BAB III TUGAS KHUSUS. Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju
|
|
- Widyawati Vera Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Tugas Khusus Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju 3.2 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida bersuhu rendah. Di dalam dunia industri peran dari heat exchanger sangat penting. Misal dalam industri pembangkit tenaga listrik, heat exchanger berperan dalam peningkatan efisiensi sistem. Contohnya adalah ekonomizer, yaitu alat penukar kalor yang berfungsi memanaskan air umpan sebelum masuk ke boiler menggunakan panas dari exhaust gas (gas buang). Selain itu heat exchanger juga merupakan komponen utama dalam sistem mesin pendingin, yaitu berupa evaporator dan condenser. Dalam perkembangannya heat exchanger mengalami transformasi bentuk yang bertujuan meningkatkan efisiensi sesuai dengan fungsi kerjanya. Bentuk heat exchanger yang sering digunakan ialah shell and tube. Dengan berbagai pertimbangan bentuk ini dinilai memiliki banyak keuntungan baik dari segi fabrikasi, biaya hingga unjuk kerja. Heat exchanger merupakan media vital didalam dunia industri. Untuk itu dalam tugas kerja praktek ini dilakukan perhitungan mengenai efisiensi dari Heat Exchanger khususnya pada Heat Exchanger 6-2 yang ada di CDU III PT. Pertamina unit CD & GP.
2 3.3 Tujuan Praktek 1. Dapat menggambarkan dengan nyata tentang wujud dan pengoperasian sistem pemroses pada HE. 2. Dapat menganalisa fluida sebelum dan setelah melewati HE 6-2 di unit CDU III. 3. Dapat mengetahui nilai efisiensi alat Heat Exchanger Manfaat Praktek Sebagai sarana latihan untuk mendesain dan membuat peralatan yang umum ditemukan di dunia industri dengan menggunakan standar yang berlaku. 3.5 Perumusan Masalah 1. Bagaimana proses desain sirkulasi aliran dan perlakuan fluida pada system shell and tube heat exchanger? 2. Bagaimana mekanisme kerja shell and tube heat exchanger? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kinerja shell and tube heat exchanger? 4. Bagaimana unjuk kerja shell and tube heat exchanger? 3.6 Tinjauan Pustaka Pengertian Perpindahan Panas Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan bagian terpenting dalam proses industri kimia. Mekanisme perpindahan panas ini disebabkan beda temperature antara fluida yang satu dengan fluida yang lain, baik perpindahannya secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Sifat perpindahan panas adalah bila dua buah benda mempunyai suhu yang berbeda mengalami kontak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Macam macam proses perpindahan panas Proses perpindahan panas yang terjadi di dalam proses-proses kimia dapat berlangsung dengan tiga cara yaitu :
3 a. Perpindahan Panas Secara Konduksi Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antara satu sama lain dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul secara fisis. Perpindahan secara konduksi ini dapat berlangsung pada benda padat. Contoh perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dalam zat padat yang tidak tembus cahaya, seperti dinding bata pada tungku atau dinding logam pada tabung. b. Perpindahan Panas secara Konveksi Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari suatu tempat ke tempat lain dengan gerakan partikel secara fisis. Perpindahan panas secara konveksi menurut terjadinya ada dua macam, yaitu: Konveksi bebas (natural convection) Adalah proses perpindahan panas yang berlangsung secara alamiah, dimana perpindahan panas molekul-molekul dalam zat yang dipanaskan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa (forced convection) Adalah proses perpindahan panas yang terjadi karena adanya tenaga dari luar, misalnya pengadukan. Jika dalam suatu alat dikehendaki pertukaran panas, maka perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa karena laju panas yang dipindahkan naik dengan adanya aliran atau pengadukan. c. Perpindahan Panas secara Radiasi Radiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan energi panas melalui ruang oleh gelombang elektromagnetik. Perambatan gelombang elektromagnetik dapat berlangsung baik dalam suatu medium maupun dalam ruang hampa (vacuum).
