BAB II TINJAUAN PUSTAKA. revenue. Istilah pendapatan digunakan untuk menyatakan penghasilan (revenue)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan informasi yang bersifat

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. yang penting karena pendapatan adalah objek atas aktivitas

PENJUALAN ANGSURAN (INSTALLMENT SALES)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAPATAN. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. I B R A H I M STIE-YPUP Makassar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan adanya perkembangan ekonomi yang sangat pesat, maka peranan

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LAPORAN ARUS KAS

PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT. YUDHISTIRA GHALIA INDONESIA KANTOR PEMATANG SIANTAR. Drs. Lukieto Cahyadi, SE, MM STIE Bina Karya Tebing Tinggi ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT TUNAS BARU SULAWESI DI MAKASSAR

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN AKUNTANSI DAN LANDASAN TEORITISNYA (Materi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang mempunyai unsur kegiatan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dari review terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Tinjauan Pustaka. mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan terhadap pihak-pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II LANDASAN TEORI

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

Pengakuan Pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II LANDASAN TEORI

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan a. Pengertian Pendapatan Pendapatan sering juga diartikan sebagai penghasilan atau juga disebut revenue. Istilah pendapatan digunakan untuk menyatakan penghasilan (revenue) dalam kerangka dasar untuk penyajian dan penyusunan laporan laba rugi. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, bunga, deviden, royalti dan sewa. Pendapatan (revenue) didefinisikan oleh SFAC No.6 adalah arus masuk atau peningkatan nilai aktiva entitas atau penyelesaian kewajiban( kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa atau pelaksanaan kegitatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. Pendapatan menurut IAI (2004:23) Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Berdasarkan kutipan diatas, diketahui bahwa pendapatan terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan bukan berasal dari pinjaman

atau pertambahan ekuitas. Dengan demikian jumlah yang dapat ditagih atas nama pihak ketiga, seperti PPN bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas (jumlah kepemilikan atas perusahaan tersebut) dan oleh karena itu harus dikeluarkan dari perkiraan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh akan mengakibatkan aktiva bertambah atau hutang berkurang. Pertambahan pendapatan mengakibatkan pertambahan aktiva akan tetapi bukan mengakibatkan pertambahan modal. b. Sumber dan Jenis Pendapatan Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan (earning proces). Dalam perusahaan dagang, pendapapatan timbul dari penjualan barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan diperoleh dari penjualan produk selesai. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain. Adapun jenis jenis pendapatan dari satu kegiatan perusahaan adalah sebagai berikut : d. Pendapatan operasional Pendapatan ini timbul dari hasil kegiatan usaha dan operasional perusahaan baik dari hasil penjualan barang dagang maupun penjualan jasa dan kegiatan utama perusahaan lainnya yang termasuk tujuan utama dari perusahaan tersebut. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan usaha perusahaan serta terjadi berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya.

Adapaun jenis pendapatan operasi setiap perusahaan berbeda-beda yang ditentukan oleh bidang usaha yang dijankankan perusahaan tersebut. Menurut Dyckman, Dukes dan Davis (2002 : 239) pada dasarnya pendapatan operasional timbul dari berbagai cara yaitu : a. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan tersebut tanpa penyerahan jasa yang telah selesai diproduksi. b. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya hubungan yang telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi. c. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan para investor. e. Pendapatan non operasional ( pendapatan lain-lain ) Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain diluar kegiatan utama perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional yang sering juga disebut sebagai pendapatan lain-lain.pendapatan ini diterima perusahan tidak kontiniu namun menunjang pendapatan operasional perusahaan. Adapun jenis pendapatan non operasional dapat dibedakan sebagai berikut: a. Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahan lainnya oleh pihak lain. Contohnya : pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan royalty, dan lain-lain.

b. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi. Contohnya : penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva berwujud. c. Pendapatan bunga dan royalti, keuntungan penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan deviden adalah merupakan pendapatan diluar operasi bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan dan manufaktur. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap dan investasi jangka panjang hanya sebesar jumlah harga jual di atas nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan sebagai keuntungan (gain). Dari timbulnya pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan meliputi semua hasil yang diperoleh dari bisnis dan investasi. Kaitannya dengan operasi perusahaan, pada umum nya sumber dan jenis pendapatan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 3. Pendapatan dari Operasi Normal Perusahaan Pendapatan yang timbul daripenjualan barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang berhubungan lan gsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal dan sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan terjadi berulang ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Adapun jenis dari pendapatan operasi untuk tiap perusahaan berbeda beda, tergantung pada kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan tersebut.

