ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MEMBANDINGKAN METODE PERUSAHAAN DENGAN METODE FULL COSTING

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA MARTABAK MESIR ABIB DI PEKANBARU

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA TAHU MANG UJANG PEKANBARU ABSTRACT

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA.

Desi Anita dan Desy Susanti Program Studi S1 Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia Jalan Jend. A. Yani No Pekanbaru 28127

Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA INDUSTRI KECIL (STUDI KASUS UKM KERIPIK SINGKONG) DI PEKANBARU

ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT)

Kata kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing, harga jual

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115

ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO

PERHITUNGAN COST OF GOODS MANUFACTURED SEBAGAI DASAR PENENTU HARGA JUAL MENGGUNAKAN FULL COSTING METHOD (Studi Kasus pada UMKM Mie Basah Pak Taman)

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

Analisis Harga Pokok Produksi Roti Berdasarkan Metode Full Costing dan Variable Costing

ANALISA HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN FULL COSTING METHOD DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL BOLA PLASTIK PADA UD. BUMI PUTRA

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA BAKMIE AYAM GAJAH MUNGKUR. Sarah Listiarakhma Tjaja

Analisis Perencanaan Laba Terhadap Pengambilan Keputusan Pada PT. Parit Padang Global di Makassar. Oleh: Agus Purnomo. Abstrak

PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK DENGAN COST PLUS PRICING MENGGUNAKAN PENDEKATAN FULL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM PENENTUAN KETEPATAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU SS DI SIDOARJO

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA WARUNG BAKSO MANTAP DALAM PERENCANAAN LABA. Andika Hari Saputro

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

PENERAPAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN HPP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA PADA UD GANESHA

PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)

PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES SEBAGAI DASAR UNTUK PENENTUAN HARGA JUAL PADA PERUSAHAAN TAHU BANDUNG DIAH INDRIANI

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN LABA PADA UD METTALON PERIODE

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PABRIK TAHU BANDUNG TONO)

EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK BANDENG PRESTO MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA BAKMI DKI CABANG ROSLIANA. : Yuli Setia Ningsih :

PERENCANAAN LABA MENGGUNAKAN ANALISIS BIAYA- VOLUME-LABA PADA UKM SLAMET SEMARANG TAHUN 2014

Lita Mandasari, Kusni Hidayati, Widya Susanti Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. John Soeprihanto (1999:414) adalah biaya yang seharusnya untuk produksi suatu

ANALISIS METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR SULTAN ISKANDAR STIE YPUP MAKASSAR

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR

ANALISIS BIAYA, VOLUME PENJUALAN DAN LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAAN LABA PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA KOTA KEDIRI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN (Studi Pada Ud. Karya Pala Kediri)

JURNAL ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA PERUSAHAAN PIA LATIEF KEDIRI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PRODUK TAHUBAXO IBU PUDJI BERDASARKAN FULL COSTING METHOD

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

ANALISIS BIAYA, VOLUME PENJUALAN, DAN LABA SEBAGAI ALAT UNTUK MENYUSUN PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA KEDAI MANG DEDE

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA SEBAGAI PERENCANAAN LABA PRODUK KRUPUK RAMBAK PADA UD.GAJAH

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN FULL COSTING METHOD PADA UMKM KERUPUK CAP LAKSA YOHANA SAPUTRI

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT.SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR

PENERAPAN FULL COSTING METHOD MELALUI PENGHITUNGAN HPP SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM TAHU PAK DARIYO. Andri Eka Permatasari

ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI DASAR UNTUK MENGOPTIMALKAN PROFITABILITAS USAHA TERNAK AYAM PETELUR DI DESA RAMAN AJI

ANALISIS COST-PROFIT- VOLUME SEBAGAI TEKNIK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN ROTI DAN KUE D ROTI

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA YANG DIINGINKAN (STUDI PADA QUICK CHICKEN CABANG KOTA BLITAR)

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN METODE COST PLUS PRICING DALAM PENDEKATAN FULL COST PADA BAKSO PLO JAKARTA

Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan perusahaannya, untuk itu pihak manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

Tugas Akhir. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Akuntansi Jususan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012

