Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

dokumen-dokumen yang mirip
Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

KEADAAN UMUM WILAYAH. General Description of The Regions I. LETAK ADMINISTRASI DAN AKSESIBILITAS

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

TINJAUAN HUKUM DAN KONSESI LAHAN

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

Peluang dan Tantangan Gerakan Penyelamatan Rawa Tripa Berbasis Komunitas di Provinsi Aceh. Monalisa*

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Gajah Liar Ini Mati Meski Sudah Diobati

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

West Kalimantan Community Carbon Pools

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Perlindungan Hutan Tropis Berbasis Kearifan Lokal. Inisiatif Hutan Desa di Kabupaten Merangin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCADANGAN DAN PELESTARIAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DI KABUPATEN NAGAN RAYA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

RENCANA STRATEGIS

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. PANITIA PELAKSANA KEGIATAN, MODERARTOR DAN NARASUMBER

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

SCIENTIFIC STUDIES FOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB. I. PENDAHULUAN A.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

19 Oktober Ema Umilia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KERJASAMA PEMANFAATAN HUTAN LINDUNG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Transkripsi:

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat Aceh, yaitu di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Secara administratif kawasan Tripa sekitar 60% termasuk dalam wilayah kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya dan 40% dalam wilayah kecamatan Babah Rot kabupaten Aceh Barat Daya. Tripa sangat penting bagi penduduk local karena mampu menjadi buffer zone yang tangguh saat bencana tsunami menghantam Aceh di bulan Desember 2004. Tripa juga menyediakan keamanan pangan (terutama ikan), persediaan air bersih, dan hasil hutan non kayu seperti madu dan kayu. Juga mengatur iklim mikro, termasuk temperatur dan kelembaban, yang penting bagi pencegahan kebakaran dan keberlanjutan pertanian lokal. Selain itu gambut yang terdapat dalam hutan Rawa Tripa berperan penting sebagai penambat (reservoir) air tawar yang cukup besar pada musim hujan dan melepaskan air pada musim kemarau. Hal ini terkait dengan sifat gambut yang seperti spons (busa) yang mampu menyerap air dan melepaskannya secara perlahan-lahan. Hasil penelitian LIPI menunjukkan bahwa kawasan Hutan Tripa memiliki kedalaman gambut 3 s/d 5 meter. Dengan kedalaman gambut seperti ini, Rawa Tripa menyimpan cadangan karbon yang cukup besar. Pendataan lapangan pada bulan November 2007 oleh YEL/PanEco, ICRAF (the World Agroforestry Centre) dan UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh) menemukan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada hutan yang masih ada seluas 31.410 ha (Hutan primer seluas 24.088 ha dan hutan sekunder seluas 7.231 ha) adalah sebesar 4.048.335 ton carbon. Sementara cadangan karbon di bawah permukaan tanah (dengan kedalaman antara 130 cm-505cm) diperkirakan sebesar 328-2.240 ton karbon per hektar (luas rawa gambut Tripa 60.000 ha, menyimpan 19.680.000-134.400.000 ton karbon). Cadangan karbon ini dapat menjadi potensi sumber ekonomi alternatif bagi masyarakat setempat yang tidak merusak lingkungan. Selain itu, kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, yang diantaranya adalah Beruang Madu (Helarctos malayanus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Burung Rangkok (Buceros sp), dan berbagai jenis satwa liar lainnya. Dikarenakan fungsinya yang cukup penting tersebut, berdasarkan Keppres Nomor 33 tahun 1997, kawasan ini dimasukkan dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Selain itu berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990, PP No. 47 tahun 1997, dan PP No. 28 tahun 2008, menyatakan bahwa kawasan gambut dengan kedalaman 3 meter atau lebih merupakan kawasan lindung.

