Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

HEAT EXCHANGER ALOGARITAMA PERANCANGAN [ PENUKAR PANAS ]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TUGAS KHUSUS

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III TUGAS KHUSUS. Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SPESIFIKASI ALAT

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong.

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR. Bambang Setyoko *)

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PRA RANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHIDPROSES D. B WESTERN KAPASITAS TON/TAHUN

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

BAB III PERANCANGAN PROSES

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

BAB lll METODE PENELITIAN

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

TUGAS PERACANGAN PABRIK KIMIA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

V. SPESIFIKASI PERALATAN

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

Prarancangan Pabrik Kimia Propilena Oksida dengan proses Hydroperoxide Kapasitas ton/tahun BAB III

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN

Studi Eksperimental Tentang Pengaruh Aliran Fluida Pada Pipa Spiral Terhadap Laju Perpindahan Panas

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EXECUTIVE SUMMARY. PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI MOLASE DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS PRODUKSI kiloliter/tahun JUDUL TUGAS

suhu 190 C dan tekanan 12,39 atm. Hasil dari steam exploison-0\ diumpankan

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUHERI SUSANTO NIM

LAMPIRAN A NERACA MASSA

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Transkripsi:

Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim

Pengantar Pemenuhan banyak pelayanan industri memerlukan penggunaan DOUBLE-PIPE HAIRPIN HE Jika memerlukan permukaan perpindahan panas yang besar, maka yang terbaik adalah SHELL-AND-TUBE HE

Unsur Berbentuk TABUNG Tipe 1 (Tube roll): tube ditempatkan di bagian dalam lubang tube dan tube roller disisipkan di ujung tube Tipe 2 (Ferrule): tube dibungkus dalam tube sheet menggunakan soft metal packing ring

Bahan Konstruksi Tube 1. Baja 2. Tembaga 3. Admiralty 4. Muntz metal 5. Kuningan 6. Tembaga-nikel 70-30 7. Perunggu alumunium 8. Alumunium 9. Baja stainless

BWG (Birmingham Wire Gage) Ini merujuk ke pengukur tube (gage of the tube) Berbeda BWG akan berbeda ketebalan tube Dalam pipa disebut SCHEDULE Tabel 10 menunjukkan berbagai ukuran tube

Tube OD BWG ID

Tube Pitch (Pola Sunanan Tube) Jarak terdekat antara dua lubang tube yang berdampingan disebut CLEARENCE atau LIGAMENT TUBE PITCH (P T ) adalah jarak terdekat pusat-ke-pusat antara tube-tube yang berdampingan Kelebihan pola kotak (square pitch) Adanya akses untuk pembersihan eksternal P rendah

SHELL Shell dibuat dari pipa baja Ketebalan dinding standar untuk shell dengan ID 12 24 in. adalah 3/8 in. Pada jenis ini tekanan operasi bagian shell bisa sampai 300 psi Ketebalan dinding yang lebih besar mungkin didapatkan untuk tekanan yang lebih tinggi Shell yang IDnya di atas 24 in. dibuat dari lempengan baja gulung

Stationary Tube-sheet Exchanger Jenis HE yang paling sederhana adalah fixed or stationary tube-sheet exchanger 1. Shell 2. Dilengkapi dua nozzle dan memiliki tube-sheet dan kedua ujungnya 3. Flens untuk pengaitan dua saluran 4. Penutup saluran 5. Baffle 6. Baffle spacer

Baffle Koefisien perpindahan-panas akan tinggi jika alirannya dijaga pada keadaan turbulen Itulah fungsi baffle Bahkan saat jumlah cairan yang melalui shell sedikit, turbulensi bisa terjadi karena adanya baffle Jarak tengah-ke-tengah antar-baffle disebut baffle pitch atau baffle spacing Baffle spacing biasanya tidak lebih besar dari pada jarak yang sama dengan diameter dalam dari shell atau lebih mendekati dari pada jarak yang sama denan 1/5 diameter dalam dari shell

Jenis-jenis Baffle

Fixed-tube-sheet Exchanger

Tata Letak Tube

Packed-Floating Head dan U-bend Exchanger

INPUT 1. Kondisi proses a) Hot fluid : T 1, T 2, W, c, s,, k, R d, P b) Cold fluid : t 1, t 2, w, c, s,, k, R d, P 2. Data HE a) Shell : ID, baffle spacing, pass b) Tube : Jumlah dan panjang, OD, BWG, dan Pitch, pass