Jenis pendapatan tersebut dapat dikategorikan sebagai pendapatan apabila pendapatan tersebut merupakan hasil penjualan barang dan jasa yang menjadi objek atau sasaran utama dari usaha pokok perusahaan. 4. Pendapatan dari Luar Operasi Perusahaan Pendapatan dari luar operasi perusahaan adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, akan tetapi bukan diperoleh deri kegiatan operasional utama perusahaan. Pendapatan ini juga diterima perusahaan tidak secara berkesinambungan ataupun terus menerus namun menunjang pendapatan operasional perusahaan. Adapun jenis pendapatan ini dapat dibedakan sebagai berikut : a. Pendapatan yang diperoleh dari pengguna aktiva atau sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain. Contohnya : pendapatan bunga, sewa, royalti, dan lain lain. b. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi. Contohnya : penjualan surat surat berharga, penjualan aktiva tidak berwujud (gain on sales of fixed assets). Pendapatan bunga, sewa, royalty, keuntungan (laba), penjualan aktiva tetap, dan investasi jangka panjang serta deviden merupakan pendapatan diluar usaha bagi perusahaan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan perdagangan. Pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan aktiva tetap dan investasi jangka panjang hanya sebesar jumlah harga jual di atas nilai buku

aktiva tetap yang bersangkutan dan umumnya disebut keuntungan atau laba (gain). c. Konsep konsep Pendapatan Pengertian dan penafsiran yang berkelainan dengan pendapatan disebabkan oleh adanya latar belakang yang berbeda dalam penyusunan konsep pendapatan itu sendiri. Dari berbagai literatur teori akuntansi dapat diketahui bahwa terdapat berbagai konsep mengenai pendapatan. Walaupun setiap konsep pendapatan yang ada akan menimbulkan pengertian dan penafsirannya masingmasing, namun sebenarnya konsep-konsep pendapatan tersebut memiliki dasar yang sama. Secara garis besar konsep mengenai pendapatan dapat ditinjau dari dua segi pandang : 1) Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi Pendapatan adalah nilai maksimum yang dapat dikomsumsi oleh seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Definisi pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total aktiva dalam perusahaaan pada awal periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah aktiva awal periode ditambah dengan perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang. 2) Pendapatan Menurut Ilmu Akuntansi Pandangan akuntansi memiliki keanekaragaman dalam memberikan definisi pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah.

Konsep ini mengikuti prinsip prinsip pendapatan, prinsip biaya (cost), prinsip penandingan (matching), dan pernyataan (postulat) periode akuntansi. Keuntungan dari konsep ini adalah dapat terus menerus ditelusuri dan di uji karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan di laporkan secara objektif, maka perhitungan pendapata ini dapat diperiksa, dan memenuhi prinsip konservatif karena yang diakui hanya pendapatan yang direalisasi dan tidak memperhatikan perubahan nilai. Konsep ini dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama dalam rangka pelaporan tugas tugas manajemen tentang sumber daya yang mereka kelola. Kelemahan konsep ini adalah kenaikan nilai aktiva diabaikan karena penerapan prinsip historis dan realisasi. Hal ini akan berakibat pada kurang bergunanya rasio rasio keuangan sebab data data yang disajikan sesuai dengan prinsip konservatif yang historis. Kondisi ini menggambarkan perusahaan terlalu berhati hati dan tidak mengungkapkan secara menyeluruh informasi yang diberikan adalah informasi yang historis. Menurut Hendriksen (2002 : 163) ada 2 (dua) pendekatan terhadap konsep pendapatan yang ditemui dalam literatur literatur akuntansi yaitu : e. Konsep Arus Masuk( Inflow Concept) Konsep arus masuk adalah sebuah pandangan yang menekankan pada arus masuk atau peningkatan aktiva yang timbul sebagai akibat dari aktifitas operasional perusahaan, atau arus masuk menegaskan bahwa pendapatan ada karena dilaksanakan kegiatan usaha.

f. Konsep Arus Keluar (Out Flow Concept) Konsep Arus keluar adalah sebuah pandangan yang menganggap pendapatan sebagai arus keluar dalam arti bahwa dasar timbulnya pendapatan adalah diawali dengan proses penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan melalui factor- factor produksi selama masa tertentu.barang atau jasa tersebut akan keluar dari perusahaan melalui penjualan atau penyerahan barang atau jasa yang kemudian menimbulkan pendapatan bagi perusahaan. 2. Pengakuan Pendapatan a. Kriteria pengakuan pendapatan Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 5 yang dikemukakan oleh Dykman (2000:237), pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negatif atau beban dan kerugian. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba dan rugi. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang atau pun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan yang sering disebut dengan hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan dividen.

