I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

rovinsi alam ngka 2011

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya potensi hasil komoditi pertanian Indonesia ditunjukkan dengan keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan swasembada beras di tahun 1984. Namun, keberhasilan tersebut belum diiringi oleh adanya swasembada pangan lainnya terutama hasil komoditi perikanan yaitu ikan. Oleh karena itu, di era Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) periode 2010-2014, semangat bahari ditransformasikan ke dalam tindakan dan kegiatan ekonomi melalui revolusi biru. Revolusi biru merupakan perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Program minapolitan merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas perikanan (Sunoto, 2010). Berdasarkan sumber data Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam kurun waktu 2009-2014 kontribusi produksi dari sektor perikanan ditargetkan meningkat hingga 353 persen dari perikanan budidaya dan 6 persen dari perikanan tangkap. Peningkatan produksi ini akan diimplementasikan di 197 lokasi kabupaten/kota yang tersebar

2 di 33 provinsi, diantaranya 114 berbasis perikanan budidaya dan 87 perikanan tangkap. Salah satu lokasi yang dipilih adalah Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung (2012), menyebutkan realisasi produksi perikanan tangkap di Lampung pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 12,84 persen atau 22.235 ton dari tahun 2011 yaitu sebesar 173.084 juta ton. Produksi perikanan budidaya di Lampung dengan periode yang sama juga mengalami penurunan sebesar 8,33 persen atau 8.916 ton dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 106.990 ton. Perkembangan produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan produksi perikanan tangkap dan budidaya di Lampung Tahun 2008-2012 Tahun Perikanan Tangkap Volume Produksi (Ton) Perkembangan ( ) Perikanan Budidaya Perkembangan ( ) (%) (%) 2008 144.066-175.845-2009 148.809 3,29 189.980 8,03 2010 159.575 7,23 186.158-2,01 2011 173.084 8,46 106.990-42,50 2012 150.849-12,80 98.074-8,30 Jumlah 776.383 6,18 757.047-44,78 Rata-rata 155.277 1,55 151.409-11,20 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012 Tabel 1 menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir perkembangan produksi perikanan tangkap maupun budidaya di Lampung berfluktuasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan ikan di perairan umum (tidak dibudidayakan) ataupun yang dibudidayakan. Volume produksi perikanan

3 tangkap mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 12,87 persen akibat berkurangnya jumlah perikanan budidaya yang mencapai 8.919 ton. Penurunan volume produksi perikanan tangkap jauh lebih baik dibandingkan dengan volume produksi perikanan budidaya. Volume produksi perikanan budidaya hanya mengalami peningkatan pada tahun 2008 ke 2009, sedangkan tiga tahun berikutnya mengalami penurunan. Penurunan volume produksi terbesar terjadi pada tahun 2010 ke 2011 sebesar 79.168 ton akibat gagal panen yang dialami petambak ikan.yang mengalami penurunan produksi. Penurunan volume produksi secara keseluruhan terjadi meskipun lahan yang dipergunakan untuk budidaya rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan luas lahan budidaya ikan di Provinsi Lampung Tahun Luas Lahan Budidaya (Ha) Tambak Sawah Jaring Keramba (%) (%) Apung (%) (%) 2008 50.181-2.561-85.760-37.020-2009 50.249 0,13 1.575-38,00 131.460 53,20 86.880 134,60 2010 50.162-0,17 1.752 11,20 123.100-6,35 55.590-36,00 2011 35.304-29,60 1.553-11,30 231.290 87,80 42.800-23,00 2012 35.158-0,41 1.238-20,00 296.180 28,00 981.800 129,00 Jumlah 221.054-30,05 8.679-58,10 867.790 162,65 1.204.090 204,60 Rata-rata 44.211-7,51 1.736-14,53 173.558 40,66 240.818 51,15 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012 Tabel 2 menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir pemerintah terus mengupayakan untuk melakukan ekstensifikasi lahan untuk perikanan budidaya. Luas lahan yang mengalami peningkatan sangat pesat dalam satu tahun terakhir adalah jaring apung dan keramba. Menurut Mantau (2010), jaring apung dan

