ANALISIS RESOLUSI SENSOR TEMPERATUR TERINTEGRASI IC LM35 DAN SENSOR THERMISTOR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RANGKAIAN PENGKONDISI SINYAL TAHAP AWAL PADA SENSOR PASIF : STUDI KASUS UNTUK THERMISTOR TIPE NTC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI THERMISTOR SEBAGAI DASAR REALISASI ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS

DESAIN DAN ANALISIS ALAT UKUR TINGKAT KEMIRINGAN (INCLINOMETER) SUATU OBJEK MENGGUNAKAN SENSOR OPTIK

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35)

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

MENGKAJI KARAKTERISTIK DAN APLIKASI SENSOR RS II 79 KC VAISALA HASIL PENGUJIAN DI BALAI PENGAMATAN ANTARIKSA DAN ATMOSFER PASURUAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

AUTOMATISASI KALIBRASI SENSOR SUHU PTC DAN NTC MEMPERGUNAKAN SUMBER TEGANGAN TERPROGRAM DAC7611

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

RANCANG BANGUN ALAT UKUR SUHU DAN KADAR ALKOHOL MENGGUNAKAN SENSOR LM35 DAN SENSOR MQ-3

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

Penguat Inverting dan Non Inverting

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

KONVERTER PERTEMUAN 13. Sasaran Pertemuan 13

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi

Teknik Elektromedik Widya Husada 1

KARAKTERISTIK ELEKTRODA PELAT TEMBAGA PAPAN PCB SEBAGAI SENSOR KADAR AIR TANAH ABSTRAK

Alat Ukur Massa Menggunakan Flexiforce Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535

Bab III. Operational Amplifier

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PENGKONDISI SINYAL PENGUKURAN TEMPERATUR

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

PENCITRAAN 2D DAN 3D OPTICAL BEAM INDUCED VOLTAGE MENGGUNAKAN SENSOR FOTORESISTOR

RANCANG BANGUN ALAT UKUR KELAJUAN UDARA TIPE TERMAL TERINTEGRASI TERMOMETER UDARA BERBASIS SENSOR LM35 DAN PT100

Rekayasa Sensor Kecepatan Angin sebagai Pengukur Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Desa Sungai Riam Kab. Tanah Laut Kalimantan Selatan

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PENGUKUR MASSA MENGGUNAKAN LOADCELL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Pengembangan Termometer Suara bagi Tuna Netra berbasis Mikrokontroller dengan Sensor Resistif. Hendi Handian Rachmat, Fuad Ughi

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN ALAT UKUR REGANGAN MENGGUNAKAN SENSOR STRAIN GAUGE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 DENGAN TAMPILAN LCD

DT-51 Application Note

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas

KARAKTERISAS I SENSOR STRAIN GAUGE Kurriawan Budi Pranata 1, Wignyo Winarko 2, Solikhan 3

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR. Design and Construct of Temperature Instrument Using Thermistor

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU

BAB I PENDAHULUAN Termistor

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

Sistem Pengukur Suhu Simultan untuk Aplikasi Pemantauan Suhu Tubuh Pasien di Rumah Sakit

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Elektronika Dasar. Materi PERANTI ELEKTRONIKA (Resistor) Drs. M. Rahmad, M.Si Ernidawati, S.Pd. M.Sc. Oleh. Peranti/mrd/11 1

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

TIN-302 Elektronika Industri

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN APLIKASI ISD 1420 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

PERTEMUAN 13 KONVERTER

KONTROL ON-OFF DAN DISPLAY BARGRAPH TEMPERATUR

Transkripsi:

J. Sains MIPA, Desember 2010, Vol. 16, No. 3, Hal.: 143-148 ISSN 1978-1873 ANALISIS RESOLUSI SENSOR TEMPERATUR TERINTEGRASI IC LM35 DAN SENSOR THERMISTOR Warsito Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145 Email: warsito@unila.ac.id ABSTRACT Resolution of sensor is one of many principal characteristics for determining the quality of sensors. More high resolution of sensor, the range of its utilization will be limited. The sensor resolution dependent also on its linearity response to physics parameter captured. The goal of this research is to compare and to analyse the resolution between integrated temperature sensor (IC LM35) and thermistor. The results show that the resolution of IC LM35 sensor is about 0.01 V/ o C with the offset value 0.042 Volt caused by incorrectness of power supply system. The NTC and PTC thermistors characterized in 27 95 o C by using 0.084 x push full Wheatstone Bridge circuit give the exponential transfer function y = 0.0001exp with the correlation coefficient R 2 = 0.811. For the temperature ranged from 75 o C to 95 o C, thermistors give the linear and sensitive responds with the transfer function y=0.057x-3.96 and the correlation coefficient R 2 = 0.958. Using this results, for the temperature utilization ranged from 75 o C to 95 o C, the thermistors arranged by push full Wheatstone Bridge circuit model give the 5 times resolution more than IC LM35. Keywords: temperature sensor, signal conditioning circuit and resolution. ABSTRAK Resolusi sebuah sensor merupakan salah satu parameter penting dalam memilih sensor yang berkualitas baik. Semakin tinggi resolusi sebuah sensor akan membawa konsekuensi kepada sempitnya lebar daerah pengukuruannya. Resolusi juga dipengaruhi oleh faktor ketidaklinearan tanggapan sebuah sensor terhadap besaran fisis yang mengenainya. Penelitian ini mempunyai tujuan utama untuk menganalisis tingkat resolusi antara sensor temperatur yang sudah terintegrasi (IC LM35) dengan sensor thermistor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resolusi sensor IC LM35 sebesar 0.01 V/ o C dengan nilai offset 0.042 Volt yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan nilai tegangan catu daya. Sedangkan untuk thermistor tipe NTC dan PTC yang dirangkai secara Jembatan Wheatstone pada range suhu antara 27 95 o C memberikan fungsi 0.084 x alih eksponensial y = 0.0001exp dengan R 2 = 0.811. Pada range suhu antara 75-95 o C, thermistor memiliki tanggapan yang linear dan sensitif untuk dengan fungsi alih y=0.057x-3.96 dan nilai R 2 = 0.958. Dengan hasil ini didapatkan kesimpulan bahwa untuk range suhu pemanfaatan 75-95 o C, sensor thermistor NTC dan PTC yang dirangkai dengan model Jembatan Wheatstone memiliki sensibilitas lebih tinggi 5 kali dari pada sensor LM35. Kata kunci : sensor temperatur, pengkondisi sinyal dan resolusi. 1. PENDAHULUAN Sensor sering memegang peranan sebagai black body dalam system instrumentasi elektronika, dimana dialah yang sebenarnya memproses pengkonversian dari besaran fisis (suhu, tekanan, gaya dll) ke dalam besaran elektrik (tegangan, arus, muatan dll). Berdasar jenis catu daya-nya, sensor dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu : sensor aktif dan sensor pasif 1,2). Dalam aplikasi, sensor aktif tidak memerlukan catu daya, sehingga rangkaian pengkondisi sinyal tahap awal berfungsi secara langsung sebagai pengkondisi sinyal 3). Contoh dari sensor aktif ini adalah photosel, thermokopel. Sedangkan untuk sensor pasif memerlukan catu daya untuk mengoperasikannya, contohnya adalah thermistor, LDR. 2010 FMIPA Universitas Lampung 143