Skousen ( 2002 : 232 ) Pengakuan adalah pencatatan item dalam akun-akun dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran item baik dalam kata-kata maupun jumlah, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keauangan. Menurut IAI, ( 2002 : 20 ): Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi variabel serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkan kedalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau lapaoran laba rugi. Kelalaian dalam mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalaui kebijakan akuntansi yang digunakan melalui catatan atau materi penjelasan. Secara umum suatu item atau pos dalam laporan keuangan dapat diakui apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu: 1. Definisi (Definition) Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi operasional yang jelas untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian). 2. Dapat diukur ( Measurability) Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan atribut yang relevan untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya

historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih. 3. Relevan (Relevance) Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, informasinya mampu menghasilkan manfaat pemerintah. 4. Keandalan (Reability) Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar, dapat diuji dan netral. Keempat kriteria pengakuan diatas diterapkan pada semua transaksi atau kejadian ekonomi yang akan diakui pada laporan keuangan. Dari keempat kriteria pengakuan tersebut, relevan dan reability adalah dua karakteristik kualitatif utama dari Informasi akuntansi. Pengakuan pendapatan menurut Skousen ( 2002 : 297 ) adalah tahap dimana akuntan menggunakan catatan penjualan melalui jurnal entry dalam catatan akuntansi formal. Pengakuan menunjukkan waktu, kapan transaksi dicatat pada buku perusahaan. Pendapatan dan keuntungan biasanya diakui ketika: 1. Pendapatan dan keuntungan sudah direalisasi atau dapat direalisasi 2. Pendapatan dan keuntungan tersebut sudah menjadi hak perusahaaan karena pekerjaan sudah dilaksanakan. Pendapatan pada umunnya berasal dari transaksi penjualan antara lain : a. Penjualan produk b. Pemberian jasa dan dari transaksi lain

c. Pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain d. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain inventory / barang dagangan. Pendapatan yang berasal dari penjualan produk ada beberapa alternatif untuk mengakui pendapatannya antara lain : 3. Pendapatan diakui pada saat penjualan atau pada saat penyerahan barang 2. Pendapatan diakui sebelum barang diserahkan 3. Pendapatan diakui sesudah barang diserahkan 4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan Pengakuan pendapatan pada saat barang diserahkan. Dalam hal ini ada beberapa permasalahan antara lain yaitu : Jika penjualan dilakukan dengan persutujuan pembelian kembali. Apabila persetujuan pembelian kembali dilakukan pada harga tertentu yang relatif tinggi, maka dalam hal ini tidak diakui pendapatan padahal sudah terjadi penjualan. Jika penjualan dilakukan dengan hak pengembalian. Apabila return penjualan jumlahnya relatif besar ( diatas normal ) seperti yang dapat terjadi pada perusahaan penerbitan. Perusahaan makanan yang mudah rusak, perusahaan rekaman kaset, pabrik mainan, dan alat-alat olahraga, biasanya barang-barang ini dijual dengan cara konsinyasi dimana jika barang sudah terjual baru diakui penjualan. Dalam hal ini ada 3 (tiga) metode pengakuan pendapatan yang dapat digunakan yaitu :

1. Tidak mecatat penjualan sampai hak return habis maka berlakunya 2. Mencatat penjualan tapi mengurangi jumlah penjualan dengan taksiran return penjualan 3. Mencatat penjualan dan memperhitungkan return penjualan sewaktu terjadi. b. Metode Pengakuan Pendapatan Menurut Belkoui (2006:281), ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu : 1) Dasar kejadian penting (Critical Event Basis/Cash Basis) Kriteria ini telah mengarah kepada kejadian penting mengenai pendapatan pada suatu titik tertentu dalam proses laba, yaitu pada suatu titik tertentu dalam proses laba, yaitu pada saat harta terjual atau jasa diserahkan. Ini berarti, dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni (pure basis), pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Jurnal : Pencatatan pada saat pendapatan dan kas diterima : Kas x Penjualan x 2) Dasar akrual (Accrual Basis) Menurut dasar akrual pendapatan diakui apabila penjualan barang atau jasa telah dilakukan pada saat terjadinya tanpa memandang pada saat

