BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat kemandirian

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk meniti karir dalam bidang pekerjaan. Demikian halnya dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang pada masa itu secara khusus memperlakukan wanita secara. konservatif. Meskipun banyak rintangan, Montessori adalah wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ketidakmandirian dan ketergantungan disiplin pada kontrol luar

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

DAMPAK PERAN GANDA WANITA TERHADAP POLA ASUH ANAK (STUDI PADA WANITA PEGAWAI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI PONOROGO) Oleh:

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

DESKRIPSI PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B DI TK ASYIYAH BUSTANUL ATFAL HUIDU UTARA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melati Br. Tarigan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA. Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian anak usia prasekolah 1. Pengertian Subrata (1997), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemandirian anak pasekolah yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau mampu berdiri sendiri dalam segala hal. Menurut (Lie, 2004) Kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas seharihari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih baik (Mu'tadin, 2002). 2. Ciri ciri anak usia prasekolah Ciri-ciri kemandirian pada anak usia prasekolah menurut Rumini dan Sundari (2004) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu merawat diri sendiri dalam hal mencuci muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu menggunakan toilet, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, mewarnai, dan di sekolah TK tidak mau ditunggui oleh ibu dan pengasuhnya Ciri kemandirian menurut Suparmi (dalam Ariyanti, 2009), Lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif, dapat mengembangkan kreatifitas, dapat merangsang untuk berprestasi lebih baik Kemandirian anak usia prasekolah dapat ditumbuhkan dengan membiarkan anak memiliki pilihan dan mengungkapkan pilihannya 1

sejak dini (Hurlock, 1998). Ibu dapat mendorongnya dengan menanyakan makanan apa yang diinginkannya, pakaian apa yang ingin dipakainya atau permainan apa yang ingin dimainkan, serta menghargai setiap pilihan yang dibuatnya sendiri (Hurlock, 1998). Perkembangan kepribadian anak pada prasekolah sangat tergantung pada interaksi antar anak dan orang tua. Menurut Subrata (1997), agar dapat berinteraksi secara intensif, orang tua harus memperhatikan faktor lingkungan, pemberian pengarahan, menentukan pilihan, melakukannya sendiri, kebebasan berinisiatif, dan melatih tanggung jawab. Anak usia prasekolah membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan, dengan diberi kesempatan dan didorong untuk melakukan semuanya dengan bebas maka lingkungan yang penuh rangsangan ini akan membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya diri. Setelah anak menyadari dirinya sebagai pribadi yang terpisah dari ibunya, anak tidak dapat lagi menerima kontrol orang tua dengan mudah anak ingin menegaskan dirinya sebagai pribadi yang mandiri.di sisi lain kadang anak belum memahami banyak hal dan sering ingin melakukan sesuatu di luar batas kemampuan fisik sehingga anak sering mengucapkan kata tidak yang sebenarnya kata tersebut merupakan ungkapan dari kemampuan yang baru saja ditemukan, yaitu kemampuan untuk memilih. Anak suka sekali melatih kemampuan untuk memilih meskipun anak tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan,misalnya memilih baju yang akan dipakai. Sebagai orang tua,dapat membantu anak mengatasi pilihan tersebut dengan menyederhanakan pilihan yang ada, tetapi anak pada usia pra sekolah merasa dapat mandiri maka anak akan melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak mau kalau dibantu orang lain.dalam hal ini orang tua memberi kesempatan pada anak untuk melakukan sendiri (Subrata, 1997). 2

Dalam kemandirian anak usia prasekolah mulai berinisiatif,maka anak akan merasa penuh energi dan mampu berbuat sesuatu sehingga ingin bergerak ke sana kemari dengan lebih bebas. Oleh karena itu orang tua harus lebih banyak mendengarkan,sehingga anak merasa dapat tanggapan yang positif. Orang tua tidak hanya memberikan kebebasan berinisiatif tetapi juga bisa membantu mengembangkannya agar anak bisa berlatih tanggung jawab karena pada anak usia prasekolah, kalau tidak dilatih tanggung jawab akan tetap tergantung dengan orang lain dan tidak dapat mandiri. Oleh karena itu tanggung jawab ini berkembang sedikit demi sedikit, maka hendaknya mulai memberikan tanggung jawab atas tugas-tugas yang sederhana dan terus meningkat sampai usia anak bertambah (Subrata, 1997). 3. Aspek-aspek kemandirian anak usia prasekolah Menurut Kartono (1995) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua, ekonomi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orangtua, intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, sosial yang ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain. Menurut Mu tadin, (2002) menyatakan bahwa kemandirian individu meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Aspek kemandirian menurut Gea (2002) yakni : a. aspek kognitif; yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan individu tentang sesuatu, misalnya pemahaman seorang anak tentang ketidak tergantungan pada orang tua atau pengasuhnya. 3

b. aspek afektif; yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap sesuatu seperti halnya hasrat, keinginan atau pun kehendak yang kuat terhadap suatu kebutuhan, misalnya keinginan seorang anak untuk berhasil melakukan tugas sederhana, seperti memakai baju dan sepatu sendiri. c. aspek psikomotor; yaitu aspek yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya tindakan anak yang berinisiatif belajar mengenakan sesuatu sendiri karena dia tidak ingin selalu tergantung pada orang tua atau pengasuhnya. Selanjutnya aspek-aspek kemandirian menurut Masrun (dalam Arianti 2009) antara lain: a. Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain. b. Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejar berprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya. c. Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan inisiatif. d. Pengendalian diri, yaitu adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalahnya, mampu mengendalikan serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya. e. Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadap kemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian anak meliputi aspek bebas, progresif, inisiatif, pengendalian diri, kemampuan diri. 4. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah 4

Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah terbagi menjadi dua meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 1995). Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi orang tua. Sedangkan faktor intelektual ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi pola asuh cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995). Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, sehingga lingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak. Selain itu karakteristik sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akan tetapi anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. Selain itu anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan dukungan dan dorongan peran orang tua sebagai pengasuh sangat diperlukan, oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan kemandirian anak (Soetjiningsih, 1995). Rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena ini akan mempengaruhi mutu kemandirian anak, bila diberikan berlebihan anak menjadi kurang mandiri kemungkinan semua itu dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan lancar dan baik karena interaksi dua arah anak dan orang tua menyebabkan anak menjadi mandiri. Orang tua akan 5

memberikan informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyai pendidikan karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima info dari luar terutama cara memandirikan anak. Status pekerjaan Ibu akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak, apabila ibu bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah ibu tidak bisa melihat perkembangan anaknya, apakah anaknya sudah bisa mandiri atau belum. Sedangkan ibu yang tidak bekerja bisa melihat langsung kemandirian anaknya (Soetjiningsih, 1995). B. Status pekerjaan ibu 1. Pengertian Pekerjaan Ibu adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannyadan kehidupan keluarga, pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan(nursalam, 2001). Ihromi (1990) mendefinisikan ibu pekerja sebagai ibu yang melakukan kegiatan, mengeluarkan energi, mempunyai nilai waktu,baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan. 2. Dampak negatif dan positif dengan ibu bekerja Ibu pekerja merupakan peran sebagai akibat pergeseran nilai. Dahulu ibu hanya berperan fokus pada anak, sedikit sekali Ibu yang bekerja, tetapi sekarang ibu mempunyai peran ganda sebagai pengasuh dan pendidik anak. Baik di desa maupun di kota makin banyak wanita yang bekerja sehingga keluarga yang bersangkutan membutuhkan ibu pengganti bagi anaknya. Seringkali nenek atau keluarga dekat lain dapat menggantikan peran ibu pada saat ibu bekerja, tetapi bila tidak ada keluarga tersebut maka biasanya anak 6

dipercayakan pada pembantu. Peran pembantu sebagai pengganti ibu cukup penting, mereka ikut mendidik anak dengan cara mereka sendiri sehingga dapat terjadi hal yang negatif karena pembantu pada umumnya tidak berpendidikan tinggi dan mengasuh anak dengan pola asuh yang mereka terima dari orang tuanya sendiri (Markum, 1991). Menurut Munandar (1992) ibu pekerja dapat memberikan dampak negatif maupun positif. negatif dari ibu pekerja adalah ibu tidak selalu ada pada saat- saat yang penting pada saat ia dibutuhkan keluarganya, misalnya anak - anaknya mendadak sakit, jatuh kecelakaan dan sebagainya dan tidak semua kebutuhan anggota keluarga dapat dipenuhi oleh ibu misalnya suami yang menginginkan masakan isterinya sendiri, mengantar dan menjemput anaknya pulang sekolah dan kemudian anak ingin menceritakan pengalaman di sekolah pada ibu. Tetapi ibu sudah lelah dalam bekerja maka pada waktu pulang kerja ibu enggan bermain dengan anaknya atau menemani suaminya dalam kegiatan kegiatan tertentu (Munandar,1992). Dampak positif dari ibu pekerja yaitu adanya nampak rasa harga diri dan nampak dalam sikap yang baik terhadap diri sendiri, kemudian dalam mendidik anak, ibu - ibu pekerja kurang menggunakan teknik disiplin yang keras atau otoriter mereka lebih banyak menunjukkan dan lebih banyak pengertian dalam keluarganya dengan anak. Pada umumnya ibu yang bekerja lebih memperhatikan atau merawat penampilanya, dan akan menunjukan penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik karena merasakan kepuasan hidup yang juga lebih mempunyai pandangan positif terhadap masyarakatnya (Munandar, 1992). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja di luar rumah adalah seorang wanita yang mempunyai seorang suami dan anak dan bekerja di luar rumah, dalam waktu 7

