BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2004: 387).

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI HIMPUNAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. UU No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK (PTK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

A. Latar Belakang Penelitian Mukhamad Ryan,2014

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di pendidikan formal mulai dari tingkat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi, tanya jawab, mendemonstrasi mempraktekkan materi pembelajaran di dalam kelas (Yamin, 2007). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara dua pihak, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengkondisi terjadinya belajar. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar memegang peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa, akan tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa, yang harus mampu membawa siswa untuk lebih aktif, kreatif, berpikir kritis, inovatif dan terampil melalui berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah dan sebagainya. Pembelajaran aktif menekankan siswa sebagai subjek pembelajaran bukannya objek pembelajaran (Fadlillah, 2012). Siswa yang secara aktif melakukan proses pembelajaran, siswa tidak lagi pasif yang sekedar 3D (duduk, diam, dengar), sehingga dengan keikutsertaan dan keaktifan siswa maka pembelajaran akan lebih bermakna. Siswa oleh guru diberikan bimbingan dan arahan sekedar untuk memperlancar jalannya proses pembelajaran baik saat pembelajaran matematika maupun pada bidang studi lainnya. Selaras dengan tujuan belajar matematika yang tertera dalam kurikulum mata pelajaran matematika sekolah pada semua jenjang pendidikan, yaitu mengarah pada kemampuan siswa pada pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Winarni & Harmini, 2011). Diharapkan dengan adanya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 dapat membenahi model pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan sehingga dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, berpikir kritis, inovatif dan terampil dalam memecahkan masalah. Untuk memahami matematika dan dapat menggunakannya dalam menyelesaikan 1

masalah, diperlukan penguasaan konsep yang lebih baik. Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan persoalan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide-ide dan lain-lain. Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola pikir tentang penyelesaian masalah yang akan dilakukan. Polya (1973) mendefinisikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Ada 4 langkah dalam pemecahan masalah, yaitu (1) pemahaman masalah, (2) perencanaan penyelesaian, (3) pelaksanaan rencana penyelesaian dan (4) pengecekan kembali kebenaran penyelesaian. Untuk menerapkan langkah tersebut, perlu adanya peran guru sebagai fasilitator guna mendampingi kerja siswa. Guru juga dituntut bisa menyajikan pembelajaran yang mampu menopang keberhasilan siswa dalam memaksimalkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan memecahkan masalah yang relevan dengan tuntutan kurikulum 2013. Berdasarkan observasi pembelajaran matematika di MTs Muhammadiyah 20 Menongo pada tanggal 3 maret 2014, saat mengawali pembelajaran guru memberikan salam dan memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar mengingat ujian tengah semester sudah dekat. Guru melanjutkan dengan mengulas kembali materi pada pertemuan sebelumnya, tidak lupa memberikan 1 soal untuk segera dikerjakan siswa. Setelah dirasa cukup dan siswa sudah terlihat faham yang ditandai dengan hasil jawaban yang diberikan oleh salah seorang siswa di depan kelas, kemudian masuk pada materi selanjutnya. Guru melemparkan pertanyaan, dari 27 siswa ada beberapa siswa serentak angkat bicara mencoba menjawab pertanyaan guru. Seusai menerangkan materi, guru menanyakan apakah ada yang belum faham mengenai materi yang disampaikan. Ketika terdengar kata faham dari siswa, selanjutnya guru memberikan contoh soal berikut penjelasannya hingga dirasa siswa sudah mengerti. Berbekal sisa waktu yang ada, guru melanjutkan dengan memberikan 2 soal latihan kepada siswa sebagai pengayaan materi yang disampaikan. Terakhir pembelajaran ditutup dengan pengumpulan lembar jawaban siswa dan ucapan salam dari guru. 2

