95 ABSTRACTION PATIENT PERCEPTION OF COMPLIANCE WITH FAMILY DRINKING HYPERTENSION DRUG AND DIET IN THE HEART OF POLY RSD SIDOARJO Muhammad Sajidin The results from the MONICA (Multinational Monitoring of Trends Of Determination In Cardiovascular Diseases) incidence in Indonesia ranges between 6-18%, so roughly there are 20 million people with hypertension. According to the data at the heart of poly RSD Sidoarjo, patients recorded hiprtensi on as many as 15625 people in 2010 and in 2011 as many as 16 237 people. People assume that severe hypertension is not a disease, they underestimate hypertension. They assume hypertension is not difficult to handle. Perception of how the family is a family give meaning or interpretation of a stimulus. It is the difference in mean menyebahkan suggestions given by health workers for treatment programs for patients with hypertension. A hypertensive patient treatment will be very excited if the support of family members. With the family who can perceive the stimulus correctly, then the patient will be able to undergo treatment well, and increase motivation to adhere to treatment and diet she lived. Support health professionals is another factor that can affect patient adherence to face the fact that the new healthy behaviors is important. Keywords: Perception family, Hypertension
96 PENDAHULUAN Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tergolong dapat membunuh manusia secara tidak terduga. Orang yang terkena hipertensi terkadang tidak menyadari apabila tekanan darahnya sudah melebihi ambang batas, yaitu tekanan darah sistolik 140 mmhg, dan tekanan darah diastolik 90 mmhg, atau bila pasien telah mendapatkan obat anti hipertensi (Mansyoer.A, 2001). Hipertensi akan semakin parah apabila penderita tidak mau minum obat dan patuh terhadap diet yang telah ditentukan. Prevalensi penyakit hipertensi di dunia menurut Sutomo (2009) yang dilaporkan dari data Join National Commite On Prevention Detection Evaluation, And Treadment On High Blood Pressure 7, penderita hipertensi di dunia hampir mencapai angka 1 milyar. Sekitar 600 juta penderita tersebar di beberapa Negara berkembang. Hasil penelitian dari MONICA (Multinational Monitoring Of Trend Determination In Cardiovascular Diseases) angka kejadian di Indonesia berkisar antara 6-18 %, jadi kira-kira terdapat 20 juta penderita hipertensi. Menurut data di poli jantung RSD Sidoarjo, tercatat penderita hiprtensi pada tahun 2010 sebanyak 15625 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 16237 orang. Pengobatan dari hipertensi untuk menghindari komplikasi adalah dengan cara mencegah, perubahan pola hidup dan pengobatan teratur. Perubahan pola hidup dapat dilakukan dengan cara olah raga, berhenti merokok, mengurangi konsumsi garam, mengurangi kolesterol dan berhenti minum minuman yang beralkohol. Diet yang dianjurkan dan dipatuhi adalah diet rendah garam, yang mana diet ini bisa membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah. PERMASALAHAN Masyarakat beranggapan hipertensi bukan penyakit yang
97 berat, mereka meremehkan hipertensi. Mereka beranggapan hipertensi tidak sulit untuk ditangani. Tingkat kepedulian masyarakat untuk memeriksakan diri mereka juga masih rendah, mereka juga tidak tahu akibat atau dampak yang dapat ditimbulkan. Akibat dari hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi antara lain gagal ginjal, jantung koroner, gagal jantung, mata dan stroke. hipertensi merupakan penyakit yang menahun dan memerlukan pengobatan yang lama atau dapat dikatakan harus minum obat selamanya, sehingga tidak sedikit pasien yang merasa bosan atau putus asa terhadap pengobatan. PEMBAHASAN Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh peng inderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian dan diteruskan ke otak, selanjutnya individu menyadari tentang adanya sesuatu. Melalui persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal-halyang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004). Menurut ahli lain persepsi merupakan pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungannya dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Memberikannya makna terhadap stimulus. Persepsi berbeda dengan sensasi,meski kata-katanya berhubungan, sensasi merupakan pengalaman elementer yang segera dan tidak perlu penguraian verbal, simbolis atau konseptual terutama berhubungan dengan kegiatan alat indera. Sedangkan persepsi adalah bagaimana seseorang memberikan arti terhadap stimulus tersebut (Noto atmodjo, 2010). Persepsi berbeda dengan sensasi, meski kata-katanya berhubungan, sensasi merupakan pengalaman elementer yang segera dan tidak perlu penguraian verbal, simbolis atau konseptual terutama berhubungan dengan kegiatan