tertentu mendapatkan gaji secara periodik. Pekerjaan tersebut juga lebih cenderung kepada peningkatan kemampuan jiwa atau kemampuan dalam pekerjaan dan sebagainya. Alasan yang mendorong wanita berkeluarga berjuang untuk memperoleh kepuasan diri dan untuk menambah penghasilan ekonomi dalam kelurga. Hal ini akan menimbulkan peran ganda pada seorang wanita, sebagai seorang ibu rumah tangga dan sebagai seorang wanita karier, sehingga seorang ibu tidak dapat hadir setiap saat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama dalam hal pengasuhan anak. 3. Peran ibu terhadap perkembangan anak prasekolah Pada usia prasekolah biasanya anak sudah terampil sehingga anak tidak perlu dibantu ibu lagi, tetapi harus tetap diawasi pada saat bermain. Pada aspek fisik dan motorik tugas ibu adalah meningkatkan aktivitas, dan aspek kognitif bisa banyak dilakukan dengan banyak bercerita pada anak (Gunarsa,1995). Ibu juga bisa melakukan tanya jawab anak tentang cerita yang didengarnya, dengan demikian anak sudah terlatih mengungkapkan apa yang hendak diekspresikan (Rumini & Sundari 2004). Dari aspek sosial emosi sosial ibu perlu mengembangkan inisiatif anak karena akan mengarah pada kepercayaan dirinya, anak yang punya inisiatif akan lebih mudah menyesuaikan diri (Coles, 2003). Dalam melatih kemandirian anak yang penting biarlah anak melakukan apa saja yang sejauh itu tidak membahayakan keselamatannya, peran ibu hanya memberikan keluasan pada anak untuk bermain, sehingga anak dapat belajar bergaul, berinteraksi serta bagaimana mengekpresikan pendapat, kemandirian dan pengetahuannya agar ibu bisa melaksanakan tugas sesuai perannya. Tentu saja harus mempunyai rasa tanggung jawab dan prioritas, terutama pada ibu yang bekerja. Prioritas menjadi sangat penting 8

karena ibu harus memilih mana yang harus didahulukan antara pekerjaan dan anak. Jika ibu merasa bekerja itu penting tentunya ibu tidak bisa merawat anak sepenuhnya, maka ibu harus cari pengasuh anak atau orang yang dianggap mempunyai pengalaman untuk merawat anak jika ibu sedang bekerja (Vuuren, 1993). 4. Peran ibu pekerja dalam kemandirian anak Menurut Vuuren (1993) yang dimaksud dengan ibu yang bekerja adalah seorang ibu yang tidak hanya mempersembahkan waktu untuk keluarga,tetapi juga melaksanakan suatu tugas atau kegiatan pada waktu dan tempat tertentu serta memperoleh gaji. Seorang wanita yang bekerja dan berumah tangga pada dasarnya tetap menjalankan suatu peran yang tradisional, yaitu sebagai isteri dan ibu bagi anak anaknya, hanya saja waktu untuk mengurus rumah tangga bagi ibu yang bekerja tidak sebanyak waktu yang diberikan oleh wanita yang tidak bekerja (Gunarso, 2004). Menurut konsep peran moderat wanita mempunyai hak untuk bekerja di luar rumah, akan tetapi peran dan tugas pokoknya tetap berpegang pada nilai nilai luhur naluri kewanitaan (Gunarso, 2004). Vuuren (1993) berpendapat untuk menghadapi dua tugas dalam waktu yang bersamaan tentunya bukan suatu yang mudah bagi ibu yang bekerja, kenyataannya wanita karier mampu berperan ganda sebagai ibu sekaligus wanita karier, yang penting ada kemauan untuk membagi waktu, karena bagi ibu bekerja di butuhkan bukan kuantitas maupun kualitas. Maka bagi ibu yang bekerja harus mempunyai kiat- kiat dalam membentuk lingkungan yang kondusif sehingga kemandirian anak dapat ditingkatkan dengan memperhatikan waktu dan adanya rasa bersalah. Agar kebutuhan kualitas waktu dapat terpenuhi berarti ibu yang bekerja harus bisa meluangkan waktu yang tersisa. Waktu yang ada harus betul betul dimanfaatkan dan 9

melibatkan seluruh keluarga. Bila kualitas waktu bisa dijalankan dengan baik urusan rumah tangga dan pekerjaan pun bisa tertata dengan baik, dan biasanya ibu bekerja mempunyai rasa bersalah karena mengurangi waktu bersama anak. Bahayanya rasa bersalah tersebut dikompensasikan dengan memanjakan anak secara berlebihan. Padahal sikap tersebut dapat menyebabkan anak cenderung manja dan tidak mandiri. Maka lebih baik Ibu mengarahkan pola pikir anak agar anak lebih memahami situasi yang dihadapinya, misalnya mengapa ibu perlu bekerja (Vuuren, 1993). C. Kerangka teori Faktor internal 1. Emosi 2. Intelektual 1. 10

Gambar 1.2 kerangka teori penelitian (Sumber : Soetjiningsih, 1995) D. Kerangka konsep Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian E. Variabel penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pekerjaan ibu. 2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kemandirian anak prasekolah. 11

F. Hipotesis penelitian Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan tingkat kemandirian anak prasekolah. 12