4 Jika radiasi berlangsung melalui ruang hampa, maka partikel partikel tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentuk lain dari energi, dan tidak pula terbelok dari lintasannya. Tetapi sebaliknya, apabila terdapat zat pada lintasannya, maka radiasi akan terjadi transmisi, refleksi, dan absorpsi Pengertian Heat Exchanger Heat Exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida yang dipindahkan lainnya melalui proses yang disebut proses perpindahan panas. Dalam suatu shell and tube heat exchanger, fluida yang satu mengalir dalam pipa-pipa kecil (tube) dan fluida yang lain mengalir melalui selongsong (shell). Perpindahan panas dapat terjadi di antara kedua fluida, dimana panas akan mengalir dari fluida bersuhu lebih tinggi ke fluida bersuhu lebih rendah. Umumnya, aliran fluida dalam shell and tube heat exchanger adalah paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam shell and tube heat exchanger menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle. Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan membuat luas kontak fluida dalam shell dengan dinding tube makin besar, sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran agar menjadi cross flow, baffle juga berguna untuk menjaga supaya tube tidak melengkung (berfungsi sebagai penyangga) dan mengurangi kemungkinan adanya vibrasi atau getaran oleh aliran fluida Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Bentuk a) Double Pipe Exchanger Heat Exchanger ini adalah jenis yang paling sederhana yang hanya terdiri atas pipa besar dan kecil yang disusun secara konsentris. Jenis ini biasanya digunakan untuk mendinginkan atau memanaskan fluida proses.
5 b) Shell and Tube Exchanger Merupakan Heat Exchanger yang terdiri dari suatu pipa besar yang berisi sejumlah tube yang lebih kecil. Jenis ini dapat dugunakan untuk mendinginkan atau memanaskan fluida proses. c) Plate and Frame Exchanger Merupakan Heat Exchanger yang terdiri atas plate-plate yang dipasang sebagai penyekat antara fluida dingin dan fluida panas. d) Air Cooled Exchanger Alat ini digunakan untuk mendinginkan suatu cairan dengan udara sebagai fluida pendinginnya. Cairan disalurkan kedalam pipa dan udara dialirkan kebagian luar pipa tersebut. e) Box Cooler Merupakan alat pendingin yang terdiri dari suatu coil pipa yang direndam dalam sebuah tangki terbuka (segi empat) Komponen-komponen Utama Shell and Tube Heat Exchanger 1. Shell Komponen alat yang merupakan cangkang atau pembungkus berkas pembuluh, dimana salah satu fluida mengalir masuk dan keluar. 2. Tube Komponen alat yang dialiri fluida lainnya, yang dindingnya merupakan lintas pertukaran panas. Semua data mengenai tube, dirangkum oleh tube sheet, dan tersusun dalam pola segitiga (triangular), pola bunjur sungkar (square) atau pola diagonal (diagonal square). 3. Baffle Komponen ini merupakan lempengan logam yang dipasang tegak lurus poros shell dan berfungsi mengatur pola aliran fluida dalam shell,dengan tujuan untuk memperbaiki kontak antara fluida dalam shell dengan tubenya, sehingga pertukaran panas dapat berlangsung lebih sempurna. Selain
6 itu, baffle juga berfungsi menunjang tube supaya tidak melengkung, menahan getaran karena aliran fluida dan menjaga jarak diantara tube. 4. Channel Komponen alat ini berfungsi untuk membalikan arah aliran fluida dalam tube pada jenis fixed tube exchanger. Pada konstruksi lain disebut juga channel cover, shell cover dan head cover. 5. Nozzle Komponen alat ini merupakan saluran masuk dan keluar fluida kedalam shell dan kedalam tube Kategori Penukar Panas Berdasarkan Penggunaannya Berdasarkan jenis penggunaannya alat penukar panas dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Preheater Alat ini digunakan untuk mentransfer panas dari fluida yang masih bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu rendah yang bertujuan untuk dimanfaatkan oleh fluida yangbersuhu rendah sebelum masuk ke furnace, yang mana bertujuan agar kerja furnace lebih ringan. 2. Condensor Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu dari uap atau vapour sampai mencapai titik pengembunan atau kondensasi ke suhu cair dengan mentransfer panasnya ke fluida lain, biasanya air, dapat air tawar ataupun air laut. 3. Reboiler Alat ini digunakan untuk memproduksi uap dari liquid, dimana liquid tersebut dipanaskan dengan melewatkan uap air yang ada pada tube bundle, yang mana media pemanas biasa digunakan adalah steam. Perpidahan panas yang terjadi juga disertai perubahan fase, tetapi dari bentuk liquid menjadi vapour dengan sumber panas dari fluida proses maupun sistem.
7 4. Cooler Alat ini digunakan untuk mendinginkan liquid yang panas sampai mencapai suhu tertentu yang dikehendaki. Peristiwa perpindahan panas yang terjadi tanpa perubahan fase. 5. Chiller Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang lebih rendah. Dimana media pendingin biasanya dapat digunakan berupa air, propane, freon, ataupun ammonia. 6. Evaporator Alat ini digunakan untuk menguapkan fluida cair dengan menggunakan suatu media pemanas (steam) atau media pemanas lainnya. 7. Cooling tower Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida dengan menggunakan hembusan udara. 8. Furnace Alat ini digunakan bertujuan untuk menaikan suhu feed sampai temperatur tertentu sebelum diproses dikolom CDU, HVU, dan RFFU Tipe Penukar Panas A. Direct Pada peralatan tipe direct, kedua fluida yang akan dipertukarkan panasnya bercampur menjadi satu. B. Indirect Pada peralatan tipe indirect, kedua fluida yang akan dipertukarkan panasnya tidak bersentuhan langsung sehingga perpindahan panasnya terjadi melalui dinding pemisah.
