BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian anak usia prasekolah 1. Pengertian Subrata (1997), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemandirian anak pasekolah yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri sendiri dalam segala hal. Menurut (Lie, 2004) Kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas seharihari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih baik (Mu'tadin, 2002). 2. Ciri ciri anak usia prasekolah Ciri-ciri kemandirian pada anak usia prasekolah menurut Rumini dan Sundari (2004) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu merawat diri sendiri dalam hal mencuci muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu menggunakan toilet, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, mewarnai, dan di sekolah TK tidak mau ditunggui oleh ibu dan pengasuhnya Ciri kemandirian menurut Suparmi (dalam Ariyanti, 2009), Lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif, dapat mengembangkan kreatifitas, dapat merangsang untuk berprestasi lebih baik Kemandirian anak usia prasekolah dapat ditumbuhkan dengan membiarkan anak memiliki pilihan dan mengungkapkan pilihannya 1
sejak dini (Hurlock, 1998). Ibu dapat mendorongnya dengan menanyakan makanan apa yang diinginkannya, pakaian apa yang ingin dipakainya atau permainan apa yang ingin dimainkan, serta menghargai setiap pilihan yang dibuatnya sendiri (Hurlock, 1998). Perkembangan kepribadian anak pada prasekolah sangat tergantung pada interaksi antar anak dan orang tua. Menurut Subrata (1997), agar dapat berinteraksi secara intensif, orang tua harus memperhatikan faktor lingkungan, pemberian pengarahan, menentukan pilihan, melakukannya sendiri, kebebasan berinisiatif, dan melatih tanggung jawab. Anak usia prasekolah membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan, dengan diberi kesempatan dan didorong untuk melakukan semuanya dengan bebas maka lingkungan yang penuh rangsangan ini akan membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya diri. Setelah anak menyadari dirinya sebagai pribadi yang terpisah dari ibunya, anak tidak dapat lagi menerima kontrol orang tua dengan mudah anak ingin menegaskan dirinya sebagai pribadi yang mandiri.di sisi lain kadang anak belum memahami banyak hal dan sering ingin melakukan sesuatu di luar batas kemampuan fisik sehingga anak sering mengucapkan kata tidak yang sebenarnya kata tersebut merupakan ungkapan dari kemampuan yang baru saja ditemukan, yaitu kemampuan untuk memilih. Anak suka sekali melatih kemampuan untuk memilih meskipun anak tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan,misalnya memilih baju yang akan dipakai. Sebagai orang tua,dapat membantu anak mengatasi pilihan tersebut dengan menyederhanakan pilihan yang ada, tetapi anak pada usia pra sekolah merasa dapat mandiri maka anak akan melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak mau kalau dibantu orang lain.dalam hal ini orang tua memberi kesempatan pada anak untuk melakukan sendiri (Subrata, 1997). 2
Dalam kemandirian anak usia prasekolah mulai berinisiatif,maka anak akan merasa penuh energi dan mampu berbuat sesuatu sehingga ingin bergerak ke sana kemari dengan lebih bebas. Oleh karena itu orang tua harus lebih banyak mendengarkan,sehingga anak merasa dapat tanggapan yang positif. Orang tua tidak hanya memberikan kebebasan berinisiatif tetapi juga bisa membantu mengembangkannya agar anak bisa berlatih tanggung jawab karena pada anak usia prasekolah, kalau tidak dilatih tanggung jawab akan tetap tergantung dengan orang lain dan tidak dapat mandiri. Oleh karena itu tanggung jawab ini berkembang sedikit demi sedikit, maka hendaknya mulai memberikan tanggung jawab atas tugas-tugas yang sederhana dan terus meningkat sampai usia anak bertambah (Subrata, 1997). 3. Aspek-aspek kemandirian anak usia prasekolah Menurut Kartono (1995) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua, ekonomi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orangtua, intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, sosial yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Mu tadin, (2002) menyatakan bahwa kemandirian individu meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Aspek kemandirian menurut Gea (2002) yakni : a. aspek kognitif; yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan individu tentang sesuatu, misalnya pemahaman seorang anak tentang ketidak tergantungan pada orang tua atau pengasuhnya. 3