ABSTRAK. Kata Kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing

Nienik H. Samsul, Perbandingan Harga Pokok.. PERBANDINGAN HARGA POKOK PRODUKSI FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING UNTUK HARGA JUAL CV.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK BINGKAI LARISSA FRAME DEPOK

PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM MENENTUKAN PERHITUNGAN HRGA POKOK PRODUKSI MESIN CUCI MOBIL SEMI OTOMATIS PADA PT GLOBAL ENDO TEKNIK DI SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

yang bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. D

Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA. Oleh : Meta Bina Sabila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA KERIPIK SINGKONG BAROKAH DESA KARANG REJO KABUPATEN PESAWARAN

Silvia Porawouw, Analisis Perbandingan Metode Penentuan

Analisis Harga Pokok Produksi Amplang Pada UD Mawar Sari Di Samarinda. Ety Murdiana Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia usaha sekarang ini menyebabkan semakin ketatnya

Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Bantu Dalam Perencanaan. Bun-Bun Homemade Cakes. Nama : Sulastri Syarinastiti Kelas : 3EA07 NPM :

ANALISIS TITIK IMPAS DALAM PENENTUAN HARGA JUAL PADA CV. SURABAYA LAS KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari perusahaan manufaktur skala besar sampai kecil. Sekarang ini,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONTRAK PERKULIAHAN : KT221212

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HARGA POKOK PESANAN PADA TOKO YELLA BAKERY BANJARMASIN

Cendekia Akuntansi Vol 3 No 1 Jan 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha atau suatu bisnis dapat mengambil keputusan dengan tepat.

ANALISA BREAK EVENT POINT

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

PERENCANAAN PENETAPAN LABA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) PERUSAHAAN WINGKO UD. TUJUH TUJUH ELOK BABAT LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

Analisis Biaya Menurut Variable Costing Untuk Pengambilan Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada Perusahaan Kue Bangket Tokin.

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV. SATU ANGIN PERSADA

Transkripsi:

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MEMBANDINGKAN METODE PERUSAHAAN DENGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PADA USAHA SIOMAY IBUNDA DI PEKANBARU (STUDI KASUS USAHA SIOMAY IBUNDA) Dewi Puspita Sari dan Anton Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia Jalan Ahmad Yani No. 78-88 Pekanbaru-Riau, www.stiepi.com ABSTRACT: This study aims to determine the calculations of production cost applied by Businesses Siomay Ibunda using the full costing method and variable costing method. Data collected included primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct interviews with stakeholders which are the Business Owners and direct observation of the activity of siomay. Secondary data was obtained from relevant books, journal, literature and data available on Businesses Siomay Ibunda. The method used was descriptive comparative method which was the analysis that compares the calculation of the cost of production which was applied by business owners using the full costing and variable costing methods. Moreover, it also analyzed the breakeven point on Businesses Siomay Ibunda. The research results indicate that from the three calculations of cost of production, full costing method will give a higher result than the variable costing method used by the Business Owner. There is a difference because the cost of production calculation used by Business Owner is too simple where the labour cost and overhead cost are not calculated specifically. Meanwhile, the variable costing method only burdens the variable production cost. Keywords: Calculation of the cost of production, Full Costing Method, Variable Costing Method and Break-Even Point, Margin Of safety, Degree Of Operating Leverage. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh Usaha Siomay Ibunda, dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pihak terkait yaitu Pemilik Usaha dan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siomay. Data sekunder diperoleh dari buku-buku terkait, jurnal, literature serta datadata yang ada di Usaha Siomay Ibunda. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yaitu analisis yang membandingkan antara perhitungan harga pokok produksi (HPP) yang diterapkan oleh Pemilik Usaha dengan menggunakan metode full costing dan variable costing. Selain itu, juga menganalisa titik impas pada Usaha Siomay Ibunda. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ketiga hasil perhitungan HPP menunjukan bahwa menggunakan metode full costing memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan yang diterapkan oleh Pemilik Usaha dengan metode variable costing. Perbedaan tersebut disebabkan karena perhitungan HPP yang digunakan Pemilik Usaha sangat sederhana, dimana biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik tidak diperhitungkan secara rinci. Sedangkan metode variable costing hanya membebankan biaya produksi variabel saja. Kata Kunci : Perhitungan Harga Pokok Produksi, Metode Full Costing, Metode Variable Costing, Titik Impas, Margin Of Safety, Degree Of Operating Leverage.