Tube OD BWG ID

1. Neraca Energi Q WC T T w. c t t. 1 2 2 1 2. Beda Suhu Sebenarnya ( t) (F T dari Fig. 18) t LMTD. F T R T t 1 2 T t 1 2 dan S t T 2 1 t t 1 1

LMTD 1 2 1 2 1 2 1 2 2.3 log ln t t t t t t t t LMTD T 1 T 2 t 1 t 2 t 1 t 2

FT

Suhu Kalorik Suhu Kalorik untuk FLUIDA PANAS Suhu Kalorik untuk FLUIDA DINGIN F c adalah faktor suhu kalorik pada (Fig. 17 Kern) 2 1 2 T T F T T c c 1 2 1 t t F t t c c c c h c U U U K

Fc

3. Perhitungan h o dan h io SHELL, HOT FLUID TUBE, COLD FLUID Flow Area: a S ID. C'. B 144P ID dan a t (Table 10) T Mass velocity: G D e (diameter ekuivalen) dari Fig. 28 Viskositas: (Fig. 14 pada T c ) x 2.42 (konversi ke lb/(ft)(hr)) s w a s Flow Area: Mass velocity: Viskositas: (Fig. 14 pada T c ) x 2.42 (konversi ke lb/(ft)(hr)) a t ' N tat 144n G t w a t

Diameter Ekuivalen

3. Perhitungan h o dan h io Re: SHELL, HOT FLUID Re j H diperoleh dari Fig. 28 k a (konduktivitas) diperoleh dari Table 4 (LIQUID) atau Table 5 (GAS) h o (koefisien film): ho j H s k D e DeG s c k s 1/ 3 Re: TUBE, COLD FLUID j H diperoleh dari Fig. 24 pada L/D jika Re kecil Re k (konduktivitas) diperoleh dari Table 4 (LIQUID) atau Table 5 (GAS) h i (koefisien film): t hio hi ID OD DG t t hi j H k D c k 1/ 3

3. Perhitungan h o dan h io SHELL, HOT FLUID Suhu dinding w pada t w TUBE, COLD FLUID w pada t w 0.14 w o io o c w h h h t t o o h h 0.14 w io io h h

j H (Tube-side)

j H (Shell-side)

Konduktivitas panas: LIQUID

Konduktivitas panas: GAS

4. Perhitungan U, A dan Rd U A U R C D h h d CALC io io a". L. N Q A ho h o T t UC U U U C D D

5. Pressure Drop (< 10 psi) SHELL, HOT FLUID Hitung f (Fig. 29) Specific gravity, s (Table 6, Fig. 6) Jumlah crosses, N+1 = 12L/B P s fg 2 s D s 5.22.10 10 N 1 e D s s TUBE, COLD FLUID Hitung f (Fig. 26) Specific gravity, s (Table 6, Fig. 6) Hitung P t : Hitung P r : 2 V dari Fig. 27 2g' 4n P r s 2 V 2g' P Pressure Drop: t fg 2 5.22.10 t Ln 10 Ds t P T = P t + P r

Specific Gravity (s)

Friksi (f) Figure 29

V 2 /2g Fig. 27

Contoh 7.3

Contoh 7.4

Bab 8 PENGATURAN ALIRAN UNTUK MENAIKKAN PEROLEHAN KEMBALI PANAS

Kekurangan Perolehan Kembali Panas di HE Keterbatasan 1-2 HE yang paling utama adalah ketidakmampuannya secara inheren untuk menyediakan peroleh kembali panas yang efektif Saat terjadi silang suhu pada 1-2 HE, maka F T turun drastis Suhu keluar shell jatuh di bawah suhu keluar tube menghilangkan tingginya heat recovery

Profil Suhu 1-2 HE T 1 = 200 o F t 2 = 160 o F T 2 = 140 o F t l t 1 = 80 o F L

2-4 HE

Profil Suhu 2-4 HE T 1 = 200 o F 1 t 2 = 160 o F T 2 = 140 o F t 1 = 80 o F IV I III 2 II T x

