar karyawan tersebut dapat berkontribusi lebih kepada organisasi. Manajemen TVRI sendiri belum pernah melakukan penelitian mengenai bagaimana komitmen yang ada pada karyawannya. Dengan mengetahui komitmen yang ada pada organisasi saat ini sudah baik atau belum, maka perlu diadakan penelitian mengenai komitmen organisasi pada karyawan LPP TVRI. Jika masalah ini dibiarkan begitu saja oleh organisasi, maka tanpa disadari karyawan-karyawannya
3 sudah meninggalkan organisasi karena kurangnya komitmen karyawan pada organisasi. Di dalam organisasi/perusahaan selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang dapat mengarahkan agar tercapainya tujuan perusahaan, seperti pemimpin dengan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi yang tentunya akan menguntungkan semua yang terlibat dalam perusahaan. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan bawahan. Komunikasi atasan-bawahan yang dilakukan dengan baik akan meningkatkan kepercayaan bawahan kepada perusahaannya sehingga komitmen organisasi akan meningkat. Dengan membangun komunikasi yang baik antara supervisor (atasan) dengan subordinate (bawahan), dan menciptakan gaya kepemimpinan yang baik yang diinginkan dan dihargai karyawan, dengan memerhatikan tujuan dan nilai-nilai organisasi maka perusahaan dapat menciptakan komitmen yang baik dari karyawannya. Oleh karena itu, peran pemimpin sangat penting dalam hal ini. Pemimpin yang berperan dalam mengontrol dan mengarahkan bawahannya. Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana seorang pemimpin memengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien. (Djoko, 2006). Dalam dunia bisnis, penerapan Gaya Kepemimpinan (leadership style) seseorang akan dapat memengaruhi sikap dan perilaku bawahannya dalam melakukan pekerjaan mereka. Pembahasan pada penelitian ini menghubungkan antara penelitian sebelumnya dengan teori yang terkait. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari kajian sebelumnya (Hamdi, Shabnam; Rajablu, Mahmoud, 2013) dengan penelitian di LPP TVRI. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN-BAWAHAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA LPP TVRI: GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATOR. Peneliti hanya menganalisis hubungan ke tiga variabel, yaitu faktor komunikasi atasan-bawahan sebagai variabel bebas (independent variable), gaya kepemimpinan sebagai variabel
4 moderator (moderating variable), dan komitmen organisasi sebagai variabel terikat (dependent variable). 1.2 Perumusan Masalah Atas dasar yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh komunikasi atasan-bawahan terhadap komitmen organisasi LPP TVRI? 2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi LPP TVRI? 3. Bagaimana pengaruh komunikasi atasan-bawahan terhadap komitmen organisasi dengan gaya kepemimpinan LPP TVRI sebagai variabel moderator? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi atasan-bawahan terhadap komitmen organisasi LPP TVRI. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi LPP TVRI. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi atasan-bawahan terhadap komitmen organisasi dengan gaya kepemimpinan LPP TVRI sebagai variabel moderator. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Praktis 1. Untuk bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai masukan bagi manajer untuk meningkatkan komitmen karyawannya pada organisasi. 2. Dapat dijadikan sebagai acuan manajer untuk menjadi pemimpin yang baik dan dihormati. 3. Dapat dijadikan sumber informasi jika sewaktu-waktu terjadi kasus yang serupa.
5 2. Kontribusi Teoritis 1. Untuk dapat lebih memahami mengenai perbandingan hasil komunikasi atasan-bawahan dan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan komitmen organisasi pada penelitian sebelumnya. 2. Untuk dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan komitmen. 3. Dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dengan bidang kajian yang sama sebagai bahan pembanding dalam melakukan penelitian yang serupa.