4 keramba merupakan teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Waduk merupakan perairan umum yang sangat potensial dikembangkan untuk budidaya ikan air tawar. Dengan demikian, dengan memanfaatkan perairan umum (danau dan waduk) tersebut diharapkan target pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan hingga 3,53 persen dari perikanan budidaya dapat tercapai. Volume produksi perikanan budidaya air tawar Tahun 2008-2012 di Provinsi Lampung dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010 Tahun Volume Produksi (Ton) Nila Mas Patin Lele Gurame (%) (%) (%) (%) (%) 2008 2.691-4.629-3.333-3.702-1.477-2009 4.635 72,20 7.132 54,00 2.538-23,80 5.580 50,70 2.312 56,50 2010 4.470-3,50 8.922 25,09 2.943 15,90 7.105 27,30 2.786 20,50 2011 4.329-3,10 7.769-12,90 3.364 14,30 5.572-21,50 3.453 23,90 2012 5.727 32,20 7.692-0,90 4.782 42,10 7.096 27,30 4.098 18,60 Jumlah 21.852 97,80 36.144 65,29 16.960 48,50 29.055 83,80 14.126 119,50 Rata-rata 4.370 24,45 7.229 16,32 3.392 12,13 5.811 20,95 2.825 29,88 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2012 Tabel 3 menunjukkan bahwa ikan air tawar yang menjadi primadona masyarakat untuk dibudidayakan adalah ikan mas. Hal tersebut didukung dengan nilai volume produksi ikan mas yang tertinggi dibandingkan volume ikan tawar lainnya. Tingginya volume produksi ikan mas dikarenakan cara budidaya ikan mas yang relatif mudah dan waktu panen yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan budidaya ikan air tawar lainnya. Selain itu, ikan mas sangat cocok dikembangkan di daerah yang memiliki kelimpahan sumber air tawar. Dengan

5 demikian, petani dapat memanfaatkan potensi perairan tawar di Lampung yang masih luas untuk melakukan budidaya ikan mas. Faktor lain yang mendorong peningkatan volume produksi ikan mas adalah nilai jualnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jual ikan tawar lainnya yang memiliki tingkat permintaan pasar tinggi (seperti lele) yaitu berkisar Rp 18.000,00 Rp 20.000,00/kg. Harga jual ikan mas akan mempengaruhi tingkat penerimaan petani pembudidaya. Tujuan utama petani melakukan usaha budidaya untuk memperoleh pendapatan yang maksimal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga mereka. Semakin tinggi harga jual ikan mas dan terlebih lagi harga tersebut memiliki kestabilan, maka akan lebih memacu petani untuk meningkatkan pembudidayaan ikan tersebut. Harga jual ikan mas sangat dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan permintaannya di pasaran. Tingkat permintaan ikan nasional mencapai 1,3 juta ton per tahun. Angka tersebut masih dipenuhi dari produksi dalam dan luar negeri. Dengan demikian, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi perikanan maka peluang petani untuk melakukan budidaya perikanan dengan memanfaatkan potensi perairan yang ada masih terbuka lebar. Salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk dijadikan produksi ikan air tawar adalah di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Di daerah tersebut memiliki luasan waduk yang diperbolehkan untuk dilakukan kegiatan produksi ikan tawar adalah sebesar 30 ha, namun luasan waduk yang telah dijadikan keramba jaring apung untuk memproduksi ikan air tawar baru sekitar 2,5 ha. Hal ini berarti bahwa di daerah