PENDAHULUAN Kondisi perekonomian yang tidak menentu, membuat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi wahana yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga atau rumahan. Dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah Pesatnya pertumbuhan pada dunia industri akan meningkatkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Masing-masing perusahaan akan berkompetisi untuk menghasilkan produk-produk berkualitas dengan harga yang cukup bersaing dan berusaha memiliki strategi dan metode yang tepat agar visi tetap tercapai yaitu keuntungan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Menurut data Badan Pusat Statistik Riau pada tahun 2011 jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Provinsi Riau sebanyak 205 perusahaan. Berdasarkan kelompok industri, jumlah perusahaan yang terbanyak adalah pada kelompok industri makanan (10) yaitu sebanyak 152 perusahaan, diikuti kelompok Industri karet, barang dari karet dan barang plastik (22) sebanyak 15 perusahaan. Dengan banyaknya jumlah unit usaha menyebabkan tajamnya persaingan yang terjadi guna mempertahankan dan meningkatkan usahanya. Sebagai perusahaan industri makanan (Siomay) tentunya perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting. Perhitungan Harga pokok produksi (HPP) sangat menentukan laba rugi perusahaan. Dengan demikian apabila perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan harga pokok produksi, mengakibatkan kesalahan dalam menentukan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Mengingat arti pentingnya harga pokok produksi yang memerlukan ketelitian dan ketepatan, apalagi dalam persaingan yang tajam di industri seperti saat ini memacu perusahaan yang satu bersaing dengan perusahaan yang lain dalam menghasilkan produk yang sejenis. Perhitungan harga pokok produksi selain

digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula. Usaha Siomay Ibunda adalah salah satu usaha kecil yang bergerak dalam bidang industri makanan. Usaha Siomay Ibunda adalah unit usaha yang memproduksi dan menjual produknya. Berdasarkan pengamatan/wawancara dengan pemilik usaha siomay Ibunda tersebut fenomena yang terjadi adalah dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual masih belum sempurna. Karena pemilik tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Misalnya pemakaian tenaga kerja langsung yang dikerjakan oleh pemilik itu sendiri tidak dihitung dan karyawan yang bekerja jumlahnya tidak tetap. Dalam proses produksinya pemilik akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Berikut ini adalah tabel perbandingan harga jual usaha siomay di Pekanbaru sebagai berikut : Pedagang Sumber : Usaha Siomay di Pekanbaru Tabel 1.1 : Perbandingan Harga Jual Beberapa Usaha Siomay di Pekanbaru Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa harga jual beberapa usaha siomay di Pekanbaru berbeda- beda dari masing- masing pemilik usaha tersebut. Perbandingan harga jual beberapa usaha siomay tersebut berada diantara Rp 9.000,- sampai dengan Rp 18.000,-. Dalam menetapkan harga jual usaha siomay Ibunda juga belum sesuai, dimana pemilik belum bisa memperkirakan biaya yang ada dalam satu porsi makanan siomay. Pemilik menetapkan harga jual berdasarkan harga persaingan yang ada diantara usaha yang sejenis. Pemilik usaha siomay tersebut juga tidak terlalu memperhitungkan harga pokok produksi. Pemilik hanya melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan. Alamat Harga Jual Per Porsi (Rp) 1 Siomay Ibunda Jl. Brigjen Kotamso 10.000 2 Siomay Kang Uus Jl. Ronggowarsito 13.000 3 Siomay Batagor Ikhsan Jl. Sisingamangaraja 18.000 4 Siomay Ibu Lina Jl. Hangtuah 9.000 Pemilik hanya mencatat jumlah uang yang dikeluarkan dan jumlah barang yang dibeli seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja. Pemilik usaha juga tidak terlalu memperhitungkan harga pokok