b. aspek afektif; yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap sesuatu seperti halnya hasrat, keinginan atau pun kehendak yang kuat terhadap suatu kebutuhan, misalnya keinginan seorang anak untuk berhasil melakukan tugas sederhana, seperti memakai baju dan sepatu sendiri. c. aspek psikomotor; yaitu aspek yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya tindakan anak yang berinisiatif belajar mengenakan sesuatu sendiri karena dia tidak ingin selalu tergantung pada orang tua atau pengasuhnya. Selanjutnya aspek-aspek kemandirian menurut Masrun (dalam Arianti 2009) antara lain: a. Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain. b. Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejar berprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya. c. Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan inisiatif. d. Pengendalian diri, yaitu adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalahnya, mampu mengendalikan serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya. e. Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadap kemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian anak meliputi aspek bebas, progresif, inisiatif, pengendalian diri, kemampuan diri. 4. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah 4
Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah terbagi menjadi dua meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 1995). Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi orang tua. Sedangkan faktor intelektual ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi pola asuh cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995). Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, sehingga lingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak. Selain itu karakteristik sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akan tetapi anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Selain itu anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan dukungan dan dorongan peran orang tua sebagai pengasuh sangat diperlukan, oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan kemandirian anak (Soetjiningsih, 1995). Rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena ini akan mempengaruhi mutu kemandirian anak, bila diberikan berlebihan anak menjadi kurang mandiri kemungkinan semua itu dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan lancar dan baik karena interaksi dua arah anak dan orang tua menyebabkan anak menjadi mandiri. Orang tua akan 5
memberikan informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyai pendidikan karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima info dari luar terutama cara memandirikan anak. Status pekerjaan Ibu akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak, apabila ibu bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah ibu tidak bisa melihat perkembangan anaknya, apakah anaknya sudah bisa mandiri atau belum. Sedangkan ibu yang tidak bekerja bisa melihat langsung kemandirian anaknya (Soetjiningsih, 1995). B. Status pekerjaan ibu 1. Pengertian Pekerjaan Ibu adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannyadan kehidupan keluarga, pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan(nursalam, 2001). Ihromi (1990) mendefinisikan ibu pekerja sebagai ibu yang melakukan kegiatan, mengeluarkan energi, mempunyai nilai waktu,baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan. 2. Dampak negatif dan positif dengan ibu bekerja Ibu pekerja merupakan peran sebagai akibat pergeseran nilai. Dahulu ibu hanya berperan fokus pada anak, sedikit sekali Ibu yang bekerja, tetapi sekarang ibu mempunyai peran ganda sebagai pengasuh dan pendidik anak. Baik di desa maupun di kota makin banyak wanita yang bekerja sehingga keluarga yang bersangkutan membutuhkan ibu pengganti bagi anaknya. Seringkali nenek atau keluarga dekat lain dapat menggantikan peran ibu pada saat ibu bekerja, tetapi bila tidak ada keluarga tersebut maka biasanya anak 6
dipercayakan pada pembantu. Peran pembantu sebagai pengganti ibu cukup penting, mereka ikut mendidik anak dengan cara mereka sendiri sehingga dapat terjadi hal yang negatif karena pembantu pada umumnya tidak berpendidikan tinggi dan mengasuh anak dengan pola asuh yang mereka terima dari orang tuanya sendiri (Markum, 1991). Menurut Munandar (1992) ibu pekerja dapat memberikan dampak negatif maupun positif. negatif dari ibu pekerja adalah ibu tidak selalu ada pada saat- saat yang penting pada saat ia dibutuhkan keluarganya, misalnya anak - anaknya mendadak sakit, jatuh kecelakaan dan sebagainya dan tidak semua kebutuhan anggota keluarga dapat dipenuhi oleh ibu misalnya suami yang menginginkan masakan isterinya sendiri, mengantar dan menjemput anaknya pulang sekolah dan kemudian anak ingin menceritakan pengalaman di sekolah pada ibu. Tetapi ibu sudah lelah dalam bekerja maka pada waktu pulang kerja ibu enggan bermain dengan anaknya atau menemani suaminya dalam kegiatan kegiatan tertentu (Munandar,1992). Dampak positif dari ibu pekerja yaitu adanya nampak rasa harga diri dan nampak dalam sikap yang baik terhadap diri sendiri, kemudian dalam mendidik anak, ibu - ibu pekerja kurang menggunakan teknik disiplin yang keras atau otoriter mereka lebih banyak menunjukkan dan lebih banyak pengertian dalam keluarganya dengan anak. Pada umumnya ibu yang bekerja lebih memperhatikan atau merawat penampilanya, dan akan menunjukan penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik karena merasakan kepuasan hidup yang juga lebih mempunyai pandangan positif terhadap masyarakatnya (Munandar, 1992). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja di luar rumah adalah seorang wanita yang mempunyai seorang suami dan anak dan bekerja di luar rumah, dalam waktu 7
