BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

IMPLEMENTASI SISTEM AMONG DALAM PENANAMAN KARAKTER DI KELAS IV SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI SMA TAMAN MADYA SE-KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kamis, 29 November 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

NILAI KEDISIPLINAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS V (Studi Kasus di SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

Matrik Deskripsi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

Aliran Pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAANDI SMK PGRI BATANG

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

BAB I PENDAHULUAN. penerus suatu bangsa terlahir dari kaum terpelajar. Apabila suatu negara memiliki

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

KEPUTUSAN KONGRES XXI PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA Nomor : VI /KONGRES/XXI/PGRI/2013. Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 131/KN/76 TAHUN 1976 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN PESTA SIAGA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

KEPEMIMPINAN APARATUR KEJAKSAAN YANG EFEKTIF MELALUI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

PANDUAN Bimbingan Pramuka di Sekolah Dasar

UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. potensi sumber daya manusia dipandang sebagai industri jasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada tanggal 2 Mei 1889, Raden Mas adalah gelar kebangsawanan jawa yang otomatis melekat pada seorang laki-laki keturunan ningrat dari keturunan kedua hingga ketujuh dari raja atau pemimpin yang terdekat yang pernah memerintah. RM. Suwardi Suryaningrat merupakan cucu dari Sri Paku Alam III sedangkan ayahnya bernama K.P.H Suryaningrat dan ibundanya Raden ayu Sandiyah yeng merupakan buyut dari Nyi Ageng Serang, seorang keturunan dari Sunan Kalijaga. 1 Setelah menyelesaikan pendidikannya, Suwardi bergabung dengan kakaknya Suryopranoto yang membuka sekolah adhi dharma, dengan mengajar di sekolah milik kakaknya itu Suwardi tidak merasa bebas mengekspresikan ide-idenya, untuk dapat lebih bebas menjalankan pemikiran dan gagasannya dalam pendidikan ia mendirikan Taman Siswa dan mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. 2 Menurut Ki Hajar Dewantara, rakyat perlu dipersiapkan untuk memiliki jiwa merdeka, pikiran dan intelektual maju, serta jiwa yang sehat. Dari kesadaran itulah maka lahirlah Taman siswa sebagai bentuk gerakan pendidikan untuk melawan sistem pendidikan kolonial yang saat itu tidak sesuai dengan semangat bangsa Indonesia. 3 Taman siswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya, tujuan pendidikan Taman siswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur dan akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan ruhaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, serta manusia pada umumnya. 4 Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda, tujuan pendidikan taman siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan barat terlalu intelektualistik dan materialistik, cara pendidikan itu tidak bisa menjawab kebutuhan bangsa. Oleh karena itu Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasarkan sistem among, yang mengedepankan kebijaksanaan, seni, ilmu pengetahuan dan kasih sayang, dengan cara murid dibina agar mampu berjalan sendiri, menjadi manusia merdeka yang dapat mengambil keputusan. 5 Dengan demikian, perkembangan kebudayaan yang sudah berlangsung berabad-abad tidak musnah dengan kedatangan bangsa Eropa, tetapi akan menemukan corak baru tanpa menghilangkan kebudayaan yang telah ada. RM. Suwardi Suryaningrat yang sekarang kita kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada dan beliau wafat pada tanggal 28 April 1959, 6 yang sampai sekarang tanggal kelairan beliau yaitu tanggal 2 Mei telah di tetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. B. Pengertian Sistem Among 1 Suparto Rahardjo, Ki Hajar Dewantara Biografi singkat, ( Jogjakarta : Garasi, 2009 ), hlm 9 2 J. B. Soedarmanata, Jejak Jejak Pahlawan, ( Jakarta : PT. Grasindo, 2007 ), hlm. 7 3 Rahardjo, Ki Hajar Dewantara, hlm 54 4 Rahardjo, Ki Hajar Dewantara, hlm 63 5 Soedarmanata, Jejak Jejak hlm. 8 6 Maman Rahman, dkk. Pedoman Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, ( Semarang : Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah, 2005 ), hlm 57. 12