produksi, pemilik hanya melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan yaitu dengan menggabungkan biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Menurut Mulyadi (2009:17) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara perhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan Metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang yang berperilaku variabel maupun tetap, dengan demikian harga pokok produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi. Menurut Mulyadi (2009:18) menyatakan bahwa Variabel costing adalah merupakan Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Tetapi dalam penetapan harga jual, pemilik sendiri hanya melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan. Perhitungan yang dilakukan oleh pemilik usaha adalah dengan cara menambahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Perusahaan juga menggabungkan biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Pada perhitungan overhead pabrik tidak semua komponen biaya diperhitungkan, misalnya beban penyusutan peralatan tidak dimasukkan kedalam biaya overhead pabrik. Sehingga mengakibatkan harga pokok produksi yang diperhitungkan kurang tepat yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang kurang tepat dalam penentuan harga jual. Perhitungan harga pokok produksi yang tidak tepat akan menghasilkan harga jual yang tidak tepat pula. Penetapan harga jual yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi pemilik usaha karena akan mengakibatkan harga jual terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi pemilik usaha, karena penetapan harga jual yang terlalu tinggi menyebabkan pemilik usaha tidak dapat bersaing dipasaran, sebaliknya jika harga jual terlalu rendah akan mengakibatkan laba yang diperoleh rendah pula. Oleh karena itu perhitungan harga pokok produksi sangat penting bagi penjual karena mempengaruhi dalam menentukan harga jual produk yang dihasilkan. Walaupun hanya usaha kecil pemilik usaha siomay Ibunda juga memerlukan sebuah metode perhitungan yang tepat yaitu menerapkan metode Full Costing atau

Variabel Costing. Penggunaan metode full costing dan variabel costing dapat membantu pemilik usaha menentukan harga jual pada suatu produk dengan tepat dan efisien. Dari kedua metode tersebut pemilik usaha dapat membandingkan metode mana yang paling efisien dalam menentukan harga jual. Dengan demikian maka pemilik usaha akan memperoleh biaya yang akurat serta dapat menetapkan harga jual yang lebih kompetatif dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis perhitungan harga pokok produksi siomay yang diterapkan oleh Usaha Siomay Ibunda. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis perhitungan harga pokok produksi siomay pada Usaha Siomay Ibunda dengan menggunakan metode Full Costing. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis perhitungan harga pokok produksi siomay pada Usaha Siomay Ibunda dengan menggunakan metode Variabel Costing. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perhitungan harga pokok produksi terhadap harga jual pada Usaha Siomay Ibunda. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan perhitungan harga pokok produksi siomay yang diterapkan Usaha Siomay Ibunda dengan metode Full costing dan Variabel Costing. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Murpi (2011:1), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda-beda yang dikeluarkan oleh beberapa instansi pemerintah : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Usaha Kecil (termasuk Mikro) merupakan entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000. Didalamnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah adalah entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 hingga Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Menurut Hansen (2004:40) biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Metode penentuan harga pokok produsi adalah cara unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Menurut Mulyadi (2007:18) dalam memperhitungkan unsurunsur biaya kedalam harga pokok produksi

terdapat dua pendekatan, yaitu salah metode full costing dan metode Variabel Costing. 1. Metode Full Costing Metode Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Menurut Mulyadi (2009:17) Full Costing adalah Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum). 2. Metode Variabel Costing Menurut Mulyadi (2009:18) Variabel Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variaabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok prodduksi hanya memperhitungkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung dan biaya overhead pabrik variabel ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap dan biaya administrasi umum tetap). Break Even Point (BEP) Menurut Bustami (2006:207) Analisis titik impas/break Even Point adalah suatu kejadian dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Margin Of Safety (MOS) Darsono (2009:332) bahwa margin of safety yang besar menunjukan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya, dan sebaliknya jika margin of safety kecil mendekati nol persen menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu akan mengalami titik impas. Jika margin of safety negatif berarti perusahaan dalam kondisi bahaya, yaitu mengalami kerugian. Degree Of Operating Leverage (DOL) Leverage operasional berkaitan dengan resiko bisnis perusahaan. Menurut Ambarwati (2010:7) Tingkat leverage operasional adalah persentase perubahan laba operasional perusahaan (EBIT) akibat dari 1% perubahan dalam output (penjualan). Ukuran kuantitatif dari sensitifitas laba operasi perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan tersebut sebagai tingkat leverage operasional (degree of operating leverage). Penelitian ini untuk menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Siomay Ibunda dalam menghitung harga pokok produksi siomaynya. Dalam