tertentu mendapatkan gaji secara periodik. Pekerjaan tersebut juga lebih cenderung kepada peningkatan kemampuan jiwa atau kemampuan dalam pekerjaan dan sebagainya. Alasan yang mendorong wanita berkeluarga berjuang untuk memperoleh kepuasan diri dan untuk menambah penghasilan ekonomi dalam kelurga. Hal ini akan menimbulkan peran ganda pada seorang wanita, sebagai seorang ibu rumah tangga dan sebagai seorang wanita karier, sehingga seorang ibu tidak dapat hadir setiap saat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama dalam hal pengasuhan anak. 3. Peran ibu terhadap perkembangan anak prasekolah Pada usia prasekolah biasanya anak sudah terampil sehingga anak tidak perlu dibantu ibu lagi, tetapi harus tetap diawasi pada saat bermain. Pada aspek fisik dan motorik tugas ibu adalah meningkatkan aktivitas, dan aspek kognitif bisa banyak dilakukan dengan banyak bercerita pada anak (Gunarsa,1995). Ibu juga bisa melakukan tanya jawab anak tentang cerita yang didengarnya, dengan demikian anak sudah terlatih mengungkapkan apa yang hendak diekspresikan (Rumini & Sundari 2004). Dari aspek sosial emosi sosial ibu perlu mengembangkan inisiatif anak karena akan mengarah pada kepercayaan dirinya, anak yang punya inisiatif akan lebih mudah menyesuaikan diri (Coles, 2003). Dalam melatih kemandirian anak yang penting biarlah anak melakukan apa saja yang sejauh itu tidak membahayakan keselamatannya, peran ibu hanya memberikan keluasan pada anak untuk bermain, sehingga anak dapat belajar bergaul, berinteraksi serta bagaimana mengekpresikan pendapat, kemandirian dan pengetahuannya agar ibu bisa melaksanakan tugas sesuai perannya. Tentu saja harus mempunyai rasa tanggung jawab dan prioritas, terutama pada ibu yang bekerja. Prioritas menjadi sangat penting 8
karena ibu harus memilih mana yang harus didahulukan antara pekerjaan dan anak. Jika ibu merasa bekerja itu penting tentunya ibu tidak bisa merawat anak sepenuhnya, maka ibu harus cari pengasuh anak atau orang yang dianggap mempunyai pengalaman untuk merawat anak jika ibu sedang bekerja (Vuuren, 1993). 4. Peran ibu pekerja dalam kemandirian anak Menurut Vuuren (1993) yang dimaksud dengan ibu yang bekerja adalah seorang ibu yang tidak hanya mempersembahkan waktu untuk keluarga,tetapi juga melaksanakan suatu tugas atau kegiatan pada waktu dan tempat tertentu serta memperoleh gaji. Seorang wanita yang bekerja dan berumah tangga pada dasarnya tetap menjalankan suatu peran yang tradisional, yaitu sebagai isteri dan ibu bagi anak anaknya, hanya saja waktu untuk mengurus rumah tangga bagi ibu yang bekerja tidak sebanyak waktu yang diberikan oleh wanita yang tidak bekerja (Gunarso, 2004). Menurut konsep peran moderat wanita mempunyai hak untuk bekerja di luar rumah, akan tetapi peran dan tugas pokoknya tetap berpegang pada nilai nilai luhur naluri kewanitaan (Gunarso, 2004). Vuuren (1993) berpendapat untuk menghadapi dua tugas dalam waktu yang bersamaan tentunya bukan suatu yang mudah bagi ibu yang bekerja, kenyataannya wanita karier mampu berperan ganda sebagai ibu sekaligus wanita karier, yang penting ada kemauan untuk membagi waktu, karena bagi ibu bekerja di butuhkan bukan kuantitas maupun kualitas. Maka bagi ibu yang bekerja harus mempunyai kiat- kiat dalam membentuk lingkungan yang kondusif sehingga kemandirian anak dapat ditingkatkan dengan memperhatikan waktu dan adanya rasa bersalah. Agar kebutuhan kualitas waktu dapat terpenuhi berarti ibu yang bekerja harus bisa meluangkan waktu yang tersisa. Waktu yang ada harus betul betul dimanfaatkan dan 9
melibatkan seluruh keluarga. Bila kualitas waktu bisa dijalankan dengan baik urusan rumah tangga dan pekerjaan pun bisa tertata dengan baik, dan biasanya ibu bekerja mempunyai rasa bersalah karena mengurangi waktu bersama anak. Bahayanya rasa bersalah tersebut dikompensasikan dengan memanjakan anak secara berlebihan. Padahal sikap tersebut dapat menyebabkan anak cenderung manja dan tidak mandiri. Maka lebih baik Ibu mengarahkan pola pikir anak agar anak lebih memahami situasi yang dihadapinya, misalnya mengapa ibu perlu bekerja (Vuuren, 1993). C. Kerangka teori Faktor internal 1. Emosi 2. Intelektual 1. 10
Gambar 1.2 kerangka teori penelitian (Sumber : Soetjiningsih, 1995) D. Kerangka konsep Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian E. Variabel penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pekerjaan ibu. 2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kemandirian anak prasekolah. 11
F. Hipotesis penelitian Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah. 12