Menurut bahasa sistem among terdiri dari dua kata yaitu : sistem dan among. Sistem berarti metode atau pola pelaksanaan, Dalam arti luas Sistem diartikan sebagai serangkaian komponen atau bagianyang saling terkait dan berfungsi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, 7 sedangkan among berasal dari bahasa sansekerta yang berarti mengasuh, memelihara, menjaga. 8 Dalam kata Among juga terdapat kata dasar mong yang mencakup momong, Among, dan ngemong yang artinya : 9 Momong dalam bahasa jawa berarti merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang serta mentransformasikan kebiasaan kebiasaan atau membiasakan hal hal baik. Among dalam bahasa jawa berarti menjadi contoh tentang hal yang baik tanpa harus mengambil hak anak agar anak bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka. Ngemong dalam bahasa jawa berarti proses untuk mengamati, merawat, dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya, bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang telah diperolehnya. Dalam gerakan pramuka Sistem among diartikan sebagai sebuah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur unsur perintah keharusan, dan paksaan, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas, dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik. 10 Sistem among yang dirumuskan oleh ki hajar dewantara, terdiri dari 3 prinsip kepemimpinan, berikut ini : 11 1. Ing ngarsa sung tuladha ( di depan memberikan keteladanan ) 2. Ing madya mangun karsa ( di tengah-tengah memberi semangat ) 3. Tut wuri handayani ( di belakang memberi dukungan ) C. Maksud dan Tujuan Sistem Among 1. Tujuan sistem among Tujuan sistem among adalah untuk membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya. 12 2. Maksud Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka Maksud dari sistem among dalam gerakan pramuka merupakan pelaksanaan ketentuan dalam Undang undang nomor 12 tahun 2010 tentang gerakan pramuka dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga gerakan pramuka yang merupakan landasan hukum organisasi Gerakan Pramuka. 13 3. Tujuan Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka Untuk anggota pramuka, agar setiap proses pendidikan kepramukaan dapat di jalani tanpa adanya keterpaksaan, dan ketidak leluasaan. 14 7 Firda Bachmid, Pendidikan sebagai sistem, http:// http://www.academia.edu/1962834/pendidikan_sebagai_suatu_sistem, Sabtu, 13 Desember 2014 8 Andri Bob Sunardi, BOYMAN Ragam latih pramuka, ( Bandung : Nuansa Muda, 2006), hlm 62 9 Rahardjo, Ki Hajar, hlm 71 10 Jana. T. Anggadiredja, dkk. Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, ( Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011 ), hlm 81. 11 Rahardjo, Ki Hajar Dewantara, hlm 74 12 Rahardjo, Ki Hajar dewantara., hlm 72 13 Rahman, dkk. Pedoman, hlm 57. 13

Untuk pembina, agar setiap pembina pramuka dapat bersikap atau berperilaku sebagai pemberi teladan, pembangun keinginan, dan pemberi motivasi bagi para anggotanya. 15 D. Dasar Hukum Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka adalah : Penerapan sistem among dalam gerakan pramuka juga mempunyai dasar hukum, diantaranya 1. Undang undang nomor 12 tahun 2010 tentang gerakan pramuka, yaitu : 16 a) Pasal 10 : (1) Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among. (2) Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. (3) Sistem among sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan. 2. Anggaran Dasar gerakan pramuka hasil munas luar biasa tahun 2012 a) Pasal 9 : metode kepramukaan 17 (2) Dalam menjalankan Metode Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan Sistem Among dan Kiasan Dasar. b) Pasal 10 : sistem among 18 (1) Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among. (2) Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. (3) Sistem Among sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan: (a) di depan menjadi teladan; (b) di tengah membangun kemauan; dan (c) di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian. 3. Anggaran rumah tangga gerakan pramuka hasil munas luar biasa tahun 2012 19 a) Pasal 11 : sistem among (1) Sistem Among adalah sistem yang mendidik agar peserta didik merdeka batin, merdeka pikiran dan tenaganya (2) Sistem Among merupakan landasan pendidikan kepramukaan yang mengatur hubungan antara pendidik dan peserta didik. (3) Sistem Among mewajibkan anggota Gerakan Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut: (a) ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan; (b) ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan (c) tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan, dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian. 14 Rahman, dkk. Pedoman, hlm 58 15 Rahman, dkk, Pedoman, hlm 58 16 Undang undang nomor 12 tahun 2010,Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1-3. 17 Anggaran dasar tahun 2012, Gerakan Pramuka, Pasal 9, ayat 2 18 Anggaran dasar tahun 2012, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1 3. 19 Anggaran Rumah Tangga tahun 2012, Gerakan Pramuka, Pasal 11, Ayat 1-6. 14

