BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. Group, Jakarta, 2012, hlm Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, ctk. Pertama, Kencana Prenada Media

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

BAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia


BAB I PENDAHULUAN. bersifat internasional antar warga negara yang berbeda dan tidak menutup

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

SUAMI DAN ISTERI SEBAGAI PENDIRI C.V. P.T.

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 6 TAHUN 2010 T E N T A N G

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN NOMINEE (PINJAM NAMA) ANTARA WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN WARGA NEGARA ASING DALAM PRAKTIK JUAL BELI TANAH HAK MILIK

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PEMISAHAN HARTA DALAM PERKAWINAN CAMPURAN UNTUK MENGHINDARI KEPEMILIKAN TANAH HAK MILIK OLEH ORANG ASING

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI BULUNGAN. Jalan Jelarai Tanjung Selor Kaltim, Telp. (0552) , Fax (0552) 21009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG FORMULIR DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BAB V PENUTUP. yang berikutnya yang mendapatkan hak dalam perkawinan poligami. Suami yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dengan manusia lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI BANGLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 18 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 1 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 14 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

Transkripsi:

77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pokok permasalahan dalam kasus ini adalah perjanjian perkawinan yang tidak berlaku terhadap pihak ketiga karena tidak tercantum dalam akta perkawinan. Tindakan hukum yang harus dilakukan oleh Tuan L adalah dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya Perjanjian Perkawinan Tuan L dan isterinya tertanggal 6 Maret 2015 dengan Nomor Register 51/PK/2015 sebelum perkawinan dan memerintahkan agar perjanjian perkawinan tersebut dicatatkan di buku register pencatatan nikah baik di Kantor Pencatatan Sipil. Nomor Register 51/PK/2015 dari Akta yang dibuat dihadapan notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna karena dibuat oleh Pejabat Negara yang berwenang. Apabila di kemudian hari rekomendasi pendapat hukum ini dipilih oleh Tuan L, maka setelah penetapan dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Surabaya sebagai buktinya pada akta perkawinan di halaman belakang akan diketik sesuai dengan Penetapan Pengadilan yang mensahkan perjanjian perkawinan yang telah dibuat dihadapan notaris Surabaya sesuai dengan tanggal pembuatan dan nomer registernya. Akibat dari dikeluarkannya penetapan tersebut adalah Perjanjian Perkawinan yang dibuat oleh Tuan L dapat berlaku terhadap pihak ketiga dan tidak ada

78 pencampuran harta bersama antara Tuan L dan isterinya. Artinya Tuan L dapat memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah. 2. Permohonan Pengajuan Hak Pakai adalah salah satu solusi yang dapat diambil oleh Tuan L dan Isterinya seperti yang tercantum dalam Pasal 42 Undang-Undang Pokok Agraria. Pencampuran harta antara Tuan L dan Isterinya menyebabkan Tuan L seperti kehilangan kewarganegaraannya karena asas nasionalisme yang terkandung dalam Pasal 21 dan Pasal 36 UUPA. Hak Pakai ini berjangka waktu 30 (dua puluh lima tahun) tahun dapat diperpanjang selama 20 (dua puluh tahun) serta dapat diperbaharui hak pakainya atas tanah yang sama. Tuan L dapat mengajukan permohonan pengajuan hak pakai atas tanah hak milik, karena hak pakai atas tanah hak milik lebih mudah dalam memperjanjikan dimana kesepakatan keduanya lebih mudah diraih apabila suatu saat akan menaikkan hak pakai tersebut menjadi hak milik atau melakukan pembaharuan hak pakai atas tanah yang sama. 3. Pewarganegaraan atau pengajuan permohonan perpindahan kewarganegaraan warga negara asing menjadi warga negara Indonesia adalah tindakan hukum yang dapat diambil oleh Isteri Tuan L. Dengan jalur ini unsur subjek warga negara Indonesia yang tercantum dalam Pasal 21 dan Pasal 36 UUPA menjadi terpenuhi walaupun adanya percampuran harta antara keduanya dan Tuan L beserta Isteri dapat memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah. Setelah melakukan pewarganegaraan Tuan L dan Isteri dapat meningkatkan hak pakai menjadi hak milik atau hak guna bangunan.

79 4. Secara umum ada tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh Tuan L mengingat dimana Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 36 ayat (1)Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria dan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak sesuai dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dimana frasa warga negara Indonesia pada Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Warga Negara Indonesia yang menikah dengan warga negara asing tetap menjadi warga negara Indonesia sehingga sebenarnya unsur warga negara Indonesia dalam UUPA seharusnya terpenuhi walaupun tanpa adanya perjanjian perkawinan. Dikarenakan keadaan saat ini dimana Undang-Undang dibawah Undang-Undang Dasar 1945 memberi frasa warga negara dengan berbeda menyebabkan multitafsir sehingga menyebabkan sedikit banyak merenggut hak-hak dasar Warga Negara Indonesia yang dijamin Undang- Undang Dasar. Status kewarganegaraan dari subjek hukum sangat menentukan status tanah yang dikuasainya. Perihal harta benda dalam Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang Perkawinan menentukan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan adalah harta bersama. Harta bawaan adalah harta yang diperoleh sebelum masing-

80 masing pihak resmi menjadi suami-istri, harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan di bawah penguasaan masingmasing para pihak dan tidak menentukan lain. Pasal 36 UUPA mengatur mengenai harta bersama suami-istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Mengenai harta bawaan masing-masing suami-istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bersama. Pengertian harta benda yakni khususnya mengenai tanah. Inilah yang kemudian menjadi masalah dalam praktik. Banyak pihak beranggapan bahwa karena menjadi harta bersama, maka penguasaan pemilikan baik fisik maupun yuridis menjadi milik bersama. Sehingga berakibat bagi pelaku perkawinan campuran. Sekalipun tanah hak milik, hak guna bangunan dimiliki terdaftar atas nama WNI, menjadi milik bersama WNA. Hal ini berakibat Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Pokok Agraria tetap berlaku dan akhirnya berdampak hilangnya hak konstitusional seorang WNI untuk mempunyai tanah dengan status hak milik dan hak guna bangunan. Oleh karenanya saya menyetujui bahwa dikeluarkannya hak milik dan hak guna bangunan dari harta bersama oleh WNI yang melakukan kawin campur. Dengan catatan adanya pengawasan yang diperketat apabila terjadi peristiwa hukum yang menyebabkan hak milik dan HGB tersebut jatuh ke tangan asing. B. Saran 1. Pemerintah seharusnya mengatur bahwa segala bentuk perjanjian selama dibuat sebelum atau saat perkawinan dan telah didaftarkan dianggap berlaku bagi pihak ketiga dengan menunjukan bukti

81 nomer register. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat tidak semua pelaku perkawinan campuran dapat melaksanakan perkawinan di Indonesia seperti yang terjadi dalam kasus ini. 2. Merubah Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 36 ayat (1)Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan karena bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 4 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjamin setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali dapat memiliki hak milik dan hak guna bangunan. 3. Harus adanya Undang-Undang yang mengatur secara jelas bahwa perjanjian perkawinan harus dimuat dalam Akta Perkawinan atau tidak karena banyaknya ketidakseragaman di masing-masing Kantor Pencatatan Sipil agar tidak menjadikan adanya kebingungan terhadap masyarakat terutama pelaku perkawinan campuran.