menghitung harga pokok produksi, pemilik usaha belum menggambarkan biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh usahanya yakni belum merincikan biaya overhead pabrik secara akurat. Untuk itu, penelitian ini akan menghitung perbandingan perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh pelaku usaha selama ini dengan menggunakan metode Full Costing dan Variabel Costing. Seperti pada Gambar berikut ini: Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh pemilik usaha Usaha Siomay Identifikasi biaya Produksi Perhitungan harga Pokok produksi Perhitungan harga pokok produksi dengan metode Full Costing Perhitungan harga pokok produksi dengan metode Variabel Costing bersifat penelitian lapangan yaitu secara langsung mendatangi ke tempat pelaku usaha dan mengambil data berserta informasi yang dibutuhkan pada pihakpihak terkait dengan judul penelitian. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu : wawancara dan pengamatan langsung terhadap aktivitas siomay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif yaitu analisis yang membandingkan antara perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh pemilik usaha dengan menggunakan metode full costing dan Variabel Costing dalam menentukan harga jual. Selain itu, Penelitian ini juga menganalisa unsur-unsur yang mempengaruhi harga jual serta titik impas/break even point, Margin Of Safety, Degree Of Operating Leverage pada usaha Siomay Ibunda. Perbedaan perhitungan ketiga metode dan pengaruhnya terhadap harga jual Penetapan harga pokok produksi Menghitung titik impas pemilik usaha Sumber : Diolah, 2013 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada Usaha Siomay Ibunda yang berlokasi di jalan Brigjen Katamso Pekanbaru. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Siomay yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha milik Ibu Retna, yang berlokasi di Jalan Brigjen Katamso,Pekanbaru. Sebagai usaha perumahan yang bergerak di bidang industri makanan (manufaktur) yaitu memproduksi dan menjual produknya.