K periode penerimaan. Dengan demikian metode dasar akrual memperhitungkan pendapatan pada saat terjadinya penjualan. Sesuatu hal yang sering terjadi bahwa sesuatu pendapatan telah diterima tetapi kewajiban atas pendapatan tersebut belum diselesaikan dan dapat juga terjadi hal yang sebaliknya. Untuk tujuan pencatatan dan pelaporan dalam akuntansi diperlukan adanya pengakuan yang jelas tentang kapan pendapatan itu terjadi. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus dilaporkan selama produksi, maka dalam hal ini apabila keuntungan dapat dihitung secara sebanding dengan tugas yang dikerjakan atau jasa yang dilaksanakan pada akhir produksi, maka pendapatan diakui pada barang atau pada pengumpulan hasil penjualan. Pada saat diakui pendapatan yang ditandai dengan perpindahan pemilikan dari penjual ke pembeli. Jurnal : Piutang Kas Menurut Kieso (2004:599) dalam bukunya mengatakan pengakuan pendapatan dilakukan dengan empat cara : 1) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan Sering disebut dengan Point of Scale (titik penjualan). Pendapatan dari penjualan barang biasanya dianggap realisasi pada waktu produk yang

dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain. Pada saat itu harga jual disepakati, pembeli mendapatkan hak kepemilikan atas barang tersebut, dan penjual mempunyai klaim (tuntutan) yang sah terhadap pembeli. 2) Pengakuan pendapatan pada saat sebelum penjualan Dalam situasi tertentu pendapatan dapat diakui pada saat sebelum penjualan (penyerahan). Dimana aktivitas pemerolehan pendapatan yang berhubungan dengan jangka waktu, serta jumlah pendapatan yang harus diakui dalam proses atau aktivitas produktifnya. Dalam hal semacam ini melaporkan pendapatan sebelum terjadinya penyerahan barang berdasarkan kontrak akan lebih bermanfaat. Misalnya kontrak jangka panjang dimana dalam pengakuannya menggunakan metode persentase penyelesaian atau kontrak selesai. 3) Pengakuan pendapatan pada saat sesudah penjualan Pendapatan diakui setelah penyediaan jasa dan penyerahan barang benar terjadi. Namun dalam beberapa kasus, transaksi yang berhubungan dengan upaya untuk memperoleh pendapatan yang menyangkut ketidakpastian dengan penerima kasnya. Adanya ketidakpastian yang besar dalam penerimaan kasnya membuat pengakuan pendapatan menunggu sampai dengan diterimanya kas dari hasil penjualannya. Misalnya penjualan cicilan. Metode pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang dan jasa, yaitu

1. Akrual (Accrual Basis), waktu pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Perlakuan akuntansi terhadap harga pokok produk atau jasa dibebankan kepada pendapatan pada saat terjadinya transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa. 2. Angsuran (Installment), waktu pengakuan pendapatan pada saat terjadinya penerimaan kas. Pada umumnya sebagian dari penerimaan kas diakui sebagai laba. Perlakuan akuntansinya ditangguhkan untuk dibandingkan dengan bagian dari tiap penerimaan kas dan biasanya dilakukan dengan menangguhkan laba. 3. Pemulihan kas (Recovery Cash), waktu pengakuan pendapatannya terjadi pada saat penerimaan kas, tetapi diatas jumlah harga pokok atau biaya barang yang dijual. Perlakuan akuntansinya ditangguhkan untuk dipertemukan dengan total penerimaan kas. 4. Metode kas (Cash Basis), pada saat terjadinya penerimaan kas adalah waktu pengakuan pendapatan, sedangkan dalam perlakuan beban semua biaya dibebankan sebagai beban ketika dikeluarkan. 4) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan khusus Penjualan khusus atau konsinyasi, mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee.