98 alat indera. Sedangkan persepsi adalah bagaimana seseorang memberikan arti terhadap stimulus tersebut ( Noto atmodjo, 2010 ). Persepsi merupakan cara pandang sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya fikir, artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang di respon melalui panca indera, daya ingat, daya jiwa (Marliani, 2010). Persepsi keluarga tergantung bagaimana keluarga memberikan arti atau menafsirkan suatu stimulus. Hal inilah yang menyebahkan perbedaan dalam mengartikan anjuran anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk program terapi bagi pasien hipertensi. Seorang pasien hipertensi akan sangat bersemangat berobat apabila mendapat dukungan dari anggota keluarga. Karena penyakit hipertensi merupakan penyakit yang menahun dan memerlukan pengobatan yang lama atau dapat dikatakan harus minum obat selamanya, sehingga tidak sedikit pasien yang merasa bosan atau putus asa terhadap pengobatan. Pada saat seperti inilah keluarga harus dapat memberikan bantuan dengan mengartikan atau menafsirkan stimulus yang ada, agar pasien tidak putus asa terhadap program pengobatan yang dijalaninya. Dengan adanya keluarga yang dapat mempersepsikan stimulus dengan benar, maka pasien akan dapat menjalani pengobatan dengan baik, dan meningkatkan motivasi untuk mematuhi pengobatan dan diet yang dijalaninya. Oleh karena itu sangat besar sekali pengaruh persepsi keluarga dalam meningkatkan kepatuhan individu untuk menjalani program pengobatan. Keluarga yang dapat mempersepsikan atau menafsirkan stimulus dengan benar maka akan didapatkan persepsi yang positif dan sebaliknya keluarga yang tidak dapat mempersepsikan stimulus dengan benar, maka akan didapatkan persepsi yang negatif. Sedangkan faktor-faktor yang
99 mempengaruhi persepsi keluarga adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Umur menggambarkan proses kematangan seseorang, dan persepsi juga dapat dipengaruhi oleh usia dan kematangan, sehingga apabila seseorang yang sudah matang, akan tetapi dia salah dalam mempersepsikan atau menafsirkan maka persepsinya menjadi negatif, tingkat pendidikan mereka bisa memberikan penafsiran stimulus yang ada dengan benar dan mampu berfikir dengan baik, karena ilmu dan pengalaman yang telah mereka dapatkan. orang yang tidak bekerja, akan kesulitan untuk menafsirkan stimulusnya, karena mereka tidak bisa tukar pendapat dengan orang lain, untuk menambah pengetahuannya. KESIMPULAN sangat besar sekali pengaruh persepsi keluarga dalam meningkatkan kepatuhan individu untuk menjalani program pengobatan. Keluarga yang dapat mempersepsikan atau menafsirkan stimulus dengan benar maka akan didapatkan persepsi yang positif dan sebaliknya keluarga yang tidak dapat mempersepsikan stimulus dengan benar, maka akan didapatkan persepsi yang negatif. Dukungan professional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi penderita kepatuhan menghadapi kenyataan bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang mereka dapat penting. Begitu juga mempengaruhi perilaku penderita dengan cara mereka terhadap tindakan tertentu dari penderita dan secara terus menerus memberikan penghargaan positif bagi penderita yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S, DR, 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Anronson, P dan Jeremy, 2010. At a Glance edisi 3 Sistem
100 Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga Arief Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Baradero, M, 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume 2. Jakarta ; EGC Dalimartha, S, 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebarplus Davey, P, 2005. At a Glance Medicine, Jakarta: Erlangga Dekker, L, 2005. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Surya Multi Grafika Hidayat, A.A Alimul, 2010. Kesehatan; Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Books Publishing Peter, H, 2006. Hipertensi Mendeteksi dan Mencegah. Jakarta : Buana Populer Ridwan, M. 2010. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang. Pustaka Widyamara Santoso, J. 2010.Membonsai Hipertertensi. Surabaya. Jaringpena Soekidjo Notoatmojo, 2002. Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Soekidjo Notoatmojo, 2005. Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Saragih Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Jakarta. Rosemata Publisher Sukandarrumidi. 2006. Petunjuk Praktis Untuk Pemula. Yogyakarta. UGM Press Susi Purwati, dkk, 2004. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya