ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

MATERI DAN METODE. Materi

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing. Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata.

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

POLA PERTUMBUHAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J)

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

ABSTRACT ESTIMATE OF BODY WEIGHT FIGHTING AND MEAT GARUT SHEEP AND CROSSBREED WITH MERFOMETRIC ANALYSIS APPROACH

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

Transkripsi:

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR SKRIPSI FARIS FAKHRI DESTANTO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN Faris Fakhri Destanto. D14061974. 2011. Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si. Pembimbing Anggota : Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola hubungan bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur yang berbeda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 216 ekor domba lokal dengan rincian Domba Ekor Tipis (DET) sebanyak 134 ekor dan Domba Ekor Gemuk (DEG) sejumlah 82 ekor yang diambil dari tiga peternakan domba di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah pada bulan Januari hingga Maret 2011. Masing-masing diklasifikasikan menjadi dua kelompok umur, yaitu I 0 (0-1 tahun), I 1 (1-2 tahun) dan dilakukan pengukuran terhadap bobot badan (BB), lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB). Penentuan antara masingmasing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan BB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I 0 dan I 1 (P>0,05), namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan BB. Rataan LD dan PB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I 0 dan I 1, namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan LD dan PB. Terdapat korelasi positif dan sangat nyata (P<0,01) antara LD dan BB maupun PB dengan BB pada DEG dan DET. Pola hubungan antara kedua parameter ukuran tubuh diprediksi menggunakan regresi linear sederhana dengan nilai determinasi (R 2 ) dan korelasi (KK) serta ditemukan rumus BB = 1,152 LD - 48,29 (R 2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB - 29,35 (R 2 = 0,578; KK = 0,761) untuk DEG I 0, sedangkan pada DEG I 1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD - 37,35 (R 2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB - 33,47 (R 2 = 0,772; KK = 0,879). DET I 0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan rumus BB = 0,748 LD - 26,72 (R 2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB - 23,81 (R 2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada DET I 1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD - 35,45 (R 2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB - 29,89 (R 2 = 0,566; KK = 0,753). Kata kunci : domba ekor gemuk, domba ekor tipis, bobot badan, lingkar dada, panjang badan ii

ABSTRACT Estimation of Body Weight based on Body Length and Chest Circumference of Local Sheep in Tegalwaru Village Ciampea District Bogor Destanto, F. F., Komariah and M. Baihaqi The aim of this study was to estimate body weight (BW) based on chest circumference (CC) and body length (BL) of local sheep with different age. The 216 local sheep were selected as sample consists of 134 heads Thin Tailed Sheep (TT) and 82 heads Fat Tailed Sheep (FT). The sample were taken from Bogor consisting of Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah from January to March 2011. The samples were classificated by different age groups, I 0 (0-1 year old) and I 1 (1-2 years old). The differences of body measurement ages were analyzed by t-test. In order to make equation for estimating BW from CC and BL, there was analized by Correlation and Linear Regression Analyses. The results showed that significantly positive correlation (P<0,01) between CC and BW and between BW and BL in FT and TT. The pattern of relations between the two parameters of body size predicted using simple linear regression and equation formula below, BW = 1,152 CC - 48,29 (R 2 = 0,857; Correlation = 0,926) and BW = 0,984 BL - 29,35 (R 2 = 0,578; Correlation = 0,761) for FT I 0, while the FT I 1, the formula predicted size of each body size BW = 0,916 CC - 37,35 (R 2 = 0,875; Correlation = 0,935) and BW = 1,051 BL - 33,47 (R 2 = 0,772; Correlation = 0,879). TT I 0 has a pattern of relationship shown in formula BW = 0,748 CC - 26,72 (R 2 = 0,901; Correlation = 0,949) and BW = 0,838 BL - 23,81 (R 2 = 0,575; Correlation = 0,759), whereas in the TT I 1, prediction formula of each body size such as BW = 0,904 CC - 35,45 (R 2 = 0,852; Correlation = 0,923) and BW = 1,040 BL - 29,89 (R 2 = 0.566; Correlation = 0,753). Keywords: Fat Tail sheep, Thin Tail Sheep, body weight, chest circumference, body length iii

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR FARIS FAKHRI DESTANTO D14061974 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