8 Temperatur Temperatur Temperatur Jenis-jenis Aliran Berdasarkan konfigurasi arah aliran, maka alat penukar panas dapat dikategorikan pada tiga jenis konfigurasi aliran yaitu : A. Aliran Sejajar (Co current flow) Kedua jenis fluida masuk dari satu sisi secara bersamaan, mengalir pada arah yang sama dan keluar dari sisi lainnya yang sama. Jarak Sepanjang HE Gambar 9. Co Current flow B. Aliran berlawanan arah (Counter current flow) Dua jenis fluida masuk dari arah yang berlawanan dan keluar dari sisi yang berlawanan pula. Jarak sepanjang HE Gambar 10. Counter current flow C. Aliran kombinasi (gabungan) Satu fluida masuk dari satu sisi kemudian berbagi arah ke arah sisi masuk, sedangkan fluida lainnya masuk dan keluar dari sisi yang berlainan.
9 Temperatur Jarak sepanjang HE Gambar 11. Aliran kombinasi D. Aliran silang (Crossflow) Dua fluida yang mengalir di heat exchanger tipe ini memiliki arah yang saling tegak lurus atau bersilangan. Secara termodinamik tipe ini memiliki efisiensi perpindahan panas yang lebih rendah daripada tipe counterflow tetapi lebih tinggi daripada tipe parallel flow. Gambar 12. Aliran Crossflow (a) Heat exchanger tipe plat, (b) Heat exchanger tipe single tube Shell dan Tube Exchanger sejauh ini paling umum digunakan untuk proses perpindahan panas di industri kimia. Keuntungan yang diperoleh dari heat exchanger jenis ini adalah :
10 a) Konfigurasinya memberikan luas permukaan yang besar dengan volume yang kecil b) Secara mekanis, bentuknya cocok untuk proses bertekanan c) Teknik pembuatannya lebih mudah d) Lebih mudah dibersihkan e) Prosedur perancangannya mudah f) Dapat digunakan untuk berbagai jenis bahan proses g) Dapat dibuat dari berbagai jenis bahan 3.7 Pemecahan Masalah Waktu dan Tempat Pengambilan Data Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju selama satu setengah bulan terhitung dari tanggal 16 Juli Agustus Serta tempat pelaksanaan kerja praktek ini adalah di Crude Distilling III Unit CD & GP Tahapan Pemecahan Masalah Heat Exchanger 6-2 di unit CD III merupakan suatu alat penukar panas yang digunakan untuk memanaskan fluida berupa Crude Oil yang dialirkan melalui tube dengan media pemanas LCT yang dialirkan melalui shell. Untuk menghitung nilai fouling factor, pressure drop dan effisiensi HE 6-2 dilakukan dengan beberapa tahap penyelesaian. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengambil data-data fluida sebagai berikut; a. Temperatur masuk fluida panas (T 1 ) dan fluida dingin (t 1 ) b. Temperatur keluar fluida panas (T 2 ) dan fluida dingin (t 2 ) c. Laju alir fluida panas (W) dan fluida dingin (w) d. Spesifik gravity fluida panas dan fluida dingin 2. Mengerjakan perhitungan dengan Metode Kern panas 3. Menghitung Efisiensi He dengan metode energi balance
11 3.7.3 Metode Perhitungan a. Perhitungan Neraca Panas (Heat Ballance) Q = W x Cp x (T 1 t 2 ) = w x cp x (t 2 t 1 )... (5) Q W w = Kalor jenis (Btu/hr) = laju alir fluida panas (lb/hr) = laju alir fluida dingin (lb/hr) Cp = Kapasitas panas fluida panas (Btu/lb 0 F) cp = Kapasitas panas fluida dingin (Btu/lb 0 F) T 1 = Temperatur fluida panas masuk ( 0 F) T 2 = Temperatur fluida panas keluar ( 0 F) t 1 = Temperatur fluida dingin masuk ( 0 F) t 2 = Temperatur fluida dingin keluar ( 0 F) b. Perhitungan Log Mean Temperature Different, LMTD Untuk alat penukar panas aliran counterflow, beda temperatur rata-rata dihitung dengan beda temperatur rata-rata logaritmik LMTD = T 1 t2 T2 t1 T1 t2 ln T t (6) c. Perhitungan Temperatur Kalorik (Tc dan tc) Temperature caloric ditafsirkan sebagai temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas. Tc = T 2 + Fc (T 1 T 2 )... (7)
12 tc = T 1 + Fc (t 2 t 1 )... (8) Dari Gambar 15, lampiran B didapat harga K c dan F c dengan perbandingan tc T c T2 t T t (9) d. Perhitungan Flow Area Flow area merupakan luas penampang yang tegak lurus arah aliran Shell Side a s = ID x C x B / (144 x P T )...(10) ID C B P T = Inside Diameter (in) = Jarak antara tube (in) = Jarak Baffle (in) = Tube pitch (in) Tube side a t = N T x a t / (144 x n)...(11) N T = Jumlah tube a t = Internal area (Tabel 26, Lampiran B) n = Jumlah tube passes e. Perhitungan Mass Velocity Kecepatan massa merupakan perbandingan laju alir dengan flow area.