Menurut Horngren ( 2002 : 111 ) ada 2 (dua) basis akuntansi yang digunakan secara luas yaitu : 1. Accrual Basis ( Dasar Akrual ) Pengaruh dari suatu kejadian usaha langsung diamati pada saat terjadinya jika suatu usaha memberikan suatu jasa, melakukan penjualan, atau menyelesaiakan suatu beban, transaksi tersebut akan dicatat dalam buku tanpa memperhatikan apakah uang kas diterima atau belum atau apakah uang kas sudah dikeluarkan atau belum. Accrual basis merupakan suatu laporan yang mengangap pendapatan sebagai penerimaan dalam periode dimana penjualan dilakukan ataupun jasa-jasa yang telah dilaksanakan tanpa memandang waktu penagihan dan beban dianggap telah digunakan pada periode itu, dalam waktu dimana telah terjadi tanpa memandang waktu pembayarannya. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis antara lain : a) Selama kegiatan produksi. Dalam hal sewa,bunga dan komisi diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menetapkan kenaikan bertahap dalam tagihan pelanggan. b) Untuk kotrak jangka panjang, pendapatan diakui berdasarkan kamajuan pekerjaan atau persentasi penyelesaian.

c) Pendapatan dari Cost Plus Fixed Fee Contrac, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan kontrak Fee yang sudah tetap ditambah biaya-biaya tertentu. d) Perubahan asset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan, seperti peternakan, dan hutan tanam industri untuk industri perkayuan. 2. Cash Basis ( Dasar Kas ) Dasar kas adalah jika pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti, Pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Pendapatan diakui setelah kas diterima (pembayaran telah dilaksanakan). Dyckman, Dukes dan Davis (2003 : 238) mengemukakan tentang prinsip pendapatan yaitu pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika : 1. Pendapatan dihasilkan 2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal.

Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditi, seperti emas atau gandum, dimana ada pasar publik untuk jumlah yang tidak terhingga dari produk tersebut yang dapat dibeli atau dijual pada harga pasar yang telah diketahui. Belkaui (2004 :180) menyatakan definisi awal prinsip realisasi, yaitu : Makna inti realisasi adalah bahwa perubahan dalam asset atau hutang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun. Pengakuan ini tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak pihak yang independen atau dalam praktik perdagangan yang berlaku, atau dalam pengertian kinerja kontrak yang dianggap pasti benar. Pendapatan diakui segera setelah kedua kriteria ini dipenuhi. Masalah akuntansinya adalah menentukan kapan kriteria kriteria ini dipenuhi untuk ber bagai jenis transaksi yang menghasilkan pendapatan. Skousen (2002 :448) menegaskan bahwa pernyataan di atas dengan mengemukakan kutipan dalam FASB mengenai pengakuan pendapatan dan laba yaitu pada saat : 1. Pendapatan dan laba telah direalisasikan atau dapat direalisasikan, 2. Pendapatan dan laba ini dihasikan oleh aktifitas yang telah mengalami penyelesaian substansial selama proses memperoleh pendapatan. Kedua kriteria ini biasanya dipenuhi pada titik penjualan (point of sales), yang sering terjadi ketika barang diantar atau ketika pelayanan diberikan kepada pelanggan. Biasanya aktiva dan pendapatan diakui secara bersamaan. Dengan demikian, penjualan persediaan menghasilkan peningkatan kas atau piutang dagang dan sekaligus

peningkatan dalam pendapatan penjualan. Ketika kriteria pengakuan pendapatan sepenuhnya dipenuhi, pendapatan diakui dan hutang berkurang. 3. Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Angsuran (penjualan cicilan ) a. Pengertian Penjualan Angsuran Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu : 1) Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, maka penjual menerima pembayaran pertamanya yang merupakan sebagian dari harga penjualan, yang disebut dengan Down Payment. 2) Sedangkan sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran. Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan berdasarkan rencana pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjual menerima uang muka (DP) dan sisanya dibayarkan dalam bentuk pembayaran cicilan selama waktu beberapa tahun. Dari kedua definisi diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan penjual dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap yaitu pada saat barangnya diserahkan kepada pembeli, penjual menerima (Down Payment) dan sisanya dibayar beberapa kali angsuran selama beberapa bulan atau tahun. Penjualan angsuran dan penjualan kredit sebenarnya tidak sama. Karena pembayarannya sama-sama dilakukan tidak secara tunai, maka penjualan angsuran dan penjualan kredit dianggap sama.