Beda Suhu Sebenarnya ( t) LMTD F T t. (F T dari Fig. 19) 1 1 1 ) (2 / 1 2 / 1 1 1 ) (2 / 1 2 / ln 1 1 ln 1 2 1 2 2 2 R RS S S R S R RS S S R S RS S R R F T

Figure 19

F T Perbandingan perhitungan F T : Figure 18: F T = 0.70 Figure 19: F T = 0.945

SERI 1-2 HE Secara mekanik susunan 2-4 HE tidak praktis Karena itu, praktisnya adalah 1-2 HE yang diseri

Menentukan Jumlah Seri 1-2 HE Yang paling diperhatikan adalah F T Lihat Example 8.2 : F T 1-2 HE, F T = not possible (Fig. 18) 2-4 HE, F T = 0.67 TOO LOW (Fig. 19) 3-6 HE, F T = 0.88 (Fig. 20) Jadi yang dipilih adalah 3 seri 1-2 HE

Example 8.1 Perhitungan 2-4 Oil Cooler. Minyak 33,5 o API memiliki viskositas 1,0 cp pada 180 o F dan 2,0 cp pada 100 o F. Minyak 49.600 lb/jam meninggalkan kolom distilasi pada 358 o F dan digunakan pada proses absorpsi pada 100 o F. Pendinginan akan tercapai dengan air dari 90 sampai 120 o F. Jatuh tekanan yang diperkenankan 10 psi dengan faktor kekotoran 0.004. Tersedia untuk menangani ini dari operasi diskontinyu adalah 35 in. ID 2-4 HE yang memiliki tube 454, 1 in. OD, 11 BWG, panjang 12 0 dan disusun pada 1 ¼ square pitch. Disusun untuk 6 pass dan baffle dipotong secara vertikal dengan spasi 7 in. Baffle longitudinal dilas pada shellnya. Apakah penggunaan 2-4 HE mencukupi? Akankah HE yang tersedia itu memenuhi kebutuhan?

FLUIDA GAS BAB 9

PENGANTAR Pada perhitungan pendinginan atau pemanasan sistem cair-cair: hubungan koefisien film gas dan jatuh tekanan yang diperkenankan didasarkan pada tekanan operasi Tekanan operasi tidak berpengaruh pada fluida imcompressable Koefisien film untuk gas lebih rendah dari pada untuk cairan pada kecepatan massa yang sama Ini karena sifat-sifat dari gas itu sendiri

SIFAT-SIFAT GAS VISKOSITAS Antara 0.015 dan 0.025 atau setara dengan 1/10 dan 1/5 viskositas cairan yang paling kecil Viskositas naik dengan naiknya suhu (kebalikan dari cairan) KONDUKTIVITAS Selain hidrogen, sekitar 1/5 dari konduktivitas cairan organik atau 1/15 dari air dan larutan cair PANAS JENIS Gas dan uap organik lebih rendah sedikit dari organik cair Kecuali hidrogen, panas jenis gas inorganik dan uap hidrokarbon ringan sekitar 0.2 0.5 Btu/(lb)( o F)

SIFAT-SIFAT GAS BILANGAN PRANDTL Meskipun viskositas, panas jenis dan konduktivitas panas naik dengan naiknya suhu, Bilangan Prandtl (c/k) sedikit tergantung pada suhu, kecuali dekat dengan suhu kritisnya

KOREKSI SIFAT-SIFAT GAS Karena sifat-sifat gas ditentukan pada tekanan atmosfir, maka perlu ada koreksi pada tekanan yang lain Viskositas dengan korelasi Comings and Egly (Fig. 13b) atau dengan metode Othmer and Josefowitz Panas jenis dengan metode Watson and Smith Koreksi tersebut tidak terlalu signifikan, kecuali kalau tekanan gasnya besar Kalkulasi densitas dan volume jenis dari gas untuk tekanan menengah cukup baik, tapi untuk tekanan tinggi kurang tepat ρ gas = p.mw, s= ρ gas 1545.T abs ρ water Sebagai gantinya dapat digunakan persamaan keadaan lainnya