13 Shell side G s = W / a s...(12) G s = Mass Velocity fluida pada shell side W = Laju alir Tube side G t = w / a t...(13) Gt w = Mass Velocity fluida pada tube side = Laju alir fluida dingin (lb/hr) f. Perhitungan Reynold Number Reynold number menunjukkan tipe aliran fluida di dalam pipa Shell side Re s = De x G s /...(14) De = Equivalent diameter (ft) (Gambar 16, Lampiran B) G s = Mass Velocity (lb/hr.ft 2 ) µ = Viskositas fluida pada suhu t c Tube side Re t = D x G t / µ...(15) D = Inside diameter (ft) (Tabel 26, Lampiran B) G t = Mass velocity (lb/hr ft 2 ) µ = Viskositas fluida pada suhu t c
14 g. Perhitungan Heat Transfer Factor (J H ) Shell side Nilai J H untuk sisi shell dapat diketahui dari Gambar 16, Lampiran B Tube side Nilai J H untuk sisi tube dapat diketahui dari Gambar 17, Lampiran B h. Menentukan Thermal Function Pada tiap suhu, yaitu T c (hot fluid) untuk shell dan tc (cold fluid) untuk tube diperoleh masing-masing nilai c (Gambar 13, Lampiran B), µ (viskositas) dan k (konduktivitas thermal) (Gambar 18, Lampiran B) (c x µ / k) 1/3... (16) c = panas spesifik (Btu/lb o F) K = konduktivitas thermal (Btu/hr.ft. o F) i. Menentukan nilai Outside film Coefficient (ho) dan Inside Film Coefficient (hi) Shell side h o = jh k De c k 1 / 3 Ф s...(17) Tube side h i = jh k D c k 1 / 3 Ф t...(18) hio hi ID x t t OD...(19)
15 h o = Outside film coefficient (Btu/hr.ft 0 F) h io = Inside film coefficient (Btu/hr.ft 0 F) j. Menentukan Tube wall Temperature (t w ) Temperatur dinding rata-rata tube dapat dihitung dengan temperatur kalorik, jika diketahui nilai koefisien perpindahan panas fluida shell dan tube pada kondisi operasi sedang berlangsung. o s t w = t c + x T t h io h / / h / t o s c c...(20) t w = temperatur dinding tube ( 0 F) k. Perhitungan Corrected coeffient h o dan h io pada t w s Shell side Φ s = w 0,14...(21) h o = h o x Φ s...(22) s Tube side Φ t = w 0,14...(23) h io = h io x Φ t...(24) t l. Perhitungan Clean Overall Coefficient, Uc Uc merupakan overall heat transfer coefficient jika tidak terjadi fouling/kerak.