Terlepas dari fungsi penting kawasan bagi masyarakat sekitarnya dan nilai konservasinya, Rawa Tripa masih mengalami ancaman pembukaan lahan terutama untuk pertanian dan perkebunan. Di satu sisi kehilangan rawa gambut Tripa dapat merugikan masyarakat, terutama kehilangan sumber protein alami (ikan air tawar seperti lele), kehilangan sumber tanaman obat, penurunan permukaan tanah dan berkurangnya daya serap air sehingga mengakibatkan seringnya terjadi banjir. Pada jangka panjang dampak yang akan dirasakan masyarakat lokal adalah penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut, sehingga akan sulit mendapatkan air tawar. Pengeringan rawa saja akan berakibat matinya tutupan hutan (vegetasi) yang ada diatasnya, dan kemudian akan menurunkan permukaan tanah. Untuk mencegah ataupun mengurangi dampak negatif yang timbul dari kerusakan Rawa Tripa, perlu diambil upaya-upaya strategis penyelamatan Rawa Tripa yang melibatkan dan didukung oleh berbagai pemangku kepentingan terkait. Menanggapi kondisi ini, pada tanggal 19 dan 20 Desember 2008, dilaksanakan Round Table Discussion 1 bertempat di Suka Makmue Nagan Raya. Pertemuan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan lokal yang terdiri Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya, perwakilan masyarakat, LSM, media dan pihak perkebunan kelapa sawit. Dari hasil pertemuan ini dihasilkan beberapa rekomendasi terkait dengan upaya pelestarian Rawa Tripa serta pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Menindak lanjuti hasil pertemuan ini dan rekomendasi yang ada, maka diperlukan pertemuan lanjutan untuk membahas lebih jauh mengenai langkah-langkah strategis untuk pelestarian Rawa Tripa sesuai dengan rekomendasi dari Round Table Discussion 1. Tujuan 1. Memperkuat stakeholder atau jaringan stakeholder kunci untuk proses pencarian solusi dan pengelolaan Rawa Tripa ke depan yang berkelanjutan. 2. Mengidentifikasi kemungkinan solusi dan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih jauh di Rawa Tripa. 3. Merumuskan rencana strategis yang dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok pengambil keputusan dalam mencegah kerusakan lebih jauh di Rawa Tripa Hasil yang diharapkan. 1. Menguatnya jaringan stakeholder kunci untuk mencari solusi dalam membangun pengelolaan Rawa Tripa yang berkelanjutan. 2. Adanya solusi dan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih jauh di Rawa Tripa. 3. Adanya rumusan tentang rencana strategis yang dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok pengambil keputusan dalam mencegah kerusakan lebih jauh di Rawa Tripa 4. Terbentuknya Tim Independen yang akan menjalankan rencana strategis yang direkomendasikan dalam Round Table Discussion 2 Metode Round Table Discussion direncanakan akan berlangsung selama 2 hari dan dilaksanakan dalam bentuk diskusi dan workshop. Dihari pertama, kegiatan akan diawali dengan pemaparan hasil

pertemuan Round Table Discussion 1, yang dilanjutkan dengan pemaparan oleh perwakilan pemerintah daerah dan perkebunan dan diskusi mengenai program kerja ataupun upaya-upaya yang telah dilakukan mereka terkait dengan pelestarian kawasan Rawa Tripa sesuai dengan rekomendasi yang diusulkan dalam Round Table Discussion 1. Di hari kedua, dilaksanakan workshop untuk membahas lebih lanjut langkah-langkah strategis awal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan keberadaan kawasan Rawa Tripa. Peserta Peserta kegiatan ini adalah para pemangku kepentingan yang berada di daerah sasaran yaitu Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya serta LSM pemerhati Tripa dan jurnalis, terutama yang telah mengikuti kegiatan Round Table Discussion 1. 1. Masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan 2. Kecamatan (Darul Makmur dan Babahrot) 3. Pemkab Nagan Raya dan Abdya (Kasi Ekonomi) 4. Dishutbun Kab Abdya dan Nagan Raya. 5. Bapeda Kab Abdya dan Nagan Raya 6. BP KEL 7. Pemilik Hak Guna Usaha (Perkebunan Kelapa sawit), 8. Perwakilan media lokal 9. Perguruan Tinggi 10. LSM. 11. Expert/ahli Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan ini akan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : 18 19 Februari 2009 Tempat : Hotel Syafira, Blang Pidie Aceh Barat Daya atau salah satu hotel di Meulaboh (masih dalam konfirmasi) Jadwal Kegiatan Terlampir.