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Siomay Pada Usaha Siomay Ibunda dengan Metode Perusahaan Bulan April s/d Juni 2013 Usaha Siomay Ibunda sudah melakukan perhitungan harga pokok produksi produk siomay, namun perhitungan yang dilakukan masih dengan metode yang sederhana dan belum merinci seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Berikut tabel perhitungan harga pokok produksi perusahaan : Tabel 4.1 Biaya Kebutuhan Bahan Baku dan Overhead Kebutuhan Bahan Baku dan Overhead No Keterangan April 2013 Mei 2013 Juni 2013 1 Daging Rp 2,550,000 Rp 3,200,000 Rp 4,000,000 2 Tepung Kanji Rp 120,000 Rp 150,000 Rp 187,500 3 Royco Rp 10,500 Rp 10,500 Rp 10,500 4 Merica Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 5 Kacang Tanah Rp 300,000 Rp 400,000 Rp 405,000 6 Cabe Rawit Rp 90,000 Rp 120,000 Rp 125,000 7 Cabe Merah Kasar Rp 150,000 Rp 150,000 Rp 150,000 8 Gula Merah Rp 90,000 Rp 90,000 Rp 90,000 9 Bawang Putih Rp 135,000 Rp 135,000 Rp 135,000 10 Kencur Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 11 Damar Kasar Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 12 Kentang Kecil Rp 300,000 Rp 375,000 Rp 450,000 13 Telur Rp 900,000 Rp 1,050,000 Rp 1,200,000 14 Kol Rp 60,000 Rp 60,000 Rp 60,000 15 Tahu Rp 270,000 Rp 270,000 Rp 360,000 16 Minyak Goreng Rp 150,000 Rp 150,000 Rp 150,000 17 Gas Elpiji 3 Kg Rp 34,000 Rp 34,000 Rp 34,000 18 Biaya Listrik Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 19 Biaya Sewa Bangunan Rp 250,000 Rp 250,000 Rp 250,000 Total Biaya Rp 5,599,500 Rp 6,634,500 Rp 7,797,000 Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel diatas, Usaha siomay Ibunda pada bulan April 2013 memproduksi 900 porsi siomay dengan total biaya bahan baku dan overhead yang dikeluarkan pemilik usaha sebesar Rp 5.599.500,- bulan Mei 2013 memproduksi 1050 porsi siomay dengan total biaya bahan baku dan overhead yang dikeluarkan pemilik usaha sebesar Rp 6.634.500,- dan bulan Juni 2013 memproduksi 1200 porsi siomya dengan total biaya bahan baku dan overhead yang dikeluarkan pemilik sebesar Rp 7.797.000. Tabel 4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Perusahaan Keterangan April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Biaya bahan baku langsung Rp 5,599,500 Rp 6,634,500 Rp 7,797,000 Biaya tenaga kerja Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Jumlah Total Rp 6,199,500 Rp 7,234,500 Rp 8,397,000 Jumlah Produksi Sebulan 900 porsi 1050 porsi 1200 porsi HPP Siomay Rp 6,888.33 Rp 6,890 Rp 6,997.50 Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa harga pokok produksi siomay pada bulan April 2013 yang diperhitungkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp 6.888,33 bulan Mei 2013 sebesar Rp 6.890 dan bulan Juni 2013 harga pokok produksi siomay sebesar Rp 6.997,50. 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Siomay Pada Usaha Siomay Ibunda dengan Metode Full Costing Bulan April s/d Juni 2013 Tabel 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Keterangan April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5,215,500 Rp 6,250,500 Rp 7,413,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Biaya Overhead Pabrik Rp 434,000 Rp 434,000 Rp 434,000 Jumlah Total Rp 6,249,500 Rp 7,284,500 Rp 8,447,000 Jumlah Produksi 900 Porsi 1050 Porsi 1200 Porsi HPP siomay Rp 6,943.89 Rp 6,937.62 Rp 7,039.17 Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa harga pokok produksi per porsi siomay dengan menggunakan metode full costing pada bulan April 2013 sebesar Rp 6.943,89,- bulan Mei 2013 sebesar Rp

6.937,62 dan pada bulan Juni 2013 sebesar Rp 7.039,17. menyatakan bahwa volume penjualan di mana Contribution Margin tepat sama besarnya dengan total Biaya tetapnya. Agar 3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Siomay Pada Usaha Siomay Ibunda Dengan Metode Bulan April s/d Juni 2013 Variabel Costing Tabel 4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Variabel Costing Keterangan April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5,215,500 Rp 6,250,500 Rp 7,413,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Biaya Overhead Variabel Rp 140,000 Rp 140,000 Rp 140,000 Jumlah Total Rp 5,955,500 Rp 6,990,500 Rp 8,153,000 Jumlah Produksi 900 Porsi 1050 Porsi 1200 Porsi HPP Siomay Rp 6,617.22 Rp 6,657.62 Rp 6,794.17 Sumber : Data Olahan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perhitungan harga pokok per porsi siomay dengan menggunakan metode variabel costing pada bulan April 2013 sebesar Rp 6.617,22,- bulan Mei 2013 sebesar Rp 6.657,62 dan pada Juni 2013 sebesar Rp 6.794,17. 4. Perhitungan Break Event Point (BEP) Pada Usaha Siomay Ibunda Bulan April 2013 s/d Juni 2013 Dari hasil olahan perhitungan break even point Usaha Siomay Ibunda ini menjelaskan Bahwa BEP (break even point) merupakan volume penjualan di mana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin total penghasilan sama besarnya dengan total biaya di Bulan April 2013 yaitu pada penjualan Rp 2.207.713. dan perusahaan perlu menjual sebanyak penjualan 220,77 porsi. Pada bulan Mei 2013 yaitu pada penjualan Rp 2.284.219 dan perusahaan perlu menjual sebanyak penjualan 228,42 porsi. Dan bulan Juni 2013 yaitu penjualan Rp 2.412.415 dan perusahaan perlu menjual sebanyak penjualan 241,24 porsi. Break Even Point ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat penjualan yang harus dicapai jika pemilik usaha siomay ingin mendapatkan laba, untuk membantu pemilik usaha dalam mengambil keputusan mengenai jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar pemilik usaha tidak mengalami kerugian, seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar pemilik usaha tidak menderita kerugian, dan untuk mengetahui efek perubahan harga jual siomay, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. 5. Perhitungan Margin Of Safety Usaha Siomay Ibunda Pada Bulan April s/d Juni 2013 Dari hasil olahan perhitungan margin of safety Usaha Siomay menjelaskan bahwa jumlah dimana penjualan dapat menurun sebelum kerugian mulai terjadi. Margin of safety siomay pada bulan April 2013 yaitu