16 U C = h h io io x h h o o...(25) U C = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft 2 o F) m. Perhitungan Dirty Overall Coefficient, U D U D merupakan overall heat transfer coefficient jika terjadi fouling/kerak. A = N T x a x L...(26) A = Heat transfer surface (ft 2 ) N T = Jumlah tube a = luas area (ft 2 /lin ft), (Tabel 26, Lampiran B) L = Panjang tube Maka : U D = Q A x t U D = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft 2 o F)...(27) n. Perhitungan Dirt Factor, Rd Rd = UC U U x U C D D...(28) Rd = Fouling Factor (hr.ft 2. o F/ Btu)
17 o. Perhitungan Pressure Drop Shell side ΔP s = 2 s 10 f x G 5,22x10 x Ds x N 1 De x s x s...(29) ΔP s = Total Pressure drop pada shell (psi) f = Friction factor shell (ft 2 /in 2 ) (Gambar 20, Lampiran B) G s = Mass velocity (lb/hr.ft 2 ) s = Spec.Gravity N + 1 = jumlah lintasan aliran melalui baffle Tube side ΔP t = 5,22 x10 2 t 10 f x G x L x n xd x s x t...(30) ΔP t = Pressure drop pada tube (psi) f = Friction factor tube (ft 2 /in 2 ) (Gambar 19, Lampiran B) G t = Mass velocity (lb/hr.ft 2 ) s D n = Spec.Gravity = Inside diameter (ft) = jumlah pass tube ΔP r = 4 x n s 2 V x 2g...(31)
18 ΔP r = Return Pressure drop pada tube (psi) 2 V 2g = Velocity head (psi)...(32) s = Spec.Gravity Maka : ΔP T = ΔP t + ΔP r...(33) ΔP T = Total Pressure Drop pada tube (psi) 4. Menghitung Efisiensi Heat Exchanger Untuk fluida dingin : Cc = ms x cp air...(34) Untuk fluida panas : Ch = mt x cp gas...(35) Jika fluida dingin sebagai fluida minimum, maka efisiensi alat penukar kalor dapat diperoleh dari persamaan :....(36)....(37)
19 3.7.4 Hasil Perhitungan Heat Exchanger 6-2 Tabel 25. Data hasil perhitungan Heat Exchanger 6-2 Uraian Satuan Nilai Satuan pada Hari ke Keterangan Neraca Panas (Q) Btu/hr , , , , ,211 Shell , , , , ,896 Tube LMTD o F 301, , , , ,871 Shell and Tube Temperatur Kalorik Ft 455, , , , ,487 Shell 120, , , , ,221 Tube Flow Area o 1,315 1,315 1,315 1,315 1,315 Shell F 0,192 0,192 0,192 0,192 0,192 Tube Kecepatan Massa lb/hr.ft , , , , ,980 Shell , , , , ,803 Tube Bilangan Reynold 1047, , , , ,556 Shell 20834, , , , ,011 Tube Temperatur Dinding 0 F 272, , , , ,743 Shell and Tube Koeff. Perpindahan Btu/hr.ft 2 31,133 29, ,900 29, ,900 Shell.F Panas (h) 47,903 48, ,067 48, ,404 Tube Coeffisient Overall clean (Uc) Btu/hr.ft 2.F 18,869 18, ,433 18, ,335 Shell and Tube Coeffisient Overall Design (Ud) Btu/hr.ft 2.F 17,546 16, ,124 16, ,953 Shell and Tube Dirt Factor (Rd) hr.ft 2.F/Btu 0,004 0,0052 0,0078 0,0064 0,0081 Shell and Tube Pressure Drop kg/cm 2 0,080 0,1020 0,056 0,0560 0,0654 Shell 8,295 8,4862 8,186 8,1972 8,158 Tube Efisiensi % 70, , , , ,7732 Shell and Tube
20 Efisiensi (%) Grafik Hubungan antara nilai Fouling factor terhadap Efisiensi Heat Exchanger Fouling Factor ( Btu/ o C.ft 2 ) 3.8 Pembahasan Heat exchanger 6-2 difungsikan sebagai alat penukar panas fluida berupa Crude Oil sebagai fluida dingin yang dialirkan melalui tube, pada unit CD III digunakan LCT sebagai fluida panas dimana fluida ini dialirkan melalui shell. HE 6-2 bertindak sebagai preheater yang digunakan untuk mengurangi pemakaian fuel pada HE selanjutnya dan dalam hal ini adalah furnace untuk proses pembakaran. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja dari Heat Exchanger 6-2 maka dilakukan perhitungan terhadap beberapa parameter diantaranya menghitung dirty overal heat coefficient, fouling factor, pressure drop, dan efisiensi. Perhitungan efisiensi HE dapat dilakukan dengan cara melakukan perbandingan jumlah kalor yang dipindahkan (Q) terhadap jumlah kalor yang mungkin untuk dapat dipindahkan (Qmax) dan tujuan dari mengetahui nilai fouling factor atau tahanan pengotoran (Rd) untuk diketahui performance atau kinerja HE hingga diketahui apakah perlu dilakukan Cleaning atau pembersihan akibat nilai Rd yang melebihi nilai Rd yang diizinkan.