Dapat diketahui dari observasi bahwa sudah sekitar 50% siswa dari 27 siswa mulai terlihat aktif mengikuti pembelajaran, dalam artian sebagian siswa sudah mau mendengarkan, memperhatikan dan mencatat keterangan guru, bertanya dan menjawab, serta mengerjakan soal di depan kelas. Siswa lainnya ada yang terlihat asyik bergurau bersama teman sebangku, menggoda teman dengan melemparkan kertas, memainkan alat tulis dan ada juga yang terlihat bermalasmalasan, tidak jarang juga mereka keluar-masuk kelas dengan alasan ingin ke kamar mandi saat pembelajaran berlangsung. Hasil wawancara dengan guru matematika diketahui bahwa guru menggunakan metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kondisi kelas yang kurang kondusif. Sedangkan untuk tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih dalam kategori sedang, artinya ada sebagian kecil siswa yang bisa langsung mengerti tentang masalah yang diberikan guru kemudian mampu menyelesaikannya, sebaliknya ada siswa yang belum bisa menyelesaikan masalah sendiri bahkan mencerna masalahpun agak kesulitan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan, guru sudah menerapkan tiga metode pembelajaran yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sebagian siswa pun sudah aktif di kelas yang ditandai dengan adanya akitivitas mendengarkan dan memperhatikan keterangan yang disampaikan guru, mencatat, bertanya, serta berusaha menjawab pertanyaan dari guru baik lisan maupun tulisan (latihan). Sebaliknya, sebagian siswa yang lain terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. Tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalahpun dinilai masih dalam kategori sedang. Seiring dengan pembelajaran matematika yang dilaksanakan, memang sudah terlihat baik namun perlu dikembangkan lagi agar siswa lebih aktif, kreatif, berpikir kritis, inovatif dan terampil dalam memecahkan masalah. Peran guru yang masih mendominasi saat pembelajaran berlangsung sudah selayaknya diubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Apalagi sekarang telah banyak baik model maupun pendekatan pembelajaran yang dikembangkan untuk bisa menjadikan pembelajaran lebih berpusat pada siswa. Demikian pula yang 3

diamanatkan oleh Kurikulum 2013 yang menghendaki terciptanya pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara maksimal. Guna meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah, guru perlu memahami akan pentingnya melibatkan siswa dalam setiap langkah proses pembelajaran hingga kegiatan pembelajaran berakhir melalui berbagai model dan pendekatan pembelajaran termasuk model group investigation yang dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik. Pada model pembelajaran group investigation semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Slavin mendefinisikan bahwa group investigation adalah penemuan yang dilakukan secara berkelompok melakukan percobaan dengan aktif, yang memungkinkan mereka menemukan suatu prinsip (Kesuma, 2013). Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya beserta bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Salah satu tujuan dari group investigation adalah membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Kelompok kecil dalam group investigation mendorong siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills) (Thobroni & Mustafa, 2011). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Hal ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membantu mencapai tujuan. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok. Hasil penelitian Oktavia & Arliani (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi faktorisasi suku aljabar. Demikian pula hasil penelitian oleh Ragawati (2005) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation dapat dijadikan alternatif bagi 4

guru untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau sederajat menghendaki proses pembelajaran dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013). Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Aktivitas pembelajarannya meliputi observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring). Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Kemendikbud, 2013), hal ini membuktikan bahwa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik lebih efektif hasilnya dibandingkan keberhasilan guru dalam memberikan stimulus kepada siswa untuk berfikir dan bertindak secara maksimal. Sedangkan hasil penelitian Fauziah, dkk (2013) diketahui bahwa tahap-tahap pendekatan saintifik (ilmiah) dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap kemampuan soft skill-nya. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting untuk menerapkan suatu pembelajaran menggunakan model group investigation dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran yang menerapkan model group investigation dengan pendekatan saintifik diartikan sebagai metode pembelajaran dimana siswa dituntut 5