persentase sebesar 75 % berarti bahwa tingkat penurunan pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 75%. Pada bulan Mei 2013 yaitu persentase sebesar 78 % berarti bahwa tingkat penurunan pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 78%. Dan pada bulan Juni 2013 yaitu persentase sebesar 80 % berarti bahwa tingkat penurunan pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 80 %.Semakin besar Margin of Safety menunjukkan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya atau berada titik keamanan sebaliknya jika Margin of Safety kecil mendekati nol persen maka perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu mengalami titik impas. 6. Perhitungan Degree Of Operating Leverage (DOL) Usaha Siomay Ibunda Pada Bulan April s/d Juni 2013 Berdasarkan tabel diatas, perhitungan Degree of operating leverage Usaha Siomay Ibunda pada bulan April 2013 didapat dari laba kontribusi sebesar Rp 3.044.500 dibagi dengan laba bersih sebesar Rp 2.150.500. Sehingga didapat DOL sebesar 1,42 hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi DOL maka akan semakin tinggi resiko perusahaan karena besarnya biaya tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan. Pada Bulan Mei 2013 didapat dari laba kontribusi sebesar Rp 3.509.500 dibagi dengan laba bersih sebesar Rp 2.615.500. Sehingga didapat DOL sebesar 1,34 hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi DOL maka akan semakin tinggi resiko perusahaan karena besarnya biaya tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dan pada bulan Juni 2013 didapat dari laba kontribusi sebesar Rp 3.847.000 dibagi dengan laba bersih sebesar Rp 2.953.000. Sehingga didapat DOL sebesar 1,30 hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi DOL maka akan semakin tinggi resiko perusahaan karena besarnya biaya tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh Pemilik Usaha masih sangat sederhana karena terdapat beberapa biaya yang tidak dimasukan ke dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga harga pokok produksi yang dihasilkan belum bisa mencerminkan total biaya yang dikeluarkan oleh Pemilik Usaha untuk memproduksi seporsi siomay. Perhitungan harga pokok produksi siomay dengan menggunakan metode full costing lebih mencerminkan biaya yang dikeluarkan oleh Pemilik Usaha karena metode full costing memasukkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi sehingga menyebabkan harga pokok produksinya lebih tinggi