FIG. 13 KONVERSI VISKOSITAS

PRESSURE DROP Persamaan (7.44) dan (7.45) serta faktor friksi yang diperoleh dari Fig. 29 dan 26 dapat digunakan untuk kalkulasi jatuh tekanan pada shell atau tube dari pemanas atau pendingin gas saat harga gravitas jenis yang masuk dan keluar dari gas RELATIF TERHADAP AIR Adalah kenyataan bahwa berbagai gas gravitas jenisnya dipengaruhi oleh tekanan operasinya Gravitas jenis UDARA pada HE yang beroperasi pada tekanan 150 psia hampir 10x-nya dari tekanan operasi atmosferik

PRESSURE DROP Udara pada 7,5 psia memiliki densitas SETENGAH dibanding pada atmosferik Pressure drop untuk kecepatan massa tertentu menjadi lebih besar sejalan dengan turunnya tekanan operasi Ini tidak disukai pada proses vakum Saat gas beroperasi pada tekanan tinggi, kecepatan massa yang relatif besar masih dapat digunakan tanpa memperoleh jatuh tekanan dari pesanan yang tidak praktis Pada tekanan vakum tentu jatuh tekanan 0,5 psi dianggap terlalu besar

KOEFISIEN FILM Perhitungan sebelumnya masih dapat digunakan, termasuk Fig. 28 dan 24, tanpa perlu koreksi DeGs Re s Karena viskositasnya kecil, maka Re akan besar j H akan besar juga Tapi karena konduktivitas panasnya kecil, maka koefisien filmnya di bawah sistem cair pada kecepatan massa atau j H yang sama s

FIG. 25 KOEFISIEN FILM AIR

APLIKASI PALING UMUM Pendinginan gas pada aftercooling dan intercooling yang berlangsung secara kompresi adiabatik dan politropik paa kompresor single dan multistage Perpindahan panas gas-ke-cair ditemukan juga untuk memperoleh kembali (recovery) panas yang hilang dari pembakaran gas yang dekat-atmosferik seperti pada ECONOMIZERS, tapi dengan modifikasi yang disebut extended surfaces (Bab 16) Saat gas dipanaskan maka media yang digunakan adalah UAP AIR (STEAM)

EXAMPLE 9.1 PERHITUNGAN AMMONIA COMPRESSOR AFTERCOOLER Gas ammoniak kering pada 83 psia dan laju 9872 lb/jam adalah keluaran (discharged) dari sebuah kompresor pada 245 o F dan diumpankan ke sebuah reaktor pada 95 o F menggunakan cooling water pada 85 95 o F. Jatuh tekanan yang diperkenankan 2,0 psi pada gas dan 10,0 psi pada air Tersedia 1-2 HE: 23 ¼ in. ID, yang memiliki 364 tube, 3/4 in, 16 BWG, 8 0 dan disusun pada 15/16-in. triangular pitch, 8 pass dan bafflenya 12 in. Berapa faktor kekotoran dan jatuh tekanannya?

KALKULASI UNTUK KONDISI PROSES Bab 11

Kondisi Proses yang Optimum

Kondisi Proses yang Optimum

Kondisi Proses yang Optimum

Kondisi Proses yang Optimum

Prosedur Asumsikan U D sementara dengan bantuan Tabel 8. Lebih baik mengasumsikan U D terlalu besar dari pada terlalu kecil untuk mendapatkan permukaan yang minimum Hitung A = Q/(U D.t) Tentukan a (Tabel 10) sesuai dengan diameter tube yang kita pilih Hitung jumlah tube: N T = A L. a" Asumsikan pass dan jumlah tube aktual serta ID shell (Tabel 9) Koreksi harga U D A = Ntaktual x L x a U D = Q/(A.t)

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 9

Example 11.1 KALKULASI STRAW OIL NAPHTHA EXCHANGER 29.800 lb/jam 25 o API light oil pada 340 o F digunakan untuk pemanasan awal 103.000 lb/jam 48 o API nafta dari 200 230 o F. Viskositas oil 5,0 cp pada 100 o F dan 2,3 cp pada 210 o F. Viskositas nafta 1,3 cp pada 100 o F dan 0,54 cp pada 210 o F. Jatuh tekanan yang diperkenankan 10 psi Karena oil cenderung membentuk residu deposit, maka faktor kekotoran kombinasinya adalah 0,005 dan menggunakan square pitch. Dalam praktek di pabrik digunakan tube ¾ in. OD, 16 BWG dan panjang 16 0