Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

dokumen-dokumen yang mirip
Pada Poster Tugas Akhir. wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. Wisnu Adisukma, M.Sn. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB II Kaidah Estetika Dan Etika Seni Grafis

V. MANUSIA DAN KEINDAHAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

Manusia dan Keindahan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan.

PENGALAMAN ESTETIS DALAM BERNYANYI

DUA MACAM PANDANGAN KEINDAHAN DALAM KARYA SENI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-

EKSPLORASI KEHIDUPAN DALAM SENI LUKIS A.A. NGURAH PARAMARTHA

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN

KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR. Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

KONSEP KARYA. Penari: Oil on Canvas, 90 x 60 cm. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

BAB VI PENUTUP. A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

SENI : ESTETIKA, LOGIKA, dan ETIKA

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

SENI : ESTETIKA, LOGIKA, dan ETIKA

KONTRIBUSI SENI BAGI PENDIDIKAN Oleh Wiflihani`

hsirait Hasanuddin Sirait/ / Phone:

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

melodi dan keharmonisan dari nada dan suara yang disusun '). Seni

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

MANUSIA, NILAI DAN MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

13. Jhon Deway, seorang filusuf Amerika aliran Pragmatisme membedakan antara pengalaman estetik dengan pengalaman artistik. Pengalaman aritistik

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

NOVIA KENCANA, S.IP, MPA

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

OBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

SEJARAH ESTETIKA. Keindahan (beauty) Yunani kuno. Abad 18

LAPORAN KARYA SEN1 PENCIPTAAN LAGU HYMNE. ALUMNI UNlVERSlTAS BUNG HATTA PADANG. Oleh: Erfan Lubis,SPd. Nip UNlVERSlTAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

Faktor-Faktor dalam. Perancangan Desain

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

Kata estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera perasaan atau taste.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami keindahan dalam seni, atau mungkin memang ketidakindahan itulah yang menjadikan sebuah karya seni menjadi indah dalam benak seniman. Jika seperti itu, bagaimanakah definisi keindahan dalam seni, ketika sesorang memiliki persepsi yang berbeda dengan seseorang yang lain tentang keindahan karya seni. Perasaan estetik pada dasarnya hanya sebagian dari perasaan seni. Keselarasan bukan merupakan satu-satunya pedoman untuk menimbulkan kesan estetik, bahkan penyimpangan pun mampu mejadikan kesan estetik dalam karya. Estetika sebagai salah satu cabang filsafat yang berhubungan dengan karya seni menunjukkan ciriciri kebalikan dari keindahan alamiah. Keindahan artistik merupakan esensi dari karya seni. Pada karya seni, perasaan estetis dari seniman penciptanya ditransmisikan ke dalam obyek yang bersangkutan dan pada waktu pengamatan perasaan itu berpindah ke dalam diri pengamatnya (Gie, 19996: 70). Wujud seni merupakan penjelmaan rasa, jiwa atau cita-cita ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap dengan indera. Wujud karya

seni bukan tiruan benda alam atau keadaan nyata sehari-hari, melainkan penggantinya, yaitu suatu wujud hasil olahan atau garapan dengan medium yang dipilih seperti garis, warna, suara, gerak tubuh, dan sebaginya. Unsur-unsur ini bukanlah unsur-unsur logika formal yang hasil atau konklusinya dapat diterka sebelumnya secara pasti, juga bukan semacam hukum-hukum ilmu alam yang dapat diduga akibatnya. Sehingga, karya seni baru dapat dinilai setelah diwujudkan ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap dengan indera. Artistik dan estetik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena berkaitan earat dengan penampilan dan hayatan karya seni. Artistik adalah aspek perjududan atau penampilan sebuah karya seni. Karya seni dapat mewujud karena adanya unsur-unsur yang ingin disamapaikan seniman melalui karya. Unsur-unsur tersebut adalah gagasan (idea), bakat (talent), ketrampilan (skill), dan sarana, wahana ekstrinsik atau media (medium, vehicle). Estetika merupakan aspek hayatan karya seni yang ditimbulkan oleh penggarapan unsurunsur, meliputi bentuk (form), struktur (structure), suasana (mood), dan pesan (message) (Djelantik, 1999: 18-25, 59-61). Jadi, unsur pencerapan keindahan dari rasa kepada suatu benda lebih dilandaskan oleh subyektifitas, lebih tegas adalah dimensi individunya. Sehingga suatu karya yang dibuat oleh sesorang, selain menampilkan tingkat keahlian sang pembuat, juga mampu mencerminkan bagaimana kepribadiannya (baca: karakter). Tetapi jika

hal itu dihadapkan kepada wawasan apresiasi yang rendah dari pengamatnya, kembali keindahan itu ditarik ke alam kenisbian. Bukankah selera dan lingkungan budaya juga mempengaruhi persepsi seseorang melihat obyek. Sehingga dengan demikian keindahanpun mengalami deformasi ketika masing-masing subyek memberikan intepretasinya masing-masing. Pada akhirnya, keindahan tidak sekedar obyek yang dinikmati belaka, namun berkembang menjadi pendalaman ke arah filsafat. Tentu saja keterlibatan para filsuf menjadi sangat besar, dari sejak Sokrates, Plato, Kant, Tolstoy, Cassirer, Langer, Derrida, hingga Malvin Rader telah menyadarkan kita bahwa estetika mampu mensemesta kepada totalitas yang sangat kompleks. Perkembangan yang luar biasa dari ilmu-ilmu estetika, menjadikan telaah terhadap obyek-obyek artistik dapat diteropong dari berbagai sudut ilmiah. Sehingga dengan demikian, estetika bukan hanya penjelmaan keindahan saja, melainkan harkatnya ditingkatkan menjadi estetik yang beretika serta dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan logika ilmiah, sosial dan budaya. Tetapi lebih jauh dari itu, estetika mampu bertindak sebagai moralitas manusia untuk menyibak dunia dan mentransformasikannya ke dalam karya-karya kreatif. Estetika bukan lagi sekedar obyek, tetapi subyek itu sendiri; subyek yang menghidup, subyek yang mengada, dan subyek yang mampu menempatkan dirinya sebagai subyek.

Perkembangan dunia estetika kini lebih mengarah kepada kesadarannya. Artinya, estetika selain menjabar ke arah estetika ilmiah dan filsafat keindahan. Namun juga mampu menghadirkan dirinya sendiri menjadi subyek yung melebur ke arah penyadaran manusia menuju renungan kreatif yang mendalam. Estetika dalam desain Kelebihan manusia dibanding makhluk lain karena manusia dianugerahi kemampuan berpikir. Dengan kemampuan itu manusia mempertahankan hidup. Bahkan manusia mampu membangun hidupnya menjadi sesuatu yang sangat berarti, yang maknawi bagi dirinya maupun makhluk lain. Dengan kemampuan berpikir itu pula manusia berusaha menembus dirinya yang gelap. Perjalanan hidup serta berbagai pertanyaan dikumandangkan untuk dirinya sendiri guna mencari tentang siapa dirinya. Namun manusia tetap saja merasa dirinya misterius Di sisi lain, manusia juga dihadapkan pada permasalahan hidup yang sangat mendasar; yaitu menghadapi kenyataan dunia. Kesadaran bahwa hidup tidak hanya sekedar untuk direnungi muncul sebagai tuntutan manifestasi untuk mendunia. Artinya, bahwa hidup bukan sebuah abstraksi berupa angan belaka, melainkan sebuah realitas. Inilah yang menyebabkan manusia membangun sebagian besar hidupnya ke arah jawaban duniawi. Akibatnya, hidup manusia seolah

terperangkap dalam pertanyaan dan jawaban tentang dunia. Sehingga banyak manusia yang tercampakkan dari dimensi kemanusiaannya karena ketidakmampuan menjawab dunia secara lengkap. Salah satu jawaban manusia terhadap dunia adalah industrialisasi, dimana teknologi dianggap sebagai dewa penyelamat bagi masalah-masalah manusia terhadap dunia ini. Meskipun dalam beberapa segi, industrialisasi menyebabkan manusia terpenjara dalam dimensi tunggal yang monoton. Di lain pihak, manusia juga seperti diperbudak oleh sebuah sistem kompleks dan besar yang bernama teknologi. Itulah risiko menjalani kehidupan dunia, tetapi bukan manusia apabila tidak memiliki solusi untuk menjinakkan risiko tersebut dengan kegiatan lain. Dalam keterjerembaban manusia oleh teknologi, muncul desain yang meluluhkan diri menjadi bagian yang menetralisir risiko-risiko dehumanisasinya. Desain sebagai salah satu unsur dari humanisasi teknologi sebenarnya memikul beban dan tanggung jawab yang berat. Selain menjinakkan sebuah sistem pikir yang berpengaruh ban berkuasa dalam pikiran manusia. Desain sebagai satu aktifitas yang tidak bebas nilai, diarahkan untuk mempertanyakan dan membedah humanisme universal. Singkatnya adalah setiap unsur yang dimunculkan teknologi terhadap desain, harus dipertanggungjawabkan kepada kehidupan manusia secara luas, jadi semua harus mengkonsepsi.

Dewasa ini, esetika tidak dapat terlepas dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Estetika pada dasarnya mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, namun demikian, estetika dapat pula masuk ke dalam keindahan karya-karya teknologi. Karya teknologi pada perkembangannya tidak hanya mempersoalkan tentang masalah fungsi dan kecanggihan belaka. Karya teknologi dapat pula mengekspresikan gagasan dan perasaan tentang keindahan. Oleh karena itu, kualitas desain dalam karya teknologi tidak lagi hanya mempertimbangkan masalah fungsi, namun juga memasuki ranah estetika yang dapat memberikan rasa keindahan secara visual maupun kenyamanan bagi penggunanya. Jika ditinjau dalam bidang desain dan teknologi, ada beberapa bidang yang dapat dikaitkan dengan estetika. Meskipun ada perbedaan yang jelas antara desain dan teknologi. Desain adalah soal perenungan, kontemplasi ke arah batin manusia itu sendiri, setelah bersinggungan dengan kenyataan di luar dirinya. Sementara teknologi merupakan observasi, pengamatan yang berjarak antara subyek (manusia) dengan obyeknya (hasil karya). Desain mengandung sesuatu yang transenden, sedang teknologi selalu berurusan dengan hal-hal yang bersifat nyata. Desain lebih bersifat rasa, teknologi lebih bersifat material, keduniawian. Obyek desain adalah karakter sebuah kualitas yang selalu bersifat individual, unik, bebas, spontan, imajinatif, simbolik, hal baru yang seolah-olah ada dari ketiadaan. Obyek teknologi adalah kenyataan yang

memiliki keseragaman, homogenitas, identitas dan kausalitas (hubungan sebab akibat). Sebuah karya desain yang hanya menjelaskan suatu fenomena, bukanlah karya desain sejati, karena dalam hal ini tidak ada perbedaan fungsinya dengan teknologi. Karya desain tidak hanya menjelaskan atau memahami tentang kenyataan duniawi semata, melainkan juga mencarai pencerahan atas sebuah fenomena. Desain merupakan terjemahan fisik dari aspek sosial, ekonomi, dan tatanan hidup manusia serta suatu ungkapan kultural sebab desain juga bagian dari kehidupan manusia. Sebagai sesuatu yang sifatnya universal, akan semakin jelas bahwa nilai desain tidak hanya tergantung pada fungsi, ilmu, dan teknologi saja. Tetapi juga kadar kesadaran sosial dalam proses timbulnya desain itu sendiri. Profesi desain adalah proses kreatif yang menghasilkan bentukbentuk yang bernilai serta diperlukan masyarakat. Nilai tersebut tidak semata-mata terletak pada bentuk visualnya saja, tetapi juga nilai yang pada prinsipnya terjadi karena hubungan structural dan fungsional sebagai suatu sistem yang berpadu dan dapat diterima dengan baik oleh pemakai desain, yaitu produsen dan konsumen. Kegiatan desain mencakup segala aspek lingkungan hidup manusia dalam suatu kondisi yang senantiasa berkembang. Desain tidak hanya dilibatkan sebagai obyek semata, namun juga sebagai subyek yang hidup. Maka kesadaran etika dan estetika dituntut menjadi satu dengan seluruh proses desain. Etika menjabar ke arah

moralitas desain yang menciptakan dimensi etis terhadap lingkungan sosial. Dan Estetika menjabar ke arah transendental desain, yang melahirkan nilai-nilai metafisis budaya. Jika desain merupakan pemecahan masalah-masalah yang berkait dengan kehidupan fisik manusia. Maka estetika berfungsi sebagai alat dari visi manusia menembus logikanya. Lebih mendasar lagi, dapat dikatakan bahwa estetika merupakan satu visi dari logika intuitif manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan desain. Yang artinya desain tidak hanya sekedar dipecahkan melalui obyektifitas dan akurasi saja, melainkan juga hasil renungan metafisis manusia. Kemudian pemahaman ke arah unsur-unsur desain, berarti juga pemahaman ke arah komponen-komponen estetika serta merupakan penafsiran tersendiri yang didasarkan kepada kepekaan inderawi. Komposisi, proporsi, ritme, nada, harmoni, nuansa, simbolik, improvisasi, dan komponen-komponen estetika lainnya, merupakan sebuah system komunikasi dari logika intuintif untuk membentuk dunia luar menjadi dunia rohani. Inilah hakikat dari kelayakan estetika. Penerapan dan pendalaman estetika berarti pencerapan terhadap nilai-nilai yang mengakar. Sebuah perenungan untuk menghayati suasana dan kesadaran ke arah spiritnya itulah yang kemudian menjadi kunci pembuka kegiatan tersebut. Akhirnya kelayakan estetika pun menjadi sah merujuk pada konsep budaya baru yang tercipta. Yang

akhirnya, pendalaman estetika merupakan basis terciptanya desain dengan berbagai fenomenanya.