dibandingkan dengan perhitungan menurut Usaha Siomay Ibunda. Berbeda dengan perhitungan harga pokok produksi siomay dengan menggunakan metode variabel costing. Metode ini hanya membebankan biaya variabel ke dalam harga pokok produksi sehingga harga pokok produksinya tidak terlalu tinggi di bandingkan metode full costing. Dilihat dari perbandingan harga pokok produksi per porsi dengan harga jual. Selisih harga pokok produksi menurut perhitungan Usaha Siomay Ibunda pada bulan April 2013 dengan harga jual per porsi sebesar Rp 3.111,67. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing terlihat lebih rendah dengan selisih harga jual yaitu sebesar Rp 3.056,11. Sedangkan dengan menggunakan metode variabel costing selisih dengan harga jual sebesar Rp 3.382,78. Bulan Mei 2013 selisih harga pokok produksi menurut perhitungan Usaha Siomay Ibunda dengan harga jual per porsi sebesar Rp 3,110. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing terlihat lebih rendah dengan selisih harga jual yaitu sebesar Rp 3.062,38. Sedangkan dengan menggunakan metode variabel costing selisih dengan harga jual sebesar Rp 3.342,48. Dan bulan Juni 2013 selisih harga pokok produksi menurut perhitungan Usaha Siomay Ibunda dengan harga jual per porsi sebesar Rp 3.002,50. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing terlihat lebih rendah dengan selisih harga jual yaitu sebesar Rp 2,960,83. Sedangkan dengan menggunakan metode variabel costing selisih dengan harga jual sebesar Rp 3.205,83. Perbedaan harga pokok produksi siomay yang diterapkan oleh Usaha Siomay Ibunda, metode full costing dan variabel costing hanya terletak pada pembebanan biaya ke dalam harga pokok produksi. Pada perhitungan yang diterapkan oleh Usaha Siomay Ibunda tidak semua biaya dibebankan ke dalam harga pokok produksi sedangkan pada metode full costing semua biaya produksi dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi, berbeda pula dengan metode variabel costing yang hanya membebankan biaya variabel saja. Dari hasil break event point dapat dilihat titik impas dimana Usaha Siomay Ibunda tidak mengalami kerugian maupun keuntungan yaitu pada bulan April 2013 penjualan break event point sebanyak 220,77 porsi siomay dan penjualan sebesar Rp 2,207,713. Bulan Mei 2013 penjualan break event point sebanyak 228,42 porsi siomay dan penjualan sebesar Rp 2,284,219. Dan bulan Juni 2013 penjualan break event point sebanyak 241,24 porsi siomay dan penjualan sebesar Rp 2,412.415. Margin of safety siomay yaitu pada bulan April 2013 persentase sebesar 75 % berarti bahwa tingkat penurunan

pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 75 %. Pada bulan Mei 2013 persentase sebesar 78 % berarti bahwa tingkat penurunan pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 78 %. Dan bulan Juni 2013 persentase sebesar 80 % berarti bahwa tingkat penurunan pendapatan agar perusahaan tidak rugi adalah sebesar 80 %. Semakin besar Margin of Safety menunjukkan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya atau berada titik keamanan sebaliknya jika Margin of Safety kecil mendekati nol persen maka perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu mengalami titik impas. Sehingga didapat DOL pada bulan April 2013 sebesar 1.42, bulan Mei 2013 sebesar 1.34 dan bulan Juni 2013 sebesar 1.30. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi DOL maka akan semakin tinggi resiko perusahaan karena besarnya biaya tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan. Saran Sebaiknya pemilik usaha menghitung biaya penyusutan peralatan agar dapat menghitung harga pokok produksi dengan benar dan dapat menentukan harga jual dengan tepat dalam per porsi siomay sehingga pemilik usaha dapat memperoleh laba yang optimal dari penjualan usaha siomaynya. Sebaiknya pemilik usaha melakukan perhitungan harga pokok produksi per porsi siomay dengan membuat laporan biayabiaya yang ada dalam harga pokok produksi. Sehingga pemilik usaha siomay dapat memperhitungkan laba dengan optimal dan meminimalisir tingkat pemborosan biaya-biaya yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi tersebut. Dari kedua metode penentuan harga pokok produksi, sebaiknya Usaha Siomay Ibunda menggunakan metode full costing. Dengan metode full costing Pemilik Usaha bisa mendapatkan harga yang benar karena metode full costing membebankan seluruh biaya produksi ke dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga apabila harga bahan mengalami kenaikan maupun penurunan maka pemilik usaha bisa menaikan harga jualnya. Disarankan kepada penulis berikutnya untuk dapat melakukan analisis-analisis lainnya untuk melihat peramalan penjualan ke depannya. Data penelitian ini hanya menggunakan data selama tiga bulan sehingga diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih banyak lagi guna untuk mendukung data yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Sri Dewi Ari, 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta Bustami Nurlela, Bastian, 2006. Akuntansi Biaya : Kajian Teori

dan Aplikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu Darsono, 2009. Manajemen Keuangan : Kajian Pengambilan Keputusan Bisnis Berbasis Analisis Keuangan. Jakarta : Nusantara Consulting Hansen dan Mowen, 2004. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat Mulyadi, 2007. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, UPP Akademi Manajemen Perusahaan Yogyakarta : YKPN Mulyadi,2009. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Murpi, Solehuddin, 2011. Business Plant Praktis dan Dahsyat Untuk UMKM. Jakarta : Laskar Aksara