aktif melalui aktivitas observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring) yang dikolaborasikan dengan melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Pembelajaran dengan model group investigation dengan pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang memberikan kesempatan peserta didik memaksimalkan aktivitas serta kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang Penerapan Model Group Investigation dengan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan oleh peneliti, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika di MTs Muhammadiyah 20 menongo yang menjadi penyebab dari kurangnya tingkat keaktifan siswa dan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu sabagai berikut: 1. Guru menerapkan 3 metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Belum pernah menggunakan model pembelajaran lain. 2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran kurang maksimal karena peran siswa masih sebagai objek pembelajaran, belum sebagai subjek pembelajaran. 3. Sarana dan prasarana yang kurang memadai 4. Kondisi kelas kurang kondusif akibat sebagian siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri (bergurau sesama teman) 5. Siswa masih belum percaya diri 6. Tingkat keaktifan siswa masih dalam kategori sedang, hanya sekitar 50% dari 27 siswa yang sudah mulai aktif 7. Tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah tergolong sedang. 1.3 Rumusan Masalah Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti berusaha memberikan gambaran masalah yang akan diberikan solusi yaitu mengenai tingkat keaktifan siswa dan tingkat kemampuan pemecahan masalah. Kurikulum 2013 menghendaki 6

terwujudnya pembelajaran yang menekankan pada tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam uraian Kompetensi Dasar matematika SMP/MTs kurikulum 2013 pada KD 2.1 siswa diharapkan menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsistensi dan teliti bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah (Kemendikbud, 2013). Oleh karena itu berdasarkan identifikasi masalah, peneliti mengambil beberapa masalah untuk menentukan ruang lingkup penelitian ini. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain : 1. Bagaimana penerapan model group investigation dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika siswa kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo? 2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran matematika menggunakan model group investigation dengan pendekatan saintifik di kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo? 3. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan model group investigation dengan pendekatan saintifik di kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo? 1.4 Batasan Masalah Mengingat banyaknya jenis keaktifan dan langkah pemecahan masalah yang bisa dijangkau pada penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah agar terhindar dari luasnya ruang lingkup permasalahan. Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai beikut : 1. Keaktifan siswa dalam penelitian ini terfokus pada kegiatan observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring). 2. Langkah pemecahan masalah menggunakan tiga langkah Polya yaitu (1) pemahaman masalah, (2) perencanaan penyelesaian dan (3) pelaksanaan rencana penyelesaian. 3. Materi pokok difokuskan pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung berupa bangun tabung KD 2.1, KD 2.2 dan KD 2.3. 7

1.5 Tujuan Penelitian Pada uraian di atas, telah disajikan beberapa hal yang menjadi latar belakang dalam pemilihan judul kemudian diperjelas dalam rumusan masalah yang berupa beberapa masalah mengenai tingkat keaktifan siswa dan tingkat kemampuan pemecahan masalah. Hal ini menjadi dasar untuk menentukan tujuan dari penelitian ini agar penelitian yang dilakukan memperoleh data yang diharapkan. Adapun rumusan tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Penerapan model group investigation dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika siswa kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo 2. Tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran matematika menggunakan model group investigation dengan pendekatan saintifik di kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo 3. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan model group investigation dengan pendekatan saintifik di kelas IX MTs Muhammadiyah 20 Menongo 1.6 Manfaat Penelitian Peneliti meyakini bahwa segala aktivitas yang dilakukan manusia tidaklah ada yang sia-sia jika mempuanyai tujuan dan target yang jelas. Dan tidaklah mungkin peneliti melakukan penelian, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai kalangan, antara lain: 1. Bagi Siswa Penerapan Model group investigation melalui pendekatan Saintifik diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika khususnya pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung tabung 8

2. Bagi Para Guru Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sistem pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah 3. Bagi Sekolah Memberi sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika. 1.7 Definisi Operasional Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberi penegasan. Hal ini bertujuan menghindari kemungkinan adanya salah interpretasi. Beberapa hal yang di maksud antara lain: 1. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar pada lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Model group investigation merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam mencari informasi berkenaan dengan materi yang akan dipelajari dan disertai dengan melakukan percobaan, untuk menemukan suatu prinsip atau konsep. 3. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring). 4. Keaktifan siswa merupakan keterlibatan siswa pada ranah intelektual, emosional, fisik dan mental, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap secara terpadu untuk mengkonstruksi pengetahuan dan membangun pemahaman dalam kegiatan pembelajaran. 5. Pemecahan masalah adalah kesanggupan memikirkan dan mencari jalan keluar dari suatu situasi baru yang belum dikenal untuk mecapai suatu tujuan. 9