Judul : Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor Nama : Faris Fakhri Destanto NRP : D14061974 Pembimbing Utama, Menyetujui, Pembimbing Anggota Ir. Hj. Komariah, M.Si. NIP. 19590515 198903 2 001 Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. NIP. 19800129 200501 1 005 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004 Tanggal Ujian : 13 September 2011 Tanggal Lulus : v

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1988 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Junianto Ngaspan Mintarjo dan Ibu Hj. Tatin Agustina. Pendidikan penulis diawali dari taman kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Cenderawasih Jaya 1 Bekasi, dilanjutkan ke sekolah dasar di SD Negeri Siliwangi 1 Bekasi tahun 1994, kemudian ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2000. Selepas menamatkan SMP, pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bekasi. Pada tahun 2006, penulis berkesempatan mengikuti pendidikan Sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus DKM Al Hurriyyah sebagai ketua di Divisi Hubungan Mahasiswa dan Departemen Minat dan Bakat serta Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah Priangan Barat sebagai koordinator Badan Pekerja Daerah. Tahun 2008 hingga 2010, penulis berkesempatan menjadi asisten Mata Kuliah Dasar Umum Pendidikan Agama Islam Tingkat Persiapan Bersama di IPB dan pada tahun 2010 mengajar selama 2 bulan di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Ar Raudhoh Ciampea. Selain itu penulis juga mengikuti berbagai kegiatan, seperti seminar nasional, seni suara nasyid dan kepanitiaan kegiatan mahasiswa. vi

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor di bawah bimbingan Ir. Hj. Komariah, M.Si. dan Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program sarjana dan meraih gelar sarjana peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud dalam berperan aktif dan berkontribusi memajukan dunia peternakan khususnya di Indonesia. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai adanya korelasi positif antara peningkatan bobot badan dengan berbagai macam ukuran tubuh, diantaranya lingkar dada dan panjang badan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga karya kecil ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan bagi yang membutuhkan, khususnya dalam upaya peningkatan prduktivitas Domba Lokal di Kabupaten Bogor. Bogor, Oktober 2011 Penulis vii

DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Domba Lokal... 3 Domba Ekor Tipis... 3 Domba Ekor Gemuk... 4 Pemeliharaan Domba... 4 Sistem Ekstensif... 4 Sistem Semi Intensif... 4 Sistem Intensif... 5 Pertumbuhan Ternak... 5 Penggemukkan... 6 Ukuran Tubuh Ternak Sebagai Penduga Bobot Badan... 6 Menentukan Umur Domba... 10 MATERI DAN METODE... 11 Lokasi dan Waktu... 11 Materi... 11 Ternak... 11 Peralatan... 11 Prosedur... 11 Persiapan... 11 Pengumpulan Data... 12 Peubah yang Diukur... 12 Rancangan... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 Keadaan Geografis Wilayah... 15 ii iii iv v vi vii viii x xi xii viii

Kondisi Umum Peternakan... 16 Mitra Tani Farm... 16 UD Berkah... 17 Sumber Rezeki Farm... 18 Hubungan Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Domba... 19 Domba Ekor Gemuk... 20 Domba Ekor Tipis... 22 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Linear... 24 Domba Ekor Gemuk... 24 Domba Ekor Tipis...... 29 Uji Keakuratan... 34 KESIMPULAN DAN SARAN... 36 Kesimpulan... 36 Saran... 36 UCAPAN TERIMA KASIH... 37 DAFTAR PUSTAKA... 38 LAMPIRAN... 42 ix

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Pendugaan umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri... 10 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur. 11 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda.... 20 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda.... 21 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda.... 22 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda.... 23 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I 0.. 24 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I 1... 26 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I 0... 29 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I 1... 32 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada 34 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang Badan.. 35 x

Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri.. 12 2. Cara mengukur Ukuran Tubuh 13 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea 15 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm... 17 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD. Berkah.. 18 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba SR Farm... 19 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I 0... 25 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I 0... 26 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I 1... 27 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I 1... 28 11. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I 0.. 30 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I 0.. 31 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I 1.. 32 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I 1.. 33 xi

Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I 0..... 43 2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I 0 43 3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I 0. 43 4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I 1.. 43 5. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I 1 44 6. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I 1 44 7. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I 0.. 44 8. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I 0 44 9. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I 0 44 10. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I 1.. 45 11. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I 1 45 12. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I 1... 45 13. Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I 0 dengan DEG Umur I 1 46 14. Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I 0 dengan DEG Umur I 1 46 15. Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I 1.. 46 16. Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I 0 dengan DET Umur I 1 46 17. Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I 0 dengan DET Umur I 1 47 18. Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I 0 dengan DET Umur I 1 47 19. Uji Keakuratan... 47 xii

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, memiliki beranekaragam plasma nutfah ternak, salah satunya domba. Menurut Mason (1980) tercatat sebanyak 96% domba di Asia Tenggara berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia umumnya beternak domba sebagai sumber penghasilan sampingan. Di daerah pedesaan, masyarakat lebih cenderung menjadikan ternak domba sebagai sumber penghasilan utama mereka selain bertani. Masyarakat mengetahui bahwa beternak domba memiliki banyak keuntungan, diantaranya domba merupakan salah satu ternak yang memiliki tingkat kesuburan tinggi. Mason (1980) menjelaskan domba di Asia memiliki peranan khusus di masing-masing negara asalnya, seperti India memiliki Domba Mandya yang berfungsi memproduksi daging, Pakistan dengan Domba Damani yang dapat menghasilkan susu (ternak perah) dan Domba Lokal dari Indonesia memiliki kesuburan tinggi. Disebutkan total produksi domba ialah 200-220 ekor per 100 ekor domba dewasa per tahun, sehingga dapat dikatakan domba merupakan ternak prolifik atau ternak dengan rataan jumlah kelahiran anak banyak per tahun. Ternak domba mengalami penyebaran dalam perkembangbiakkannya seiring dengan keluar-masuknya pedagang domestik maupun internasional yang membawa serta ternaknya. Provinsi yang besar pengaruhnya dalam distibusi ternak domba adalah Jawa Barat. Pemanfaatan domba bukan merupakan hal baru bagi masyarakat daerah Bogor. Tercatat populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mencapai 5.249 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009). Salah satu bangsa ternak domba yang dimiliki dan sangat potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang adalah domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Bobot badan domba mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai jual domba. Secara umum ada dua metode penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu penimbangan (weight scale) dan pendugaan. Metode penimbangan merupakan cara

paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan peralatan khusus dan tidak semua ranch memiliki peralatan tersebut. Metode ini dalam kondisi tertentu tidak praktis. Adapun metode pendugaan umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan. Data-data seperti bobot badan dan ukuran dimensi tubuh perlu diketahui untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pada domba lokal. Diperkirakan terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan lingkar dada, tinggi pundak dan panjang badan, sehingga secara tidak langsung pendugaan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan hanya menentukan lingkar dada dan panjang badan. Penentuan bobot badan dengan cara ini diharapkan lebih praktis untuk diterapkan, walaupun ketepatannya pada masing-masing jenis ternak masih perlu dikaji. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian lanjutan untuk menambah informasi keeratan hubungan antara panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan pada tingkat umur yang berbeda. Tujuan Penelitian ini bertujuan membandingkan pola hubungan bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur berbeda. 2

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Populasi domba di Indonesia tahun 2009 tercatat sebesar 10.471.991 ekor. Angka ini mengalami kenaikan 8,28% dari tahun sebelumnya yaitu berjumlah 9.605.339 ekor. Populasi domba tertinggi terdapat di Propinsi Jawa Barat yaitu 5.524.209 ekor atau sebanyak 52,75% populasi domba di Indonesia terdapat di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Domba lokal merupakan bangsa domba bertubuh kecil. Mulyaningsih (1990) berpendapat, sedikitnya terdapat tiga bangsa keturunan asli yang disebut domba pribumi, yaitu Domba Ekor Tipis (thin-tailed), Domba Priangan dari Jawa Barat dan Domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur (fat-tailed). Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba lokal mampu hidup di daerah yang gersang. Karakteristik domba ini antara lain memiliki badan yang relatif kecil, warna bulu dominan putih pada bagian mata dan pada hidung terdapat bercak hitam, telinga berukuran sedang dan tanduk melengkung ke dalam bagi jantan (Devendra dan McLeroy, 1992; Mulyaningsih, 2006). Domba Ekor Tipis Pulau Jawa memiliki beranekaragam bangsa domba. Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia yang mudah ditemui di seluruh Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan tipis serta bulu badan berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk dengan berat dewasa sekitar 15-20 kg sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar dengan berat dewasa sekitar 30-40 kg. Tubuh domba ini sedikit berlemak, sehingga karkas yang dihasilkannya pun lebih banyak. Dalam penelitian Rianto et al. (2006), Domba Ekor Tipis memiliki persentase lemak pada karkas berkisar antara 4,97% hingga 9,66%, sedangkan persentase daging pada karkas berkisar 67,09% hingga 69,41%. Rizal (2000) 3