Warsito... Analisis Resolusi Sensor Temperatur Terintegrasi Pengetahuan tentang tujuan pemanfaatan sangat berhubungan dengan karakteristik sensor yang nantinya akan digunakan. Pada pengukuran temperatur, kita sering berhadapan dengan kesulitan memilih sensor mana yang akan digunakan, hal ini karena banyaknya pilihan untuk jenis sensor temperatur, diantaranya yang sering digunakan adalah sensor LM35 dan thermistor. Sensor LM35 merupakan sensor temperatur yang terintegrasi dengan pengkondisi sinyalnya sehingga mempunyai nilai keluaran yang linier. Jangkauan penggunaannya, mulai dari -40ºC sampai +100ºC. Pada aplikasinya, sensor ini tidak memerlukan rangkaian pengkondisi sinyal yang rumit sehingga telah siap untuk dirangkaikan dengan sistem digital melalui pin keluarannya (Gambar 1). Sensor LM35 terbuat dari bahan utama silicon yang mempunyai keluaran yang linear, yaitu perubahan suhu 1 o C akan memberikan perubahan pada tegangan keluaran sebesar 10 mv 1 3). Sensor thermistor merupakan sensor temperatur pasif yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan temperatur. Resolusi awal 0.3 C 6). Sensor ini terbuat dari bahan semikonduktor yang memiliki resistansi menurun untuk tipe NTC (negative temperature coefficient) atau naik untuk tipe PTC (positive temperature coefficient) pada saat temperaturnya naik. Thermistor terbuat dari bahan semikonduktor yang merupakan campuran dari oksida-oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel (Ni), tembaga, besi (Fe) dan uranium 1 5). Pada sensor tipe thermistor, pengkondisi sinyal tahap awal merupakan rangkaian system catu daya karena tanggapan dari sensor thermistor terhadap perubahan suhu masih dalam bentuk perubahan nilai hambatannya 6). Thermistor memiliki tanggapan terhadap perubahan temperatur yang tidak linear, sehingga berbagai metode untuk melinearisasi harus dilakukan sebelum digunakan secara langsung 7). Namun thermistor mempunyai kecepatan tanggapan yang tinggi sehingga menjadi pilihan untuk tujuan pengukuran dinamik, untuk tipe PTC yang dikarakterisasi arus sebagai fungsi waktu, mampu untuk respon dinamik hingga 10 4 Hz 8). Penelitian lain juga telah dilakukan untuk menguji tanggapan dinamik dari thermistor dan memberikan tanggapan dengan ketepatan hasil pengukuran hingga frekuensi 18 GHz 9). Pada penelitian ini, telah dilakukan karakterisasi terhadap dua sensor tersebut untuk mendapatkan tanggapan yang lengkap sehingga dapat diketahui pada range berapa sensor tersebut tepat digunakan. 2. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini pengkondisi sinyal disesuaikan dengan jenis sensor yang di gunakan. Pada bagian pertama adalah untuk karakterisasi sensor LM35 (Gambar 1.a). Tegangan yang dihasilkan oleh sensor sangat kecil sehingga memerlukan penguatan agar dapat dibaca oleh rangkaian berikutnya. Untuk dapat menguatkan tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing sensor digunakan rangkaian op-amp jenis penguat tak membalik (non inverting amplifier) seperti pada Gambar 1.b. dengan mengubah nilai tahanan R 2 dan R 1. Dengan perubahan nilai tahanan ini diharapkan output dari penguat tak membalik berkisar antara 0 V hingga 5 V sehingga dapat dibaca oleh ADC. Rangkaian penguat operasional pada penelitian ini menggunakan IC LM358 yang mempunyai chip dengan double amplifier. +Vcc V in +12 V out Gnd LM35 Output R 2 R 1 Gambar 1. Sensor LM35 (a) dan rangkaian pengkondisi sinyal non inverting (b). Pada bagian kedua yaitu sensor thermistor, maka pengujian dilakukan dengan sekaligus merealisasi sistem linearisasi menggunakan rangkaian Jembatan Wheatstone. Rangkaian yang digunakan ada yang tipe setengah penuh dan ada yang rangkaian Jembatan Wheatstone secara penuh seperti tampak pada Gambar 2. Keluaran rangkaian tersebut langsung berupa tegangan sehingga sekaligus dapat dihubungkan dengan pengkondisi sinyal berikutnya. 144 2010 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, Desember 2010, Vol. 16, No. 3 PTC NTC Vcc PTC NTC Vout (a) (b) Gambar 2. (a) Dua NTC dan dua PTC yang dihubungkan secara prinsip jembatan Wheatstone (NTC+NTC+PTC+PTC). (b) Proses pengukuran pada dua NTC dan dua PTC yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sensor suhu yang digunakan adalah LM35 tipe DZ, sensor ini dikonfigurasikan untuk dapat mendeteksi suhu antara 0º sampai 100º C. Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris tegangan. Pada perancangan ini, keluaran dari rangkaian pengkondisi sinyal sekaligus dipersiapkan sebagai masukan pada ADC. Pada saat keluaran LM35 mencapai full scale yaitu pada saat suhu 100 C, maka tegangan keluaran transduser (10mV/ C x 100 C) = 1 Volt. Hasil pengukuran tegangan LM35DZ dan pengukuran suhu dengan termometer terlihat pada Tabel 1 berikut. Pengujian sensor suhu LM35 ini dilakukan dengan cara membandingkan data suhu yang ditampilkan pada komputer dengan termometer alkohol serta voltmeter digital secara bersamaan. Pemanasan diperoleh dari resistor pemanas yang telah dipasang di bawah sensor suhu. Posisi termometer berada sejajar di sebelah sensor suhu LM35. Referensi pengukuran pertama adalah nilai tegangan yang ditunjukkan oleh voltmeter digital dan referensi pengukuran kedua adalah nilai temperatur yang ditunjukkan oleh termometer alkohol. Pada Tabel 1 kolom kedua berisi data temperatur yang ditunjukkan pada komputer. Data ini merupakan hasil konversi tegangan analog dari output LM35 menjadi data digital dan ditunjukkan dengan satuan o C. Kolom ketiga adalah pengukuran langsung pada pin output LM35 dengan Voltmeter digital pada range 2 Volt. Tabel 1. Hasil pengujian sensor suhu LM 35DZ menggunakan voltmeter, termometer dan hasil pembacaan pada komputer. No Nilai T pada komputer ( 0 C) Pengukuran T dengan voltmeter Tegangan (mv) Konversi ke ( 0 C) Pengukuran T dengan termometer ( 0 C) 1 29.5 292 29.2 29 2 30 298 29.8 30 3 31 302 30.2 30.5 4 32.5 316 31.6 33 5 33.5 326 32.6 34.5 6 34 332 33.2 35 2010 FMIPA Universitas Lampung 145