21 3.8.1 Dirty overal heat coefficient (Ud) Nilai dirty overal heat coefficient (U D ) merupakan suatu konstanta yang berfungsi sebagai parameter yang menunjukkan jumlah panas/kalor yang ditransfer oleh fluida panas ke fluida dingin per o F per satuan waktu.ft 2. Pada heat exchanger 6-2 unit CD III, koefisien perpindahan panas berasal dari hasil gabungan dari proses konduksi dan konveksi. Dimana perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panas tetap, dan perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa fluida (cair/gas). Dari hasil pengolahan data yang didapat pada perhitungan selama 5 hari terlihat penurunan setiap harinya, nilai ini mempengaruhi nilai Fouling Factor karena semakin banyak kotoran yang menempel pada tube menandakan bahwa nilai Dirty Overall Heat Coefficient kecil. Penyebabnya yakni dikarenakan faktor kekotoran dipengaruhi oleh suhu dan laju alir. Dimana semakin tinggi suhu maka semakin besar pula faktor kekotorannya karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan kerak pada dinding dinding pipa. Dan juga semakin besar laju alir maka nilai faktor kekotoran (Rd) cenderung turun hal ini dikarenakan semakin besar laju alir aliran maka akan memperbesar pula nilai Ud dan Uc dan memperkecil tebal cake pada dinding pipa sehingga hal ini yang menyebabkan nilai Rd turun Fouling factor Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa nilai Fouling Factor pada HE 6-2 yaitu bila dirata-ratakan dari perhitungan data perhari maka nilainya lebih dari 0,003 Btu/hr.ft 2.F, sedangkan nilai yang diizinkan seperti yang terlihat dari Tabel 27 (Lampiran B) seharusnya tidak lebih dari 0,003 Btu/hr.Ft 2.F pada suhu rata-rata kurang dari 250 o F dan laju alir rata-rata kurang dari 2 ft/sec. Besarnya nilai Fouling Factor ini menunjukkan banyaknya kotoran yang terakumulasi didalam Heat Exchanger 6-2. Kotoran ini berasal dari fluida yang mengalir
22 didalam Heat Exchanger. Fouling Factor ini mempengaruhi efisiensi dari Heat Exchanger khususnya pada HE 6-2 karena proses pertukaran panas yang terjadi akan mengalami gangguan. Kotoran yang terbawa dari fluida tersebut akan menumpuk dan melapisi dinding dalam dan luar tube, sehingga panas yang terserap akan terhalang oleh adanya kotoran yang menempel. Maka dari keadaan ini heat exchanger 6-2 perlu dilakukan cleaning Pressure drop Penurunan tekanan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa (tube) dan shell ke hilir titik. Penurunan tekanan adalah hasil gaya gesek pada fluida ketika mengalir melalui tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Yang akan mempengaruhi penurunan tekana yaitu tingkat kekasaran permukaan dan sifat fisik lainnya. Tinggi kecepatan aliran dan viskositas tinggi cairan dalam hasil penurunan tekanan yang lebih besar diseluruh bagian pipa atau katup atau siku juga mempengaruhi adanya penurunan tekanan, sedangkan kecepatan rendah akan mengakibatkan penurunan tekanan yang lebih rendah. Harga Pressure Drop yang diperoleh baik di shell maupun di tube hasil perhitungan jauh berada di bawah teorinya yakni 10 psi sedangkan untuk aktualnya pada tube 0,07188 Psi dan pada shell 8,26448 Psi. Hal ini menunjukkan bahwa hilang tekan pada saat proses berlangsung tidak begitu besar sehingga heat exchanger 6-2 dinyatakan masih layak dioperasikan. Heat Exchanger 6-2 dapat dikatakan masih layak digunakan karena terlihat dari data yang ada dan dilakukan perhitungan efisiensi alat memiliki angka rata-rata di atas 60 % dan apabila dirata-ratakan nilai efisiensi dari HE 6-2 sebesar 74,24%. Hal ini menunjukan bahwa kondisi HE 6-2 sangat baik. Nilai efisiensi HE yang diperbolehkan sebesar 65-70%. Dari ketiga parameter diatas maka dapat dianalisa bila dikaitkan dengan efisiensi, semakin besar nilai Ud maka dapat dinyatakan semakin besar pula faktor pengotornya (Rd). Bila faktor pengotor semakin besar maka aliran fluida yang
23 mengalir akan terhambat sehingga panas yang berpindah akan berkurang dan hilang tekan pada saat proses berlangsung semakin besar dari keadaan ini menyebabkan efisiensi bernilai kecil. Efisiensi HE adalah rasio perbandingan jumlah kalor yang dipindahkan (Q) terhadap jumlah kalor yang mungkin untuk dapat dipindahkan (Qmax). Efisiensi HE sangat tergantung pada konfigurasi dari sistem HE, karena hal ini akan mempengaruhi temperatur inlet dan outlet, baik untuk sisi panas maupun sisi dingin. Makin banyak bagian sistem HE yang memanfaatkan panas dari HE, semakin tinggi tingkat efisiensi HE yang digunakan. Tetapi keadaan ini belum bisa diakatakan bahwa HE 6-2 sangat efektif sehingga perlu dilakukan pembenahan atau cleaning pada alat. 3.9 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan data aktual pada tanggal 29 juli sampai Agustus 2013 terhadap kinerja dari Heat Exchanger 6-2 di unit CD III, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. HE 6-2 bertindak sebagai preheater yang digunakan untuk mengurangi pemakaian fuel pada saat proses pembakaran. 