(4) Sistem Among dilaksanakan dalam bentuk hubungan pendidik dengan peserta didik merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka. (5) Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku berdasarkan: (a) kasih-sayang, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban, dan rasa kesetiakawanan sosial; (b) disiplin disertai inisiatif dan bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, negara dan bangsa, sesama manusia, diri sendiri, alam, dan lingkungan hidup. (6) Anggota dewasa berupaya secara bertahap menyerahkan kepemimpinan sebanyak mungkin kepada anggota muda, untuk selanjutnya anggota dewasa secara kemitraan memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik. E. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Among Dalam pelaksanaan sistem among Ki Hajar Dewantara sering menganjurkan para pamong untuk mengajak siswa untuk belajar sambil bermain, disamping hal itu sistem among juga mengajarkan anak untuk belajar secara berkelompok agar memungkinkan mereka melakukan interaksi sosial kepada sesama peserta didik. 20 Seperti halnya dalam pendidikan formal yang membedakan peserta didiknya dengan beberapa jenjang yang dikenal dengan pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi. Dalam kepramukaan peserta didik juga dibedakan ke dalam empat jenjang pendidikan kepramukaan, keempat jenjang ini disesuaikan dengan usia peserta didik mulai dari 7 sampai 25 tahun 21, tingkat pendidikan tersebut adalah : 22 1. Siaga Jenjang pendidikan siaga merupakan jenjang pendidikan kepramukaan antara usia 7-10 tahun. pendidikan di jenjang ini ditekankan pada terbentuknya kepribadian, keterampilan di lingkungan keluarga melalui kegiatan bermain sambil belajar. 23 Cara mendidik pramuka siaga dilakukan dengan penuh kasih sayang dan lemah lembu, membina golongan siaga adalah phase awal dalam pendidikan maka sifat-sifat Pembina siaga yang tidak bisa di contoh oleh anak usia siaga harus tidak dimunculkan misalnya berkata jorok, suka membentak, dan sebagainya, golongan siaga harus sudah diperkenalkan secara nyata bagaimana setiap hari berbuat kebaikan baik dalam latihan maupun melalui pesan Pembina untuk melaksanakannya di rumah, dalam jenjang ini Pembina lebih banyak ing ngarsa sung tuladha. 24 2. Penggalang Jenjang pendidikan pramuka penggalang merupakan peserta didik yang berusia antara 11 sampai 15 tahun. Pendidikan di jenjang ini menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun dalam kegiatan masyarakat melalui kegiatan belajar sambil melakukan. 25 Cara membina pramuka penggalang sebagian dapat menggunakan cara-cara membina siaga akan tetapi bersifat situasional, kegiatan menantang yang bersifat pengembaraan paling di 20 Rahardjo, Ki Hajar dewantara., hlm 73 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 13, ayat 1. 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 12. 23 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang., hlm. 25 24 Anggadiredja, dkk, Kursus, hlm 78 25 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang., hlm. 26 15