menyatakan persentase karkas dipengaruhi oleh bobot badan dan perlemakan tubuh pada waktu mencapai kondisi dipasarkan. Komponen karkas terdiri dari tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1994). Domba Ekor Gemuk Bangsa domba lokal lain yang terdapat di Indonesia ialah Domba Ekor Gemuk (DEG) yang banyak ditemui di daerah Jawa Timur dan Madura. Domba berekor gemuk (fat-tailed) seperti Domba Donggala dan domba-domba lainnya berada di daerah Jawa Timur. DEG juga terdapat di Surabaya dan Situbondo. Ciri khas dari DEG ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, semakin ke ujung semakin kecil dan berlemak yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan habitatnya yaitu beriklim kering. Domba ini memiliki ciri lain yaitu berwarna putih, wool kasar, domba jantan dan domba betina tidak mempunyai tanduk, sebagian besar domba bewarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan. Domba betina sangat prolifik dengan selang beranak hanya 8-9 bulan, umur pertama kali beranak antara 11-17 bulan, dan dapat menghasilkan 2,34 anak sapihan per tahun (Devendra dan McLeroy, 1982) Pemeliharaan Domba Sistem pemeliharaan domba di Indonesia umumnya dilakukan dengan tiga cara, yaitu : Sistem Ekstensif Sistem ekstensif merupakan cara pemeliharaan domba dengan membiarkan seluruh aktivitas makan, perkawinan, pertumbuhan dan penggemukkan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput yang cukup subur dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padang pengembalaannya. Sistem Semi Intensif Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif yang umumnya disebut juga dengan sistem pertanian terpadu. Sistem semi intensif banyak dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai tanah pertanian, sehingga dapat dikatakan memelihara ternak merupakan sampingan dari kegiatan bertaninya. Pada 4

sistem semi intensif ternak digembalakan saat siang hari di padang penggembalaan dan pada malam hari ternak dikandangkan serta pakan diberikan di dalam kandang. Sistem Intensif Sistem intensif banyak diterapkan pada peternakan komersial. Pemeliharaan dengan sistem ini yaitu ternak dikandangkan terus-menerus (sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993). Sistem ini umumnya juga diterapkan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya menggunakan pakan berupa rumput secukupnya, sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Peternakan komersial di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor menggunakan sistem intensif karena sumber pakan cukup tersedia serta iklim sekitar lokasi cenderung mendukung tumbuhnya hijauan makanan ternak berkualitas. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Munier et al. (2003) menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan terhadap domba yang dipelihara secara intensif dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh harian dan bobot akhir. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk program penggemukkan (Mathius et al., 1998). Pertumbuhan Ternak Salamena (2006) menjelaskan pertumbuhan semua ternak pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat kemudian lambat pada saat ternak mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis atau faktor keturunan dan faktor lingkungan seperti pemberian pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tatalaksana, akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Natasasmita, 1979). Kecepatan pertumbuhan diukur dalam kilogram melalui penimbangan berulang-ulang dan dapat dilakukan setiap waktu. 5