2. Semakin besar suhu awal aliran air panas maka nilai Rd semakin turun sedangkan untuk laju alir yang besar maka nilai Rd juga akan semakin besar pula. 3. Harga Fouling Factor melebihi dari data yang diizinkan, hal ini menunjukkan bahwa preheater tersebut mengandung kotoran yang berhubungan langsung dengan perpindahan panas di dalam HE. 4. Nilai pressure drop yang didapatkan dari hasil perhitungan jauh dibawah data teorinya. 5. Harga efisiensi rata-rata dari HE 6-2 secara aktual diatas 60 %, nilai ini menunjukkan kinerja HE yang masih baik Saran
24 Setelah dianalisis dari hasil perhitungan dan permasalahan yang terjadi pada Heat Exchanger 6-2, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut untuk memperlancar proses produksi: a. Performance HE perlu dilakukan evaluasi untuk jangka waktu tertentu secara periodik sehingga dapat diketahui saat kapan alat tersebut harus dibersihkan atau diganti. b. Apabila Nilai fouling factor hasil perhitungan lebih besar dari nilai fouling factor yang diizinkan maka perpindahan panas yang terjadi di dalam alat tidak memenuhi kebutuhan prosesnya dan harus segera dibersihkan agar tidak menghambat jalannya suatu proses produksi. c. Perlu dilakukan pengaturan terhadap suhu dengan benar karena semakin tinggi kemampuan LCT menaikkan temperatur crude oil maka akan semakin baik karena menghemat pemakaian bahan bakar fuel gas/ fuel oil di HE lainnya.
BAB III TUGAS KHUSUS
BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Menghitung Efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang. 3.2 Latar Belakang Heat Exchanger E-108 A
Lebih terperinciBAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong.
55 BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong. 3.2 Latar Belakang Dalam suatu industri perminyakan, banyak ditemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciBAB III TUGAS KHUSUS (Ini mse gbgan smo bab3 yg HE)
BAB III TUGAS KHUSUS (Ini mse gbgan smo bab3 yg HE) 3.1 Judul Menghitung kinerja alat Reboiler Debutanizer FLRS-E-107 pada Unit RFCC (Riser Fluidized Catalityc Crangking) di PT. Pertamina (Persero) RU
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciPERANCANGAN HEAT EXCHANGER
One Shell Pass and One Tube Pass PERANCANGAN HEAT EXCHANGER Abdul Wahid Surhim Pengertian HE adalah alat yang berfungsi sebagai alat penukar panas (kalor) Dilihat dari fungsinya dapat dinamakan : Pemanas
Lebih terperinciHEAT EXCHANGER ALOGARITAMA PERANCANGAN [ PENUKAR PANAS ]
-07504046-Indra wibawads- HEAT EXCHANGER [ PENUKAR PANAS ] ALOGARITAMA PERANCANGAN. Menuliskan data-data yang diketahui Data-data dari fluida panas dan fluida dingin meliputi suhu masuk dan suhu keluar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar kalor, mekanisme perpindahan kalor pada penukar kalor, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger, bagian-bagian shell
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Kalor Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energi karena perbedaan temperatur diantara benda atau material. Apabila dua benda yang berbeda
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan
Lebih terperinciDOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air
DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER I. TUJUAN - Mengetahui unjuk kerja alat penukar kalor jenis pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger). - Menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas dan
Lebih terperinciPENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR
PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.
Lebih terperinciWATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian
1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR. Bambang Setyoko *)
EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR Bambang Setyoko *) Abstract The performance of heat exchangers usually deteriorates with time as a result of accumulation of deposits on heat
Lebih terperinciV. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan
V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Heat Exchanger (HE) Heat Exchanger (HE) adalah alat penukar panas yang memfasilitasi pertukaran panas antara dua cairan pada temperatur yang berbeda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan kalor atau panas (heat transfer) merupakan ilmu yang berkaitan dengan perpindahan energi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material.