Warsito... Analisis Resolusi Sensor Temperatur Terintegrasi 7 35 343 34.3 36.5 8 35.5 350 35.0 35.5 9 36.5 359 35.9 36 10 37.5 373 37.3 36.5 11 38.5 383 38.3 38 12 39.5 390 39.0 39 13 40.5 403 40.3 40 14 41.5 408 40.8 40.5 15 42 417 41.7 43 Prosentase rata-rata kesalahan nilai pada komputer terhadap tegangan output adalah sebesar 1.52%, sedangkan prosentase rata-rata kesalahan nilai pada komputer terhadap termometer adalah sebesar 1.83%. Hasil uji linearitas tanggapan sensor LM35 pada range suhu mulai dari 0 o C 40 o C seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Pada range itu, sensor menunjukkan tanggapan yang linear dengan gradien 0.01 V/ o C dengan nilai offset 0.042 Volt. Munculnya nilai tegangan offset ini karena ketidaksempurnaan catu daya, sehingga menyebabkan adanya nilai tegangan keluaran sebelum ada perubahan temperatur. Hasil tersebut sama seperti karakteristik yang sudah diberikan oleh pabrik yaitu setiap kenaikan 1 o C akan memberikan tanggapan kenaikan tegangan 1 mv. Gambar 3. Grafik tanggapan sensor LM35 terhadap perubahan temperatur. Pada bagian karakterisasi thermistor, rangkaian yang dipergunakan adalah prinsip Jembatan Wheatstone yang mampu melinierkan thermistor, yaitu saat R 1 R 3 = R 2 R 4. Pada NTC yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone dengan tiga hambatan yang didapatkan dari nilai hambatan pada NTC saat suhu 27 o C, ini menjadikan tanggapan NTC menjadi linier, dengan nilai R 2 = 0.9709 dengan persamaan fungsi alihnya adalah y = 0.4717-0.0199x. Pada penelitian ini, nilai tegangan keluaran yang dihasilkan mendekati 0 yaitu -0.002 Volt, nilai ini menunjukkan bahwa grafik NTC saat dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone lebih linier. Dapat diketahui juga bahwa pada saat NTC dihubungkan dengan prinsip Jembatan Wheatstone dengan nilai hambatan 39.5 KΩ yaitu nilai hambatan saat suhu NTC 30 o C, grafik yang dihasilkan linier dengan nilai tegangan keluaran saat suhu 30 o C mendekati 0. 146 2010 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, Desember 2010, Vol. 16, No. 3 Gambar 4. Grafik hubungan Suhu(T) terhadap Teganan (V) pada dua NTC dan dua PTC dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone. PTC yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone juga memiliki grafik linier, hambatan yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone dengan PTC adalah 9Ω yaitu saaat PTC mengukur suhu 27 o C (suhu kamar). Pada bagian tahapan NTC dan PTC yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone dengan dua hambatan, nilai hambatan yang digunakan diperoleh dari ½ kali jumlah hambatan pada NTC dan PTC yaitu 23 KΩ, nilai hambatan tersebut adalah sesuai dengan nilai hambatan saat NTC dan PTC berada pada suhu kamar. Dengan menggunakan tegangan catu daya 3 Volt, maka didapatkan fungsi alih yang linier y = 0.0197x + 0.3603 dengan nilai R 2 = 9565 untuk range suhu 27 o C sampai 92 o C. Hasil uji dua NTC dan dua PTC yang dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Secara umum grafik tersebut menunjukkan hubungan perubahan temperatur 0.084 x terhadap tanggapan tegangannya adalah eksponensial y = 0.0001exp dengan R 2 = 0.811. Tetapi memberikan tanggapan yang sangat linear dan memiliki gradien tinggi untuk range suhu 75 95 o C. Penelitian ini dilakukan dengan meletakkan NTC dan PTC saling bersilangan, NTC + PTC + NTC + PTC dengan diberi tegangan catu daya sebesar 3 Volt. Sedangkan saat NTC dan PTC dihubungkan secara prinsip Jembatan Wheatstone dengan menyusun NTC + NTC + PTC + PTC didapatkan persamaan polinomial y = 0.006x 2 0.0555x + 1.211 dengan nilai R 2 = 0.963. Pada dua penelitian ini tidak dihasilkan grafik dengan persamaan linier, hal ini dikarenakan nilai gradien NTC dan R R PTC tidak saling berlawanan yaitu ( NTC) = 3976. 4 Ω/ o C dan ( PTC) = 332. 66 Ω/ o C. T T Hasil ini memberikan penjelasan bahwa thermistor memiliki respon yang cepat dan dari grafik pada Gambar 4 diketahui bahwa thermistor memiliki tanggapan yang linear dan sensitif untuk range suhu antara 75-95 o C. Fungsi alih untuk range tersebut adalah y=0.057x-3.96 dengan R 2 = 0.958. Dengan hasil ini jelaslah bahwa untuk range suhu pemanfaatan 75-95 o C, sensor thermistor NTC dan PTC yang dirangkai dengan model Jembatan Wheatstone memiliki sensibilitas lebih tinggi 5 kali dari pada sensor LM35. Karakteristik ini yang menjadi pilihan, ketika thermistor dimanfaatkan sebagai alat ukur kecepatan aliran yang mampu mendeteksi aliran gas dari 0.2 20 liter/jam dan 0.004-0.4 liter/jam untuk fluida cair 5). 4. KESIMPULAN Hasil uji linearitas tanggapan sensor LM35 pada range suhu mulai dari 0 40 o C seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Pada range itu, sensor menunjukkan tanggapan yang linear dengan gradien 0.01 V/ o C dengan nilai offset 0.042 Volt. Sedangkan thermistor memiliki tanggapan yang linear dan sensitif untuk range suhu antara 75-95 o C dengan fungsi alih untuk range tersebut adalah y=0.057x-3.96 dengan R 2 = 0.958. Dengan 2010 FMIPA Universitas Lampung 147

Warsito... Analisis Resolusi Sensor Temperatur Terintegrasi hasil ini jelaslah bahwa untuk range suhu pemanfaatan 75-95 o C, sensor thermistor NTC dan PTC yang dirangkai dengan model Jembatan Wheatstone memiliki sensibilitas 5 kali lebih tinggi dari pada sensor LM35. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada DP2M, Dirjend Dikti yang telah memberikan support dana penelitian melalui program Penelitian Hibah Kompetensi dengan No Kontrak : 529/SP2H/PP/DP2M/VII/2010 tanggal 24 Juli 2010. DAFTAR PUSTAKA 1. Asch, G. et al. Les capteurs en instrumentation industrielle, Dunod Paris, cinquième édition, 1998. 2. Dally, J.W., Riley, W.F. and McConnell, K.G., Instrumentation for engineering measurements, John Wiley & Sons, INC. New York, second edition, 1993. 3. Buchla, D. and McLachlan, Applied electronic instrumentation and measurement, Macmillan Publishing company USA, 1992. 4. E. T. Linacre and W. J. Harris, 1970, A Thermistor Leaf Thermometer, Journal of Plant Physiology, Volume August 1970 46 Number 2 : 190 193. 5. J A Veprek, 1963, A thermistor flowmeter, Journal of Scientific Instruments Volume 40 Number 66. 6. Warsito, 2003, The use of op-amp as the first circuit of sensor applications, PubSci AEIF Volume 3, Number 1, p. 64 68, Decembre 2003. 7. Warsito, 2005, Analisis rangkaian Pengkondisi Sinyal Tahap Awal pada Sensor Pasif : Study Kasus untuk Thermistor Tipe NTC. Jurnal Sains dan Teknologi, 11 (3): 182 186. 8. Binxin Hu, Buyin Li and Ming Liu, 2011, Integrated current time characteristic measurement system for multichannel positive temperature coefficient thermistors, Journal of Measurement Scientific Technology, Volume 22 Number 045903. 9. Djamel Allal, 2011, Final report on supplementary comparison EUROMET.EM.RF-S26.CL (EUROMET project no 874): Effective efficiency of thermistor mounts between 50 MHz and 18 GHz, Metrologia, Volume 48 Number 01004. 148 2010 FMIPA Universitas Lampung