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Round Table Discussion Hari Pertama, Rabu 18 Februari 2009 Waktu Kegiatan Pemateri/Penanggung Jawab 09.00 09.30 WIB Registrasi peserta Panitia 09.30 10.00 WIB Pembukaan Panitia 10.00 10.30 WIB Coffee Break Panitia 10.30 11.00 WIB Review hasil/rekomendasi RTD 1 OCSP 11.00 12.00 WIB Pemaparan dan diskusi program kerja pemerintah (Dishutbun) Nagan Raya dan Abdya yang terkait dengan Rawa Tripa 12.00 13.00 WIB Ishoma Panitia 13.00 14.00 WIB Pemaparan dan diskusi program kerja perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berada di Rawa Tripa 14.00 16.00 WIB Pembahasan dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan lebih lanjut program kerja dari perkebunan dan pemerintah daerah dan sinergisitasnya dengan hasil RTD 1 sehingga menghasilkan poin-poin rencana strategis Dishutbun Nagan Raya dan Abdya PT Astra Agro Lestari dan PT Kallista Alam Fasilitator 16.00 16.30 WIB Coffee break Panitia 16.30 17.00 WIB Pemaparan hasil diskusi kelompok Fasilitator Hari Kedua, Kamis 19 Februari 2009 Waktu Kegiatan Pemateri/Penanggung Jawab 08.00 09.00 WIB Sarapan pagi Panitia 09.00 09.30 WIB Review kegiatan hari sebelumnya Panitia Peserta di bagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok konservasi dan kelompok ekonomi (pemberdayaan masyarakat) 09.30 10.30 WIB Diskusi dalam masing-masing kelompok Fasilitator untuk pembahasan lebih lanjut poin-poin strategis yang telah ditetapkan di hari sebelumnya 10.30 11.00 WIB Coffee Break Panitia 11.00 12.00 WIB Lanjutan Diskusi Fasilitator 12.00 13.00 WIB Ishoma Panitia 13.00 14.00 WIB Pemaparan hasil diskusi masing-masing Fasilitator kelompok 14.00 14.30 WIB Diskusi pleno penentuan tim independen Fasilitator yang akan melaksanakan lebih lanjut poin-

poin rencana strategis yang telah disepakati 14.30 15.00 WIB Kesimpulan dan rekomendasi Moderator 15.00 15.30 WIB Penutupan Panitia Lampiran 2. Daftar Peserta Round Table Discussion No Instansi/Lembaga Jumlah 1. Perwakilan masyarakat adat Tripa 6 orang 2. Camat Darul Makmur 1 orang 3. Camat Babahrot 1 orang 4. Pemda Nagan Raya (Kasi Ekonomi) 1 orang 5. Pemda Aceh Barat Daya (Kasi Ekonomi) 1 orang 6. Dishutbun Nagan Raya 1 orang 7. Dishutbun Aceh Barat Daya 1 orang 8. Bappeda Nagan Raya 1 orang 9. Bappeda Aceh Barat Daya 1 orang 10. Bapedalda Nagan Raya 1 orang 11. Bapedalda Aceh Barat Daya 1 orang 12. DPRK Nagan Raya 1 orang 13. DPRK Aceh Barat Daya 1 orang 14. BP KEL 1 orang 15. Unsyiah 1 orang 16. SILFA 1 orang 17. UNORC 1 orang 18. ICRAF 1 orang 19. Walhi NAD 1 orang 20. YLI 1 orang 21. Eye on Aceh 1 orang 22. LBH NAD pos Meulaboh 1 orang 23. OCSP 3 orang 24. YEL/PanEco 1 orang 25. Perwakilan media lokal 1 orang 26. PT Astra Agro Lestari 1 orang 27. PT Kalista Alam 1 orang 28. PT Gelora Sawita Makmur 1 orang 29. PT SOCFINDO 1 orang 30. PT Fajar Bazury & Brothers 1 orang 31. PT Cemerlang Abadi 1 orang Total 37 orang