Adapun perbedaan penjualan angsuran dan penjualan kredit adalah sebagai berikut : 1. periode penjualan angsuran lebih lama yaitu 6 bulan 5 tahun daripada penjualan kredit biasa (umurnya 30 hari 60 hari). 4. Pada kredit biasa, perbandingan hak milik barang kepada pembel langsung terjadi pada saat transaksi penjualan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada penjualan angsuran. 5. Resiko kerugian tidak tertagihnya piutang dan biaya penagihan piutang akan lebih besar jumlahnya pada penjualan angsuran daripada penjualan kredit biasa. 6. Dalam pejualan angsuran biasanya dibuat perjanjian antara pembeli dengan penjual sehingga penjual tidak dirugikan terlalu besar jika terjadi pemilikan kembali terhadap barang yang telah dijual secara angsuran. b. Pembatalan Kontrak Penjualan Angsuran dan Kepemilikan Kembali. Apabila pihak debitur tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang angsurannya (sesuai dengan kontrak), pihak kreditur berhak untuk menarik kembali barang dagang yang telah dijual kepada pihakbebitur. Jika terjadi hal demikian maka pihak kreditur melakukan tindakan sebagai berikut : e. Menilai barang-barang yang ditarik kembali dengan nilai wajar. f. Mencatat pemilikan kembali. g. Menghapus saldo perkiraan piutang usaha angsuran. h. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan.

i. Mencatat rugi dari pemilikan kembali. Jika perusahaan menggunakan sistem fisik (physical inventory system) di dalam mencatat persediaan barang dagang, maka perkiraan Persediaan barang dagang Pemilikan kembali merupakan perkiraan nominal dan akan dicantumkan pada perhitungan rugi laba sebagai penambahan dan pembelian barang dagang. Tetapi jika perusahaan menggunakan sistem balans permanen (perpetual system) perkiraan tersebut akan menambah persediaan barang dagang pada kartu stock. g. Penetapan Harga Penjualan Angsuran Pada dasarnya diitempuhnya suatu penjualan angsuran adalah karena terlihatnya perbadaan yang cukup jelas antara penjualan tunai dengan penjualan angsuran hal ini dapat dilihat jelas pada harga jualnya. Perbedaan antara harga penjualan tunai dengan harga penjualan angsuran ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor berikut : 1. Resiko Kontrak penjualan angsuran menawarkan persetujuan kredit yang longgar mampu menarik banyak konsumen. Namun disamping itu dengan periode pembayaran yang relatif panjang, kemampuan membayar konsumen bisa saja berubah, itulah sebabnya perlu dilakukan perjanjian terlebih dahulu khususnya untuk penjualan terhadap barang-barang yang tidak bergerak. Untuk mengantisipasi terjadinya kerugian dalam kepemilikan kembali maka penjual perlu memperhatikan beberapa hal tersebut :

b. Besarnya uang muka harus cukup untuk menutup semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang dari semula barang baru menjadi barang bekas. c. Jangka waktu pembayaran diantara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya tidak terlalu lama, jika dapat tidak lebih dari satu bulan. d. Besarnya pembayaran angsuran berkala harus diperhitungkan cukup untuk menutup kemungkinan penurunan nilai barang yang ada selama ada jangka waktu yang satu dengan pembayaran yang berikutnya. 2. Bunga / Interest Adanya perbedaan waktu antara saat penyerahan uang atau barang dan jasa dengan pembayaran berkala yang secara prinsip ekonomi harus dikenakan bunga atau interest. Biasanya bunga terakhir sudah dimasukkan dalam perhitungan total pembayaran angsuran, namun yang perlu diperhatikan adalah dasar yang digunakan untuk penetapan besarnya bunga yang berlaku untuk sekedar investasi, tetapi untuk sekedar perdagangan.

SIMULASI PENJUALAN ANGSURAN MOBIL Harga On The Road : 120.000.000 Down Payment : 20.00 % 24.000.000 Total Asuransi Kendaraan : 8.505 % 10.206.000 Asuransi tahun 1 : 3.150 % 3.780.000 Asuransi tahun 2 : 5.355 % 6.426.000 Asuransi tahun 3 : 0.000 % - Asuransi tahun 4 : 0.000 % - Asuransi Cash tahun 1 : 3.150 % 3.780.000 Premi ACP : 0.00 % - Pokok Hutang Kendaraan 96.000.000 Pokok Hutang Asuransi 6.426.000 Total Pokok Hutang Kendaraan Non ACP 102.426.000 Total Pokok Hutang Kendaraan + ACP 102.426.000 Tenor : 3 Tahun Rate Jual : 10.50 % 32.264.500 Rate Standard : 10.50 % 32.264.500 Biaya Administrasi : 400.000 Biaya Fidusia : 375.000 Biaya Polis Asuransi : 50.000 Jumlah Hutang Non ACP : 134.690.000

Jumlah Hutang + ACP : 134.690.500 Angsuran per Bulan + ACP 35 X 3.742.000 Total Pembayaran I : 32.347.000 PDC Balik / Subsidi Rate : - AF Payment : 87.653.000 KETERANGAN LAIN Total Pembayaran I Down Payment Rp. 24.000.000 Asuransi Cash Tahun 1 Rp. 3.789.000 Biaya Administrasi Rp. 400.000 Biaya Fidusia Rp. 375.000 Biaya Polis Asuransi Rp. 50.000 Angsuran 1 Rp. 3.742.000 Total Pembayaan I Rp. 32.347.000

d. Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran Pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Laba Kotor diakui pada saat penjualan (Accural Basis) Transaksi penjualan angsuran diperlakukan seperti halnya transaksi penjualan kredit. Laba kotor yang terjadi diakui pada saat penyerahan barang dengan ditandai oleh timbulnya piutang / tagihan kepada pihak debitur. Berikut ini adalah pencatatan jurnal laba kotor : a. Jika barang dagang dijual secara angsuran, maka perusahaan akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit hasil penjualan angsuran tersebut. Selisihnya akan direalisasi pada periode yang sama terjadinyapenjualan angsuran tersebut. Jurnalnya sebagai berikut : Piutang usaha angsuran Penjualan angsuran b. Jika dipergunakan system balans permanen (perpetual inventory system), maka jurnalnya ditambah dengan mendebit perkiraan harga pokok penjualan angsuran dan mengkredit perkiraan persiadaan barang dagang. Jurnalnya sebagai berikut : Piutang usaha angsuran Penjualan angsuran Harga pokok penjualan angsuran

Persediaan barang dagang c. Jika terjadi beban tak tertagihnya piutang dan lain sebagainya, perkiraan bebannya didebit dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti Penyisihan biaya penjualan penjualan angsuran dan Penyisihan piutang angsuran. Jurnalnya sebagai berikut : Beban usaha Penyisihan piutang angsuran/ Penyisihan biaya penjualan angsuran d. Jika pada periode berikutnya beban penjualan angsuran tersebut terjadi, penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak tertagih akan dikredit. Jurnalnya sebagai berikut : Penyisihan piutang angsuran/ Penyisihan biaya penjualan angsuran Kas Piutang usaha angsuran 2. Laba Kotor dihubungkan dengan periode-periode terjadinya realisasi penerimaan kas (Cash Basis) Laba kotor yang diakui sesuai dengan jumlah uang kas dari penjualan angsuran yang direalisasikan dalam periode-periode yang bersangkutan. Prosedur ini biasanya digunakan untuk kontrak-kontrak penjualan yang jangka waktunya

melampaui satu periode akuntansi. Prosedur mana yang akan dipakai harus benarbenar dipertimbangkan sesuai dengan rencana penjualan angsuran yang ada, sehingga akan benar-benar cocok dengan kehendak dalam mengukur laba (rugi) yang akan terjadi. Dalam metode laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan. Berikut ini adalan pencatatan jurnalnya : a. Jika barang dagang dijual secara angsuran, dan jika perusahaan menggunakan sistem fisik dalam pencatatan persediaanya, maka perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan penjualan angsuran. Jurnalnya sebagai berikut : Piutang usaha angsuran Penjualan angsuran b. Jika perusahaan menggunakan system balans permanen, selain jurnal tersebut diatas ditambah jurnal pengakuan harga pokok penjualan angsuran tersebut. Jurnalnya sebagai berikut : Piutang usaha angsuran Penjualan angsuran Harga pokok penj. Angsuran Persediaan barang dagang

c. Penagihan piutang usaha angsuran akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha angsuran. Jurnalnya sebagai berikut : Kas Piutang usaha angsuran Pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat mengenai tiga hal, sebagai berikut : d. Mencatat harga pokokpenjualan angsuran. Perkiraan pengiriman barang penjualan angsuran merupakan perkiraan rugi laba atau perkiraan nominal dan harus ditutup ke perkiraan laba/rugi. Jurnalnya sebagai berikut : Harga pokok penj. Angsuran Pengiriman barang penj. Angsuran Jika perusahaan menggunakan sistem fisik, jika perusahaan menggunakan sistem balans permanen maka jurnal ini tidak diperlukan karena pengakuan harga pokok penjualan angsuran telah dilakukan pada saat terjadinya penjualan angsuran tersebut. 1. Mencatat laba kotor yang ditangguhkan. Jurnalnya sebagai berikut : Penjualan angsuran Harga pokok penj. Angsuran

