MENTERI PEKERJAAN UMUM JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Rancangan Awal RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2018 Prioritas Nasional Ketahanan Pangan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

INDONESIA Percentage below / above median

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Analisis Indikator Pembangunan Ekonomi Inklusif dalam Sektor Pertanian dan Perkebunan di Indonesia

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA

Indonesia Economy : Challenge and Opportunity

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Pekerjaan Umum. B u k u I n d u k KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. bis-pu 2011

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

Arah Kebijakan Program PPSP Kick off Program PPSP Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas

Assalamu alaikum Wr. Wb.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU UNTUK PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 FEED INDONESIA FEED THE WORLD Menuju Swasembada Yang Kompetitif dan Berkelanjutan Serta Mendorong Produk-Produk Unggulan Menjadi Primadona Dunia MENTERI PEKERJAAN UMUM JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1

PENDAHULUAN VISI INDONESIA 2025 Mendorong Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan Asumsi : pertumbuhan riil Antara 7-8% per tahun PDB nominal : US$26.679 B PDB nominal/kapita: US$78.478 Kekuatan ekonomi 6 besar di dunia PDB nominal : US$6.460 B 8.152 B PDB nominal/kapita: US$20.600 25.900 Kekuatan ekonomi 10 besar di dunia PDB nominal : US$ 3,76 4,47 PDB nominal/kapita: US$ 12.855 16.160 PDB nominal : US$1.206 B PDB nominal/kapita: US$ 4.803 Kekuatan ekonomi 14 besar di dunia * Proyeksi Goldmann sachs ** Proyeksi tidak resmi dari pemerintah Sumber Kemenko Perekonomian 2

RANGKUMAN TEMA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA 3

JENIS KOMODITAS UTAMA, POTENSI PRODUKSI, DAN LOKASI KOMODITAS (RANGKUMAN ROADMAP PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA) Komoditas No Ranking Potensi Ranking Produksi Lokasi Utama KOMODITAS DENGAN DEMAND GLOBAL TINGGI 1 Minyak dan Gas 2 Batu Bara 3 Kelapa Sawit Nomor 1 Dunia Produksi nomor 8 dunia (7.2 Triliun Cubic Feet) Produksi nomor 5 dunia tahun 2009 (263 jt ton) Ekspor Nomor 2 dunia tahun 2009 (230 Jt Ton/Tahun) Produksi Nomor 1 dunia (19.3 Juta Ton/Tahun atau 45% produksi dunia) Eksportir nomor 2 dunia (30% dari total ekspor dunia) Sumatera Kalimantan Sumatera Produksi Nomor 1 Asia Pasific tahun 2008 (16 Miliar Buah) 4 Kelapa Sulawesi Eksportir Nomor 2 Asia Pasific (649.000 Ton/Tahun) 5 Cokelat Produsen Nomor 2 dunia (639.000 Ton) Sulawesi 6 Karet Nomor 1 Dunia (4,43 Ribu Ton/Tahun) Nomor 2 dunia (3.234 Ribu Ton/Tahun) Sumatera 7 Pariwisata 8 Tembaga 9 Nikel Potensi cadangan alam nomor 13 dunia sebesar 92,9 Triliun cubic feet Cadangan batubara 0,5 % dari cadangan dunia tahun 2008 (104 Milyar Ton) 45% dari total 2.8 Juta kedatangan wisatwan asing adalah menuju Bali Cadangan tembaga Indonesia mencapai 4,1% dari cadangan dunia (Peringkat ke-7 dunia) Cadangan tambang Nikel cukup besar sebesar 609 Wet Metric Tons (WMT) atau 2,9 % cadangan Nikel dunia KOMODITAS DENGAN DEMAND DOMESTIK TINGGI Peringkat 2 dunia (10,4% dari produksi tembaga dunia) Peringkat 4 dunia (8,6% dari total produksi nikel dunia) Growth 11% / Tahun 10 Makanan (Industri) Produksi (Angka Penjualan 25,1 Miliar US$) Jawa (234 Juta Jiwa Penduduk Indonesia) 11 Tekstil Growth 7% (Angka penjualan mencapai Rp. 172 Triliun) Jawa 12 Industri Peralatan Angka penjualan mobil sebesar 954.000 unit (9% per tahun) Nomor 2 dunia (Growth Produksi 11,1 % per tahun) Jawa 13 Padi dan Jagung Potensi Demand (234 Juta Jiwa) Produsen beras nomor 3 dunia (9% bobot) Sulawesi Kalimantan Kalimantan dan Papua Bali dan Nusa Tenggara 14 Perikanan Potensi menjadi produsen udang terbesar Indonesia Sulawesi dan Maluku Papua Sulawesi Sumber: Roadmap Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, World Coal Institute, Asian and Pasific Coconut Community, & LEPMIDA 4