Penggemukan Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan selera konsumen yang berubah-ubah. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya. Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999). Penggemukkan pada umumnya terdapat tiga kategori yaitu penggemukkan jangka waktu pendek (kurang lebih satu bulan), jangka waktu sedang (kurang lebih dua bulan) dan jangka waktu panjang (kurang lebih tiga bulan) (Parakkasi, 1999). Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan pertambahan bobot badan menurun, tetapi presentase karkas akan meningkat seiring dengan lama penggemukan. Ukuran Tubuh Ternak sebagai Penduga Bobot Badan Fenotipik suatu bangsa ternak tidak lepas dari faktor proses pertumbuhan atau berubahnya ukuran tubuh pada ternak tersebut secara berkesinambungan. Ukuranukuran permukaan tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan antara lain untuk menaksir bobot badan dengan ketelitian cukup tinggi serta untuk memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994; Mulliadi, 1996). Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, tetapi dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) menyatakan bahwa ukuran tubuh memiliki korelasi yang erat dengan bobot badan. Korelasi tersebut mencerminkan adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada ternak. Untuk menjaga keseimbangan biologis setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. 6

Pertumbuhan meliputi peningkatan bobot badan, pertambahan dalam masa organik, mitosis, migrasi sel, sintesis protein dan pertambahan ukuran linear tubuh. Korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat sedangkan sifat lain menurun maka korelasinya disebut negatif (Laidding, 1996). Penggunaan ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam melakukan seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman tinggi (Martojo, 1990). Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak, namun bobot badan dapat diduga dengan mengukur ukuran tubuh ternak. Penelitian yang dilakukan Pesmen dan Yardimci (2008) menyimpulkan bahwa bobot badan dapat dijadikan ukuran penduga menggunakan beberapa ukuran tubuh pada Kambing Saanen yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan kambing umur 2-2,5 tahun pada periode laktasi awal sedangkan kelompok kedua digunakan kambing siap inseminasi untuk pertama kalinya. Bobot badan ditemukan berkorelasi positif dengan lingkar dada, lingkar sengkel, tinggi pundak, panjang badan dan dalam dada pada kelompok pertama, sedangkan pada kelompok kedua bobot badan berkorelasi sempurna dengan lingkar dada dan panjang badan. Persamaan regresi dugaan untuk kelompok pertama yaitu BB = -151,295 + 1,067 LD + 3,262 PB + 0,167 LS + 0,604 TP + 0,254 DD dan BB = -64,753 + 0,863 LD + 0,717 PB - 0,029 LS + 0,207 TP + 0,254 DD untuk kelompok kedua. Penelitian serupa dilakukan Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa lingkar dada dan tinggi pundak dapat memprediksi bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa. Analisis regresi dilakukan untuk menduga bobot badan melalui semua ukuran tubuh linier. Data diklasifikasikan berdasarkan bangsa, usia, jenis kelamin dan pola warna bulu. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Warna bulu tidak memiliki pengaruh yang signifikan (P>0,05) pada ukuran tubuh apapun. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Di seluruh usia, jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi bobot badan 7

dan ukuran linear tubuh pada jantan menunjukkan supremasi. Semua ukuran tubuh secara signifikan lebih tinggi pada Kambing Mubende (P<0,05) menjelaskan bahwa kambing ini lebih besar bentuk tubuhnya dari dua kambing lainnya. Semua ukuran linear tubuh dan bobot badan sangat berpengaruh (P<0,001) dan berkorelasi positif pada segala usia kecuali kelompok dengan dua pasang gigi seri permanen (I 2 ). Penggabungan ukuran tubuh dalam regresi berganda, dapat meningkatkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) menjadi 0,91. Ukuran-ukuran rangka seperti panjang badan kurang dipengaruhi oleh gizi dan dengan demikian menunjukkan ukuran yang melekat lebih baik dari dimensi yang terkait deposisi lemak dan otot, seperti ukuran-ukuran lebar lingkar tubuh serta bobot badan (Kamalzadeh et al., 1998). Coleman dan Evans (1985) melaporkan bahwa pembatasan nutrisi dalam pakan yang diberikan pada sapi, dapat menekan pertumbuhan tinggi dan panjang badan selama fase pertumbuhan. Ukuran linier dan bobot badan nyata dipengaruhi oleh bangsa, umur dan jenis kelamin, namun tidak dengan tingkat warna bulu (P<0,05). Warna bulu dikendalikan tunggal atau sedikit gen sehingga dengan demikian tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada sifat kuantitatif. Persamaan penduga bobot badan (BB) melalui lingkar dada (LD) yang diperoleh pada Kambing Mubende yaitu BB = -35,39 + 0,94 LD dengan koefisien determinasi disesuaikan (R 2 adjusted) sebesar 0,90 (P<0,001), sedangkan pada SEA (Teso/Lugware) yaitu BB = -25,85 + 0,76 LD dengan R 2 adjusted sebesar 0,88 (P<0,001) (Jimmy et al., 2010). Studi karakteristik morfometrik yang dilakukan Wirdateti et al. (2009) pada Rusa Sambar akan digunakan sebagai sifat dasar pertumbuhan terkait seleksi. Tujuan penelitian adalah untuk mengatur seleksi terbaik pada keturunan Rusa Sambar. Karakteristik morfometrik yang diamati pada penelitian yaitu masing-masing bobot badan, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, panjang kepala, lebar kepala, lebar telinga dan panjang telinga. Hasil penelitian menunjukkan lingkar dada (LD) berkorelasi sangat nyata terhadap bobot badan (BB) dengan persamaan penduga BB = -108,004 + 1,875 LD. Dapat disimpulkan lingkar dada merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menyeleksi sifat pertumbuhan pada Rusa Sambar. Bobot badan Rusa Sambar jantan pada umur dara dan dewasa lebih tinggi dibandingkan betina, kecuali pada rusa muda. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh 8

hormonal, sehingga rusa jantan lebih berat mulai umur dara. Menurut Lincoln (1985), sekresi hormon luteinizing (LH) erat hubungannya dengan pertumbuhan dan siklus reproduksi pada kelompok jantan dan betina. Rendahnya bobot badan pada Rusa Sambar dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan yang tidak memadai, yaitu populasi rusa di lapang melebihi kapasitas tampungnya (Semiadi et al., 2005). Lingkar dada memberikan nilai korelasi fenotipik yang tertinggi kemudian diikuti oleh panjang badan, yaitu masing-masing 0,94 dan 0,90. Lingkar dada selanjutnya digunakan untuk menduga persamaan regresi linear yang paling baik sebagai penduga bobot badan. Nilai ketepatan (derajat determinasi) untuk persamaan regresi dengan variabel bebas gabungan lingkar dada dan panjang badan yaitu 0,88 sedangkan pada lingkar dada sebesar 0,87. Tampak bahwa semakin banyak variabel bebas yang dilibatkan untuk menduga bobot badan diperoleh derajat determinasi yang lebih tinggi. Persamaan linier penduga bobot badan dengan derajat determinasi (R 2 ) tertinggi berturut-turut BB = -116,24 + 1,44 LD + 0,52 PB (R 2 = 0,88) dan BB = -108,00 + 1,88 LD (R 2 = 0,87). Cam et al. (2010) menyimpulkan bahwa panjang badan dapat digunakan sebagai penduga bobot badan pada Kambing Kilkeci tanpa mempertimbangkan usia, kondisi lapang dan jenis kelamin yang dibesarkan di empat peternakan berbeda sebelum waktu kawin pada kondisi peternakan rakyat. Terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara kelompok usia. Ditemukan korelasi positif dan signifikan (P<0,001) antara bobot badan dan ukuran tubuh. Korelasi tertinggi ditemukan antara bobot badan dan lingkar dada (0,847) dan dalam dada (0,775). Bobot badan dapat diduga menggunakan persamaan BB = -47,8 + 1,12 LD dengan koefisien determinasi (R 2 = 0,717), sedangkan panjang badan dapat digunakan sebagai penduga ukuran bobot badan menggunakan persamaan BB = -20,2 + 0,96 PB dengan koefisien determinasi yang rendah (0,368). Ukuran linear tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Hal serupa diungkapkan Fourie et al. (2002) bahwa lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot badan. Apriliyani (2007) sependapat dengan Fourie et al. (2002) dan menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. Jamal (2007) 9

dan Utami (2008) menambahkan lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan panjang badan, berkorelasi positif dengan bobot badan. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan produktivitas domba (Trislawati, 2006). Lingkar dada diukur melingkar di belakang sendi siku, sedangkan panjang badan pada domba ditentukan dengan mengukur jarak antara tulang duduk sampai bahu. Menentukan Umur Domba Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting karena melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dapat dikawinkan maupun digemukkan. Cara menentukan umur domba dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan melihat pergantian serta keausan (pergesekan antar gigi susu yang tumbuh menjadi gigi seri) gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak (pencatatan). Umur menentukan tingkat pertumbuhan domba. Pada umur yang berbeda, pertumbuhan domba cenderung tidak sama. Frandson (1992) menerangkan, saat paling baik untuk menentukan umur seekor ternak adalah ketika pemunculan gigi. Gigi depan disebut gigi seri (incisor) dan biasanya dinyatakan dengan huruf I. Gigi ini diberi nomor dari arah pusat mulut atau simfisis, ke arah lateral. Pasangan pertama diberi kode I 1 atau sentral, pasangan kedua disebut I 2 atau intermediet, selanjutnya I 3 disebut intermediet kedua dan yang terakhir (paling lateral) dengan nomor I 4 atau sudut. Penentuan umur berdasarkan pergantian dan keausan gigi seri diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Gigi Seri Tetap Umur Keterangan Belum ada gigi tetap (gigi susu) Kurang satu tahun I 0 Sepasang gigi tetap (2 buah) l - 2 tahun I 1 Dua pasang gigi tetap (4 buah) 2-3 tahun I 2 Tiga pasang gigi tetap (6 buah) 3-4 tahun I 3 Empat pasang gigi tetap (8 buah) 4-5 tahun I 4 Sumber : Ludgate (1989) 10

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD Berkah yang bertempat di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada bulan Januari-Maret 2011. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini 216 ekor domba lokal jantan berasal dari tiga lokasi peternakan. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang penuh pada UD. Berkah dan Sumber Rezeki Farm serta dan konsentrat dan ampas tahu pada Mitra Tani Farm. Jumlah dan sebaran contoh ternak domba menurut bangsa ternak yang berada pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Ternak Kelompok Umur I 0 (ekor) I 1 (ekor) Jumlah (ekor) Domba Ekor Tipis 113 21 134 Domba Ekor Gemuk 52 30 82 Keterangan : I 0 = umur kurang dari 1 tahun I 1 = umur antara 1,0-1,5 tahun Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan gantung kapasitas 100 kg dengan skala terkecil 0,2 kg, tongkat ukur dengan skala terkecil 0,1 cm, alat tulis dan pita ukur kapasitas 100 cm. Prosedur Persiapan Tahap awal dilakukan pemisahan domba berdasarkan bangsa ternak domba. Sebanyak 216 ekor domba yang berasal dari Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah dipisahkan menjadi 134 ekor Domba Ekor Tipis dan 82 ekor Domba Ekor Gemuk. Data bobot badan pada masing-masing diketahui dengan penimbangan terlebih dahulu. 11

Pengumpulan Data Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan langsung terhadap sifat kuantitatif (bobot badan, panjang badan, dan lingkar dada) domba. Data sekunder adalah data populasi ternak dan kondisi kandang yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber dan wawancara. Data-data domba yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur. Belum adanya sistem pencatatan yang baik menyebabkan umur domba tidak dapat ditentukan sehingga dilakukan penentuan umur ternak domba dengan melihat gigi. Adapun pendugaan umur ternak dilakukan dengan pengamatan berdasarkan gigi seri tetap seperti yang terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Peubah yang Diukur Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah karakteristik fenotipik yang berkaitan dengan sifat kuantitatif, yaitu dengan mengukur panjang badan, lingkar dada dan bobot badan. Metode pengukuran untuk masing-masing peubah dilakukan sebagai berikut (Gambar 2) : 12

Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk (Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm. Lingkar dada (LD) diukur melingkari rongga dada di belakang sendi bahu (Os scapula) dan kaki depan, menggunakan pita ukur. Lingkar dada bersatuan cm. Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan. Lingkar dada memiliki satuan kg. Gambar 2. Cara Mengukur Ukuran Tubuh Rancangan Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian, menentukan rataan, standar deviasi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan persamaan regresi antara masing-masing ukuran tubuh yang mendukung keakuratan hasil penelitian. Dalam pengukuran, akan dihasilkan bentuk sebaran yang membentuk garis lurus atau linear. Sebaran data ini diolah menggunakan analisis regresi linear sederhana sesuai dengan persamaan (Brody, 1945) : y = a + bx Keterangan : y = nilai bobot hidup dugaan (kg) a = intersep b = koefisien regresi/slope x = ukuran linear tubuh (cm) 13

Hubungan antara dua ukuran tubuh, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi berdasarkan Sudjana (1988), model korelasinya adalah : Keterangan : r = koefisien korelasi x 1 x 2 n = peubah bebas ke-1 = peubah bebas ke-2 = banyaknya pengulangan Berdasarkan analisis di atas dihitung nilai korelasi (r) dan koefisien determinasi (R 2 ). Nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara peubah x (LD dan PB) dan y (BB), sedangkan nilai koefisien determinasi menunjukkan besarnya keragaman peubah x yang mempengaruhi keragaman peubah y. Penentuan antara masing-masing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t. 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6 o 18'10"-6 o 47'10" Lintang Selatan dan 106 o 23'45"-107 o 13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan, salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146.608 jiwa yang terdiri atas 75.527 lakilaki dan 71.081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53,6 km 2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30 o C dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011) 15

Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah 338.843 ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah hujan tinggi yaitu sekitar 21-23 m 3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk 12.327 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar 1.135 orang atau 9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor (S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk (Haerudin, 2010). Kondisi Umum Peternakan Mitra Tani Farm Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar 1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat menampung 10-15 ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 4. Jumlah ampas tahu yang diberikan tidak ditimbang, tetapi ditaksir sebanyak kebutuhan ternak, sedangkan pemberian konsentrat dengan ditakar sebesar satu ember untuk 1-2 kandang. Pakan berupa ampas tahu diberikan pada siang dan sore hari, sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. MT Farm berlokasi di Jalan Baru No.39 RT.04 RW.05 Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. 16

Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm UD Berkah Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun 2005. Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah. Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba, sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak domba. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 5. 17

Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sumber Rezeki Farm Peternakan Sumber Rezeki (SR) Farm dibentuk melalui program pemberdayaan Direktorat Jenderal Peternakan bernama Sarjana Masuk Desa atau lebih dikenal dengan sebutan SMD. SR Farm mulai beroperasi Februari 2011, walaupun telah disahkan berdiri sejak Desember 2010. SR Farm khusus menangani budidaya dan penjualan ternak domba. Berawal dari 68 ekor domba yang terdiri atas 33 ekor Domba Garut dan 35 Domba Ekor Tipis (lokal), SR Farm dapat bertahan 18

hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas 19

suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3. Domba Ekor Gemuk Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Umur Bobot Badan (kg) I 0 I 1 18,74±6,05 (n=52) 17,94±5,71 (n=30) Rataan Umum 18,45±5,91 Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor) Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk. Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 4. 20

Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Peubah I 0 (n=52) I 1 (n=30) Rataan Umum (n=82) ---------------------------------- cm ------------------------------- Lingkar Dada 58,17±4,86 60,33±5,83 58,96±5,3 Panjang Badan 48,85±4,68 48,9±4,77 48,87±4,68 Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor) Rataan lingkar dada DEG pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar 58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai kebutuhannya. Ukuran tubuh bertambah seiring dengan bertambahnya umur, namun demikian ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi kandungan gizi dan jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum panjang badan sebesar 48,87 cm/ekor dengan kisaran antara 48,85-48,9 cm/ekor. Hasil ini menandakan bahwa panjang badan Domba Ekor Gemuk umur I 0 hingga umur I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Dalam hal ini, pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan penggemukkan (fattening) mulai dipercepat. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Rataan bobot badan Domba Ekor Tipis yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 5. 21

Domba Ekor Tipis Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda Umur I 0 I 1 Bobot Badan (kg) 15,32±5,44 (n=113) A 23,91±6,56 (n=21) B Rataan Umum 16,67±6,42 Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01) Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan umur I 0 dan I 1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh bobot badan Domba Ekor Tipis umur I 1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba Ekor Tipis umur I 0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I 0 memiliki rataan bobot badan 15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I 1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali. Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams (1982). Tampak bahwa kelompok Domba Ekor Tipis memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan Domba Ekor Gemuk, sehingga dapat dikatakan bangsa domba dapat mempengaruhi ukuran bobot badan. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Tipis (DET) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 6. 22