sukai penggalang misalnya hiking, climbing, camping, dan lain-lain, namun harus dipersiapkan dengan teliti faktor keamanan dan tidak boleh terlalu sering dilakukan, selain itu reward dan punishment mutlak harus di lakukan dan di tegakkan, dalam penggalang kekompakan, kreatifitas, dan disiplin beregu juga harus di pelihara, dalam jenjang ini Pembina lebih banyak melakukan ing madya mangun karsa. 26 3. Penegak Usia pada jenjang pramuka penegak yaitu antara 16 sampai 20 tahun. Jenjang pendidikan pramuka pada tingkatan ini menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan agar dapat ikut serta membangun masyarakat melalui kegiatan belajar, melakukan, bekerja kelompok dan berkompetisi. 27 Cara membina pramuka penegak dengan cara keinginan penegak yang kuat tidak di patahkan tetapi dijalurkan atau diarahkan, pada tingkat bantara penegak mulai dikondisikan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang baik semampunya, pada tingkat laksana penegak dikondisikan untuk mengembangkan lingkungan ke arah yang lebih baik, penegak sudah mulai dikenalkan bagaimana Learnig by Doing, Learning to Earn, Learning to serve, dalam membina penegak Pembina lebih banyak bertindak sebagai Tut wuri handayani. 28 4. Pandega Usia peserta didik pada jenjang ini adalah antara 21 sampai 25 tahun. Jenjang pendidikan pandega menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan agar dapat ikut serta membangun masyarakat melalui kegiatan kemasyarakatan. 29 Cara membina pramuka pandega adalah tidak bersifat menggurui, semua keputusan dilaksanakan secara musyawarah serta berkomitmen untuk patuh terhadap keputusan-keputusan yang telah di tetapkan, Pembina bertindak sebagai penghubung antar sistem yang artinya apabila ada materi latihan yang diinginkan oleh pandega yang tidak dikuasai oleh Pembina, maka Pembina harus mencari sumber lain dari luar, dalam pandega Pembina 90% bertindak Tut wuri handayani. 30 Selanjutnya apabila usia sudah lebih dari usia yang sudah ditentukan tersebut akan masuk ke dalam golongan pramuka dewasa. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan mempertimbangkan usia peserta didik, hal ini dikarenakan tingkat penerimaan ilmu dan cara pemberian materi yang efektif pada peserta didik berbeda pada tiap jenjang usianya. Oleh karena itu tata cara penerapan sistem among juga berbeda pada setiap jenjang pendidikan pramuka, Sistem among dalam gerakan pramuka juga membina peserta didik sesuai dengan minatnya melalui proses : 31 1) Learning by Doing, belajar sambil melakukan 2) Learning by Teaching, belajar sambil mengajar 3) Learning To Live Together, belajar untuk bisa hidup bersama 4) Learn To Earn, Belajar untuk mencari penghasilan 5) Earning To Live, Penghasilan untuk hidup 6) Living To serve, hidup untuk mengabdi 26 Anggadiredja dkk, Kursus Mahir, hlm 79 27 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang., hlm. 26 28 Anggadiredja dkk, Kursus Mahir, hlm 80 29 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang., hlm. 26 30 Anggadiredja dkk, Kursus Mahir, hlm 80-81 31 Anggadiredja, dkk. Kursus Mahir Dasar, hlm 82 16

Proses pendidikan kepramukaan, atas dasar sistem among, harus dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan. Penerapan sistem among dalam gerakan pramuka tidak lain merupakan tuntutan sikap laku seorang pembina harus menjadi manusia pemberi teladan, manusia pendorong positif bagi peserta didik, oleh karena itu sistem among mengharuskan pembina melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut : 32 - Ing ngarsa sung tuladha ( di depan memberikan keteladanan ) - Ing madya mangun karsa ( di tengah-tengah memberi semangat ) - Tut wuri handayani ( di belakang memberi dukungan ) Prinsip-prinsip kepemimpinan ini tidak bisa dilaksanakan dengan porsi yang sama di setiap tingkat pendidikan tapi tentu saja ketiga hal ini dalam pelaksanaannya juga disesuaikan dengan tingkatan peserta didik seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, hal ini telah di gambarkan dalam sebuah diagram seperti berikut : 33 Keterangan S : Siaga G : Penggalang T : Penegak D : Pandega : Ing Ngarsa Sung Tuladha : Ing Madya Mangun Karsa : Tut Wuri Handayani Hal terakhir dalam sistem among seorang Pembina pramuka dalam melaksanakan tugasnya wajib bersikap dan berperilaku : 34 1) Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial. 2) Berdisiplin serta berinisiatif. 3) Bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, bangsa dan Negara, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. 32 Rahman, dkk. Pedoman Pembina, hlm 59 33 Anggadiredja dkk, Kursus Mahir, hlm 82 34 Anggadiredja, dkk. Kursus Mahir, hlm 81 17

pramuka. Inilah indikator-indikator sistem among yang dilaksanakan secara terpadu dalam gerakan 18