Laba kotor yang ditangguhkan Jurnal penyesuaian ini berlaku baik untuk sistem fisik maupun balans permanen. 2. Mencatat realisasi laba kotor atas penerimaan kas dari hasil penjualan angsuran. Jurnalnya sebagai berikut : Laba kotor yang ditangguhkan Laba kotor yang direalisasi Laba kotor yang ditangguhkan adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga pokoknya. Laba kotor yang ditangguhkan akan direalisasi pada saat penerimaan tagihan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan persentase laba kotor dengan tagihan yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut. B. Pengakuan Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23 Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23, pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Dari definisi ini terlihat bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima perusahaan dari operasi normalnya untuk dirinya sendiri. Jadi, jikaperusahaan menerima suatu arus masuk yang ditujukan untuk pihak lain, sehingga tidak akan mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, misalnya saja pajak pertambahan nilai, maka penerimaan itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2002 : 23) menyatakan bahwa : pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat di ukur dengan andal. Menurut PSAK No. 23 ada dua kriteria - kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan saat yang tepat untuk mengakui pendapatan yaitu : 1. Penjualan Barang Pendapatan dari penjualan barang harus diakui apabila seluruh kondisi berikut dipenuhi: a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli; b. perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Apabila salah satu kriteria diatas tidak terpenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko signifikan dari kepemilikan, antara lain: a. Apabila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana biasanya

b. Apabila penerimaan dari suatu penjualan tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan. c. Apabila pengiriman barang tergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut merupakan signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan. d. Apabila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return. 2. Penjualan Jasa Apabila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi dapat diestimasi dengan andal apabila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. d. Biaya terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

C. Pelaporan Pendapatan Dalam Laporan Laba Rugi Pendapatan yang diperoleh selama satu periode harus disajikan dalam laporan laba rugi untuk mengetahui bagaimana kinerja selama periode tersebut. Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode tertentu, misalnya triwulan atau setahun. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan ( matching concept). Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi namun prinsip- prinsip yang umumnya diterapkan adalah: 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan, diikuti dengan harga pokok barang yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. 2. bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasioanal yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi namun prinsip- prinsip yang umumnya diterapkan adalah:

1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan, diikuti dengan harga pokok barang yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. 2. bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasioanal yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil( extraordinary item) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak. Perusahaan secara berkala menerbitkan seperangkat laporan laba yang mengikhtisarkan operasinya dalam jangka waktu tertentu dengan merinci setiap posisi harta, utang dan modal serta laba rugi yang diperolehnya. Laporan tersebut akan berguna bagi pihak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, misalnya investor, kreditur, pihak manajemen dan pemerintah. D. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian terdahulu. Penelitian tersebut terdapat pada metode analisis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan metode analisis deskriptif, hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan yang bersifat relatif. Sedangkan pada penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dimana hasil yang diperoleh menjadi lebih jelas dan

terukur. Ulfa Nova Analisa Deskriptif Pengakuan (2007) pengakuan pendapaatn atas pendapatan atas penjualan angsuran penjualan mobil menggunakan angsuran mobil konsep akrual basis pada PT Toyota dan cash basis yaitu Finance Cabang pengakuan Sidempuan pendapatan pada saat uang kas diterima. Tabita. S. Analisis Deskriptif Arus kas masuk Tobing (2004) pengakuan dalam hal analisis pendapatan pada pengakuan perusahaan jasa pendapatan, angkutan darat perusahaan sudah kota provinsi mencatat arus masuk dilingkungan kas sebagai suatu dinas pendapatan perhubungan perusahaan dan sumatera utara. setiap arus kas masuk sudah direalisasi.

David N. Analisa Deskriptif Pendapatan Sitompul (2007) pengakuan dialokasikan pada pendapatan dan setiap periode atau biaya pada pada tahun kontrak PT.Nusa Raya pembangunan. Cipta cabang Perusahaan medan mengakui pendapatan pada akhir tahun saat penutupan buku besar berdasarkan persentasi penyelesaian yang dicapai dari proyek yang dikerjakan. Gambar 2.1 Penelitian Terdahulu