RANGKUMAN TEMA PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA 5

KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI: TRIPLE STRACK STRATEGY PLUS Peningkatan Penciptaan Lapangan Kerja (PRO JOB) Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas (PRO GROWTH) + Pengentasan Kemiskinan (PRO POOR) Kelestarian Lingkungan (PRO GREEN) Kedaulatan Negara (PRO NKRI) 6

POSISI DAYA SAING INDONESIA (Global Competitiveness Report 2010-2011, World Economic Forum) Global Competitiveness Index Years Rank Score 2010-2011 44 out of 139 4,4 2009-2010 54 out of 133 4,3 2008-2009 55 out of 134 4,3 Tingkat daya saing Indonesia secara umum berada pada peringkat 44 dari 139 negara. Infrastruktur Indonesia sebagai salah satu pilar daya saing berada pada peringkat 82 dari 139 negara, sedangkan kualitas infrastrukturnya sendiri secara keseluruhan berada pada posisi 90. Kurangnya ketersediaan infrastruktur menjadi faktor problematik investasi urutan ketiga (14,8%). 7

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN UNTUK MENDUKUNG AKTIVITAS DUNIA USAHA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Kebijakan Khusus Pemerintah Penajaman RPJMN dan Renstra Kementerian PU 1) Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional (koridor ekonomi) dengan membangun pusatpusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan cluster industri dan/atau KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang berbasis sumber daya unggulan. 2) Perkuatan domestic connectivity yaitu meliputi konektivitas intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan, intra koridor dan keterkaitan dengan pintu perdagangan internasional (hub). 3) Penguatan ketahanan pangan, keterjangkauan dan kesinambungan pasokan beras melalui pencapaian surplus beras 10 juta ton/tahun dalam waktu 5 10 tahun. 4) Peningkatan penciptaan lapangan kerja untuk pengurangan pengangguran 1 juta orang/tahun 5) Rencana percepatan penyediaan air minum, dalam rangka pencapaian target MDGs. 6) Peningkatan dan perluasan program pro-rakyat melalui program: (a) PNPM Mandri, (b) Program BOS, tunjangan guru dan pemberian makanan tambahan anak sekolah, (c) Program dana Bantuan Operasional Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). 7) Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jalan untuk penanggulangan kemacetan transportasi Jakarta dan penyelesaian jalan tol Trans Jawa. 8) Percepatan pembangunan Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT melalui (khusus oleh Kementerian PU) peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi, mendukung kawasan pusat-pusat pengembangan ekonomi, memberikan dukungan air baku, unit-unit produksi maupun peternak, meningkatkan prasarana irigasi untuk pengembangan MIFEE di Kabupaten Merauke serta pengembangan embung dan pemenuhan kebutuhan air bersih di Provinsi NTT. 8

PERAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN Ketersediaan infrastruktur PU dan permukiman berperan sebagai pendukung kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya, antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan serta sebagai stimulan dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah yang signifikan. Oleh karenanya, perencanaan pembangunan infrastruktur perlu dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah, serta berbasis pada potensi dan daya dukung sumber daya alam yang ada agar infrastruktur yang dibangun dapat meningkatkan perekonomian dan pengembangan wilayah di daerah yang bersangkutan. Perwujudan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman terlihat melalui: pertama, pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan untuk mendukung distribusi dan efisiensi lalu-lintas barang dan manusia dari daerah produksi ke outlet-outlet pemasaran maupun pembentuk struktur ruang wilayah; kedua, infrastuktur sumber daya air yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan, dan pelaksanaan konservasi sumber daya air, serta pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air; dan ketiga, infrastruktur permukiman yang berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dan revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan. Seluruh penyediaan infrastruktur tersebut diselenggarakan dengan berbasiskan penataan ruang. 9

SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah dan meningkatnya kapasitas jalan nasional guna mendukung perkuatan sistem konektivitas nasional REALISASI: panjang jalan nasional 34.658 Km (2011), jalan tol 769,86 Km (2011) dengan kondisi mantap jalan 87,72%. TANTANGAN: peningkatan kemampuan untuk menunjang kelancaran sistem konektivitas yang menghubungkan simpul-simpul dan pusat kegiatan dan sistem logistik nasional didalam proses distribusi hasil produksi barang dan jasa guna mendukung pertumbuhan sektor riil RENCANA KE DEPAN: peningkatan kapasitas jalan melalui antara lain pelebaran jalan hingga 19.370 Km, peningkatan struktur jalan sepanjang 6.410 Km dan pembangunan jalan dan jembatan baru sepanjang 4.949 Km (revisi Renstra), target pencapaian kondisi mantap adalah 94% pada jaringan jalan nasional dan 60% pada penyelenggaraan jalan daerah SASARAN-SASARAN PENDUKUNG: meningkatkan efisiensi sistem jaringan. Targetnya adalah pembangunan dan preservasi jaringan jalan tol, pembangunan akses tol pada yang berorientasi ekspor seperti: Pembangunan Jalan Akses Tanjung Priok, Dry Port Cikarang dan Gedebage, Bandara Juanda dan Kualanamu, maupun jalan non-tol seperti jalan-jalan akses dari Lintas Timur Sumatera menuju Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan, dan lain-lain 10

SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah dan meningkatnya kapasitas jalan nasional guna mendukung perkuatan sistem konektivitas nasional (. lanjutan) Jalan akses Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan Jalan akses Pelabuhan Dumai Jalan tol baru 700 Km Jalan Lintas Pulau Kalimantan 3.347 Km JalanLintas Pulau Sulawesi 4.510 Km Jalan Lintas Pulau Papua 1.974 Km Jalan Lintas Pulau Sumatera 4.627 Km Jalan akses Tanjung Priok, Dryport Cikarang dan Jembatan Selat Sunda Jalan akses Gedebage Jalan Lintas Pulau Jawa 2.522 Km & Jalan akses Pelabuhan Cirebon Suramadu, Jalan akses Tanjung Perak & Bandara Juanda Jalan akses Tanjung Mas Jalan lintas pulaupulau 2.390 Km 11

SASARAN STRATEGIS 2 3 Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) untuk memenuhi berbagai kebutuhan (domestik, industri, dan pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan) Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan REALISASI: peningkatan prosentase penduduk terlayani air bersih menjadi 47,71% (2009) TANTANGAN: semakin tingginya intensitas tingkat kerusakan sumber air untuk penyediaan air baku di dalam pengelolaan sumber daya air,rusaknya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat aktivitas masyarakat seiring pertumbuhan populasi dan kebutuhan lahan untuk permukiman dan industri RENCANA KE DEPAN: peningkatan debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk air minum hingga mencapai 43,23 m 3 /detik di seluruh Provinsi melalui peningkatan kapasitas tampung sumber air melalui pembangunan/peningkatan kapasitas produksi waduk/embung/situ dengan target cakupan pelayanan air minum mencapai 730 kawasan 12

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS The Critical River Basin 1984 : 22 River Basin 1992 : 39 River Basin 1998 : 59 River Basin 2005 : 62 River Basin 13

33,06 33,33 33,60 33,88 34,16 66.47 68.06 71.46 75.04 78.85 237,56 241,10 244,69 248,33 252,03 GAMBARAN KEBUTUHAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 SUMBER: KEMENTERIAN PERTANIAN RI 300 (Juta Jiwa) (Juta Ton) 300 250 250 200 200 150 150 100 100 50 4,31 4,94 6,57 8,30 10,13 50 0 2010 2011 2012 2013 2014 0 Jumlah Penduduk Target Produksi Padi Konsumsi Beras Surplus Beras Product of Jumlah Penduduk (Jiwa) Product of Target Produksi (Ton GKG) Product of Kebutuhan Beras (Ton) Product of Surplus (Ton) CATATAN 1) Berdasarkan gambaran kebutuhan beras nasional 2010 2014 dari Kementerian Pertanian RI, diproyeksikan pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia akan bertambah 14.48 juta jiwa (dari tahun 2010) menjadi 252.03 juta jiwa. 2) Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional, Presiden RI menyatakan bahwa Pemerintah harus mampu mengamankan cadangan beras nasional dengan kemampuan surplus 10 juta ton pertahun pada akhir tahun 2014. 3) Sehingga, pada tahun 2014 dibutuhkan produksi padi sebesar 78.85 juta ton GKG. 14

KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas 9,45 juta Ha. Sebagian besar diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah beririgasi, Sisanya adalah sawah rawa pasang surut (488.852 Ha; 5%), sawah rawa lebak (171.994 Ha; 2%), JIAT (92.090 Ha; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan ladang (1.473.810 Ha; 16%). Total Areal Sawah di Indonesia 9,456,929 Ha BPS, 2010 Sawah Irigasi 7,230,183 Ha Kepmen No. 390 tahun 2007 Sawah Rawa Pasang Surut 488,852 Ha Inventarisasi Ditjen SDA Sawah Rawa Lebak 171,994 Ha Inventarisasi Ditjen SDA JIAT 92,090 Ha Inventarisasi Ditjen SDA Lain - lain (Sawah Tadah Hujan, Sawah Irigasi Desa, Ladang) 1,473,810 Ha 15

KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Summary : 1) Total areal sawah : 9.456.929 Ha 2) Produktivitas rata-rata nasional : 4,6 Ton/Ha 3) Produksi nasional 2009 : 64.398.890 Ton 4) Luas Panen 2009 nasional : 12.883.576 Ha Provinsi Luas Sawah (Ha) (BPS, 2010) 5) IP rata-rata 2009 nasional : 1,4 6) Produksi nasional 2010 : 66.469.394 Ton 7) Luas Panen 2010 nasional : 12.792.154 Ha 8) IP rata-rata 2010 nasional : 1,4 Produktivitas Padi 2009 2010 (Ton/Ha) (BPS, ATAP 2009) (BPS, ATAP 2010) (BPS, 2011) Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Range Rata-rata (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) SUMATERA 2,789,650.00 4-5 4.3 14,696,457.00 3,330,613.00 15,200,136.00 3,379,728.00 1.3 1.3 1.3 Aceh 415,898.00 4-5 5 1,556,858.00 359,375.00 1,582,393.00 352,281.00 1.0 1.0 1.0 Sumatera Utara 482,785.00 4-5 5 3,527,899.00 768,407.00 3,582,302.00 754,674.00 1.6 1.6 1.6 Sumatera Barat 238,866.00 4-5 5 2,105,790.00 439,542.00 2,211,248.00 460,497.00 1.8 1.9 1.9 Riau 244,414.00 < 4 4 531,429.00 149,423.00 574,864.00 156,088.00 1.0 1.0 1.0 Jambi 179,330.00 4-5 5 644,947.00 155,802.00 628,828.00 153,897.00 1.0 1.0 1.0 Sumatera Selatan 788,475.00 4-5 5 3,125,236.00 746,465.00 3,272,451.00 769,478.00 1.0 1.0 1.0 Bengkulu 105,271.00 < 4 4 510,160.00 132,975.00 516,869.00 133,629.00 1.3 1.3 1.3 Lampung 314,638.00 4-5 5 2,673,844.00 570,417.00 2,807,676.00 590,608.00 1.8 1.9 1.9 Bangka Belitung 19,660.00 4-5 5 19,864.00 8,063.00 22,259.00 8,180.00 1.0 1.0 1.0 Kepulauan Riau 313.00 < 4 4 430.00 144.00 1,246.00 396.00 1.0 1.3 1.3 JAWA 3,350,912.00 4-6 5 34,880,131.00 6,093,603.00 36,374,771.00 6,116,897.00 1.9 1.9 1.9 DKI Jakarta 1,215.00 < 4 4 11,013.00 1,974.00 11,164.00 2,015.00 1.6 1.7 1.7 Jawa Barat 944,773.00 5-6 6 11,322,681.00 1,950,203.00 11,737,070.00 2,037,657.00 2.1 2.2 2.2 Jawa Tengah 980,021.00 5-6 6 9,600,415.00 1,725,034.00 10,110,830.00 1,801,397.00 1.8 1.8 1.8 DI Yogyakarta 56,712.00 5-6 6 837,930.00 145,424.00 823,887.00 133,369.00 2.6 2.4 2.4 Jawa Timur 1,170,661.00 5-6 6 11,259,085.00 1,904,830.00 11,643,773.00 1,736,048.00 1.6 1.5 1.5 Banten 197,530.00 4-5 5 1,849,007.00 366,138.00 2,048,047.00 406,411.00 1.9 2.1 2.1 IP 2009 2010 Rata-rata 16

KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA Provinsi Luas Sawah Produktivitas Padi 2009 2010 IP (Ha) (Ton/Ha) (BPS, ATAP 2009) (BPS, ATAP 2010) (BPS, 2011) Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen (BPS, 2010) 2009 2010 Rata-rata Range Rata-rata (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) BALI & NUSA TENGGARA 495,760.00 4-6 5 3,356,898.00 718,781.00 3,199,153.00 643,699.00 1.5 1.4 1.4 Bali 81,931.00 5-6 6 878,764.00 150,283.00 869,161.00 145,030.00 1.8 1.8 1.8 Nusa Tenggara Barat 236,884.00 4-5 5 1,870,775.00 374,279.00 1,774,499.00 331,916.00 1.6 1.4 1.4 Nusa Tenggara Timur 176,945.00 < 4 4 607,359.00 194,219.00 555,493.00 166,753.00 1.1 1.0 1.0 KALIMANTAN 1,769,806.00 4-5 4 4,392,112.00 1,269,655.00 4,425,272.00 1,290,827.00 1.0 1.0 1.0 Kalimantan Barat 546,594.00 < 4 4 1,300,798.00 418,929.00 1,343,888.00 399,832.00 1.0 1.0 1.0 Kalimantan Tengah 381,528.00 < 4 4 578,761.00 214,480.00 650,416.00 229,665.00 1.0 1.0 1.0 Kalimantan Selatan 643,140.00 < 4 4 1,956,993.00 490,069.00 1,842,089.00 505,846.00 1.0 1.0 1.0 Kalimantan Timur 198,544.00 4-5 5 555,560.00 146,177.00 588,879.00 155,484.00 1.0 1.0 1.0 SULAWESI 978,150.00 5-6 5 6,801,668.00 1,399,139.00 6,994,688.00 1,299,940.00 1.4 1.3 1.4 Sulawesi Utara 65,638.00 4-5 5 549,087.00 114,745.00 584,030.00 103,189.00 1.7 1.6 1.6 Sulawesi Tengah 145,161.00 4-5 5 953,396.00 211,232.00 957,108.00 204,342.00 1.5 1.4 1.4 Sulawesi Selatan 576,964.00 4-5 5 4,324,178.00 862,017.00 4,382,443.00 770,733.00 1.5 1.3 1.3 Sulawesi Tenggara 96,991.00 4-5 5 407,367.00 98,130.00 454,644.00 110,498.00 1.0 1.1 1.1 Gorontalo 29,396.00 5-6 6 256,934.00 48,042.00 253,563.00 44,548.00 1.6 1.5 1.5 Sulawesi Barat 64,000.00 4-5 5 310,706.00 64,973.00 362,900.00 66,630.00 1.0 1.0 1.0 MALUKU & PAPUA 72,651.00 4-5 4 271,624.00 71,785.00 275,374.00 61,063.00 1.3 1.2 1.2 Maluku 11,281.00 4-5 5 89,875.00 21,252.00 83,109.00 15,352.00 1.9 1.4 1.4 Papua 32,964.00 < 4 4 98,511.00 26,336.00 102,610.00 22,957.00 1.0 1.0 1.0 Maluku Utara 10,548.00 < 4 4 46,253.00 13,711.00 55,401.00 14,497.00 1.3 1.4 1.4 Papua Barat 17,858.00 < 4 4 36,985.00 10,486.00 34,254.00 8,257.00 1.0 1.0 1.0 17

KONTRIBUSI IRIGASI TERHADAP PRODUKSI PADI NASIONAL TAHUN 2009 & 2010 TAHUN 2009 TAHUN 2010 Total Produksi 2009: 64.398.890 ton (BPS.go.id) Total Produksi 2010: 66.809.828 ton (BPS.go.id) SAWAH IRIGASI MASIH MERUPAKAN KONTRIBUTOR DOMINAN PADA PRODUKSI PADI NASIONAL 18

mlah Penduduk Per Pulau di Indonesia LUAS AREAL IRIGASI (7.230.183 HA) 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 (Juta Ha) 1.9 1 - Aceh 2 - Sumatera Utara 3 - Sumatera barat 4 - Riau 5 - Jambi JAWA BALI & NUSA KALIMANTAN SULAWESI KEP. MALUKU PAPUA TENGGARA SUMATERA JAWA BALI - NT SULAWESI MALUKU PAPUA KALIMANTAN PULAU Index Penanaman - IP 6 - Sumatera Selatan 7 - Bengkulu 8 - Lampung 9 - Bangka Belitung 10 - Kepulauan Riau 11 - DKI Jakarta 12 - Jawa Barat 13 - Jawa Tengah 14 - DI Yogyakarta 15 - Jawa Timur 16 - Banten 17 - Bali 18 - Nusa Tenggara Barat 19 - Nusa Tenggara Timur 20 - Kalimantan Barat 21 - Kalimantan Tengah 22 - Kalimantan Selatan 23 - Kalimantan Timur 24 - Sulawesi Utara 13 - Jawa Tengah 14 - DI Yogyakarta 15 - Jawa Timur GAMBARAN INFRASTRUKTUR IRIGASI DI INDONESIA 16 - Banten 3.0 0.63 0.48 Waduk 1.0 Non-Waduk SUMBER AIR 25 - Sulawesi Tengah Produktivitas (Ton/Ha) 4.3 5.5 4.8 4.0 4.8 264.2 - Sulawesi Selatan3.8 4.6 0.15 0.04 Keterangan: 17 - Bali 18 - Nusa Tenggara Barat 19 - Nusa Tenggara Timur 20 - Kalimantan Barat 21 - Kalimantan Tengah 22 - Kalimantan Selatan 23 - Kalimantan Timur 24 - Sulawesi Utara 25 - Sulawesi Tengah 26 - Sulawesi Selatan 27 - Sulawesi Tenggara 28 - Gorontalo 29 - Sulawesi Barat 30 - Maluku 31 - Maluku Utara 32 - Papua Barat 33 - Papua Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Rata - Rata 1.3 1.9 1.4 1.0 1.3 1.4 1.0 1.4 19

GAMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI BERDASARKAN KEWENANGAN DI INDONESIA (Sumber: Rapid Assessment Audit Teknis Irigasi, 2010) 1.70 KEWENANGAN PUSAT: 2.315.000 HA KEWENANGAN PROVINSI: 1.423.222 HA KEWENANGAN KABUPATEN: 3.491.961 HA 1.70 1.70 1.50 1.50 1.50 1.30 1.30 1.30 1.10 1.10 1.10 0.90 0.90 0.90 0.70 0.70 0.70 0.50 0.50 0.50 0.30 0.30 0.30 0.10 0.10 0.10-0.10 Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua -0.10 Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua -0.10 Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Warna Kode Indikator* Rata - Rata IP Target IP setelah Rehabilitasi : Kondisi Baik Level of Service 90% 1.6 1.6 : Kondisi Rusak Ringan Level of Service 80% - 90% 1.4 1.6 : Kondisi Rusak Sedang Level of Service 60% - 79% 1.2 1.6 : Kondisi Rusak Berat Level of Service <60% 1 1.4 *Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Lampiran pemeliharaan) KERUSAKAN JARINGAN IRIGASI DOMINAN TERJADI PADA DAERAH IRIGASI KEWENANGAN DAERAH 20

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN 2010 2014 BIDANG IRIGASI Untuk mendukung pencapaian produksi padi nasional, Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan kegiatan sebagai pada TA 2010-2014 sebagai berikut: a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, pada areal irigasi kewenangan Pemerintah seluas 2,315 juta Ha; b. Rehabilitasi jaringan irigasi, pada areal kewenangan Pemerintah seluas 1,342 juta Ha; c. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi, seluas 500 ribu Ha d. Di samping kegiatan pada areal irigasi kewenangan pusat, juga perlu dialokasikan bantuan perbaikan jaringan irigasi kepada areal irigasi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut : Kewenangan pemerintah provinsi seluas 0,87 juta Ha. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota seluas 1,82 juta Ha. Sebagian pembiayaan telah dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). e. Dari kegiatan tersebut pada tahun 2014 diperkirakan akan diperoleh tambahan areal tanam seluas ± 3,13 juta ha. 21

SEBARAN POTENSI PENGEMBANGAN IRIGASI DI INDONESIA LUAS AREAL: 566.705 Ha SUMBAR 13.387 Ha NAD 53.793 Ha SUMUT 33.650 Ha LAMPUNG 15.920 Ha KALBAR 12.500 Ha JAMBI 3.628 Ha SUMSEL 27.240 Ha KALTENG 5.000 Ha KALSEL 17.427 Ha KALTIM 18.104 Ha SULTENG 3.988 Ha SULSEL 62.550 Ha GORONTALO 3.800 Ha SULUT 1.776 Ha SULTRA 4.500 Ha MALUKU 25.250 Ha MALUT 4.000 Ha PAPUA BARAT 73.282 Ha JABAR 5.313 Ha JATIM 2.865 Ha NTB 14.395 Ha NTT 20.305 Ha PAPUA 144.032 Ha 22

UPAYA UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN SETELAH TAHUN 2014 1. Melaksanakan modernisasi Irigasi pada daerah-daerah irigasi strategis yang telah melampaui umur ekonomisnya 2. Meningkatkan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sehingga sesuai dengan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) 3. Melaksanakan konservasi sumber sumber air berupa pembangunan/rehabilitasi embung-embung pemanen air hujan 4. Melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah 5. Melaksanakan pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah 23

SEKIAN DAN TERIMA KASIH JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012 24

LAMPIRAN

RENCANA AKSI A. Skenario 1 (Ekstensifikasi) Difokuskan pada kegiatan fisik untuk mendapatkan luas tanam yang dibutuhkan dalam pencapaian produksi padi 2014. Angka Produktivitas diambil pada angka rata-rata produktivitas nasional yaitu 4,6 Ton/ha (ATAP 2010, BPS) B. Skenario 2 (Ekstensifikasi & Intensifikasi) Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sehingga tercapai produksi Padi 2014 Eksisting Areal Tanam diambil sesuai ATAP 2010, BPS (12.792.154 Ha), dengan memperhitungkan Irigasi, Rawa, JIAT, dan Sawah Tadah hujan. C. Skenario 3 (Ekstensifikasi & Intensifikasi) Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sehingga tercapai produksi Padi 2014 Eksisting Areal Tanam diambil 10.122.256 Ha, dengan memperhitungkan hanya Irigasi dengan IP = 1,4) 26

RENCANA AKSI 27

11.84 11.79 12.15 12.33 12.88 12.79 0.12 13.34 13.54 13.78 54.15 54.45 57.16 0.195 60.33 0.25 14.25 64.40 66.47 68.06 71.46 0.47 75.04 0.470.2 78.79 TREND PRODUKSI DAN LUAS TANAM 2005 2014 80.00 (juta Ton GKG) (juta Ha) 15.5 Berdasarkan ARAM III 70.00 60.00 50.00 54.15 54.45 57.16 60.33 64.40 66.47 65.39 15.0 14.5 14.0 40.00 13.5 13.0 30.00 12.5 20.00 12.0 10.00 11.5 0.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 11.0 : Realisasi Produksi Padi 2005 2010 (Ton GKG) : Produksi Padi 2005 2010 (Ton GKG) : Proyeksi Produksi Padi 2011 2014 (Ton GKG) : Luas Panen (Ha) : Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Rehabilitasi (Ha) : Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Pembangunan (Ha) 28