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Panas atau kalor merupakan salah satu bentuk energi. Panas dapat berpindah dari suatu zat ke zat lain. Panas dapat berpndah melalui tiga cara yaitu : 2.1.1
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengelolaan Minyak Mentah (Crude oil) Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Di Indonesia penambangan minyak terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciBab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Nylon yang merupakan salah satu industri
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01
Lebih terperinciGbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciKern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim
Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim Pengantar Pemenuhan banyak pelayanan industri memerlukan penggunaan DOUBLE-PIPE HAIRPIN HE Jika memerlukan permukaan perpindahan panas yang besar, maka yang terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN
ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HE Shell and tube Penukar panas atau dalam industri populer dengan istilah bahasa inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan dan bisa berfungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda panas dan benda dingin, yang masing masing disebut source and receiver (sumber dan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN
LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang digunakan sebagai penggerak mula dari generator
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES
BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES
digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head
Lebih terperinciI. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan
Lebih terperinciPengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks
Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks Arif Budiman 1,a*, Sri Poernomo Sari 2,b*. 1,2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciPerancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT
BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciBAB lll METODE PENELITIAN
BAB lll METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Proses ini bertujuan untuk menentukan hasil design oil cooler pada mesin diesel penggerak kapal laut untuk jenis Heat Exchager Sheel and Tube. Design ini bertujuan
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)
Lebih terperinciANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS
ANALISA HEAT EXHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS ahya Sutowo Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Proses perpindahan kalor pada dunia industri pada saat ini, merupakan
Lebih terperinciSatuan Operasi dan Proses TIP FTP UB
Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciPENDINGIN TERMOELEKTRIK
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinci31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN
ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENDAHULUAN Pada bab ini dicantumkan beberapa penelitian yang berhubungan dengan analisis kinerja heat exchanger yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu dicantumkan juga
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-198 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas
Lebih terperinciHALAMAN PERSETUJUAN. Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing Tugas Akhir untuk
HALAMAN PERSETUJUAN Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing Tugas Akhir untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S-1) di Jurusan
Lebih terperinciBAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )
BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (APK) adalah alat yang umumnya dipakai di dunia industri untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor industri
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE
UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGITIGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur
BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat
Lebih terperinciINTISARI. iii. Kata kunci : Panas, Perpindahan Panas, Heat Exchanger
INTISARI Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan
Lebih terperinciTaufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.
Desain Rancang Heat Exchanger Stage III pada Pressure Reduction System pada Daughter Station CNG Granary Global Energy dengan Tekanan Kerja 20 ke 5 Bar Taufik Ramuli (0639866) Departemen Teknik Mesin,
Lebih terperinciproses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu :
(pra (Perancangan (PabnHjhjmia 14 JlnhiridMaleat dari(butana dan Vdara 'Kapasitas 40.000 Ton/Tahun ====:^=^=============^==== BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah Proses Pada proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Absorpsi Siklus absorpsi adalah termodinamika yang dapat digunakan sebagai siklus refrigerasi dan pengkondisian udara yang digerakkan oleh energi dalam bentuk panas.
Lebih terperinciatm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.
Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase
Lebih terperinciMaka persamaan energi,
II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU
TUGAS AKHIR DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU Disusun : MUSTOFA D 200 030 086 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA November 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID
Lebih terperinciBAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR
27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai
Lebih terperinciMEMPERTAHANKAN KINERJA ALAT PENUKAR KALOR DENGAN MEMODIFIKASI SISTEM KERJA FEEDER PUMP SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA MEMPERTAHANKAN KINERJA ALAT PENUKAR KALOR DENGAN MEMODIFIKASI SISTEM KERJA FEEDER PUMP SKRIPSI INDRA SETIAWAN 0806368635 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2011
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES
DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siklus Air dan Uap Siklus air dan uap di PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar Awar sebagai tinjauan pustaka awal dan pembahasan awal yang nantinya akan merujuk ke unit kondensor. Siklus
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUHERI SUSANTO NIM
ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR SHELL AND TUBE SEBAGAI PEMANAS MARINE FUEL OIL ( MFO ) UNTUK BAHAN BAKAR BOILER PLTU UNIT 4 DI PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Industri kimia di Indonesia sudah cukup maju seiring dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai bahan bakar cat yang
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT
digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE
TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciINTRODUCTION OF HEAT EXCHANGER (PENGENALAN ALAT PENUKAR KALOR) Eswanto.,ST.,M.Eng INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
INTRODUCTION OF HEAT EXCHANGER (PENGENALAN ALAT PENUKAR KALOR) Eswanto.,ST.,M.Eng INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN PRINSIP PERPINDAHAN PANAS TEMPERATURE : Adalah suatu ukuran energi yang dimiliki oleh suatu benda
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor
4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada
Lebih terperinciBAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES
47 BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk
Lebih terperinci