6 tersebut masih memiliki potensi luasan untuk dijadikan keramba jaring apung untuk produksi ikan air tawar masih sebanyak 27,5 ha. Hal ini berarti bahwa waduk di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara masih dapat dikembangkan usaha keramba jaring apung untuk produksi ikan air tawar. B. Perumusan Masalah Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas segar cukup besar dan menjadikan ikan mas sebagai salah satu ikan favorit masyarakat. Dengan demikian, ikan mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Dalam pembudidayaannya, ikan mas cocok dibudidayakan dalam air deras atau memiliki ombak kecil. Dengan demikian, ikan mas dapat dibudidayakan di perairan tawar yang memiliki ombak kecil seperti waduk, danau, dan sungai. Kabupaten Lampung Utara merupakan daerah pengembangan budidaya perikanan air tawar yang memiliki daerah aliran-aliran hulu sungai dan memiliki banyak jaringan-jaringan irigasi teknis seperti bendungan Way Rarem, Way Tulung Mas, Way Abung, Tirta Shinta, dan Way Tebabeng yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar, baik potensi wilayah maupun sumberdaya alam. Selain pada perairan umum, potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Utara terdapat pada potensi lahan dengan jenis usaha kolam, tanah, kolam pekarangan, kolam air deras, keramba, jaring apung, dan mina padi. Dari beberapa potensi perikanan budidaya yang diusahakan, ikan mas merupakan jenis

7 ikan yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Utara (2012), jumlah produksi ikan mas pada tahun 2011 mencapai 2016,60 ton. Adapun luasan potensi lahan, pemanfaatan lahan, dan peluang lahan yang masih bisa diusahakan di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Potensi dan pemanfaatan perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011 Jenis Usaha Potensi Lahan (Ha) Pemanfaatan Lahan (Ha) Peluang (Ha) Kolam Tanah 3.515 1.933,4 1.581,6 Kolam Pekarangan 845 506,6 338,4 Kolam Air Deras 3 0,5 2,5 Keramba 225 0,12 224,88 Keramba Jaring Apung 2.670 42,91 2.627,09 Mina Padi 980 476,3 503,7 Jumlah 8.238 2.959,83 5.278,17 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Utara, 2012 Tabel 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Utara memiliki peluang yang sangat besar untuk mengusahakan perikanan budidaya dengan memanfaatkan lahan seluas 5.278,17 ha. Dari total luasan lahan yang belum dimanfaatkan tersebut, 50 persennya merupakan luasan lahan dengan jenis usaha keramba jaring apung. Jenis usaha keramba jaring apung tersebut banyak diusahakan masyarakat setempat dengan memanfaatkan perairan umum yaitu waduk. Salah satu lokasi di dalam Waduk Way Rarem yang diusahakan untuk budidaya keramba jaring apung terletak di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun. Terdapat 32 unit usaha keramba jaring apung yang dimulai sejak tahun 2010 perkembangannya belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, petani masih memiliki

8 peluang besar untuk memanfaatkan waduk untuk mengembangkan budidaya keramba jaring apung (KJA). Dengan memanfaatkan potensi waduk tersebut, maka diharapkan terjadi peningkatan produksi, pendapatan, konsumsi hasil perikanan, dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara secara finansial layak untuk dikembangkan? 2. Apakah kelayakan finansial usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara sensitif terhadap perubahan biaya produksi dan hasil produksi ikan mas? 3. Bagaimana kesejahteraan rumah tangga petani usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kelayakan finansial usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. 2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial usaha keramba jaring apung akibat kenaikan biaya produksi dan menurunnya hasil produksi di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara.

9 3. Menganalisis kesejahteraan rumah tangga petani usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Dinas/Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, serta memberikan penyuluhan terkait teknik dan cara budidaya perikanan air tawar serta pemanfaatan potensi waduk di Kabupaten Lampung Utara guna merealisasikan program pemerintah berkaitan dengan usaha peningkatan produksi perikanan ait tawar serta meningkatkan kesejahteraan masyakatnya. 2. Petani, sebagai masukan dalam mengambil keputusan dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengelolaan usaha keramba jaring apung di Desa Pekurun Tengah Kecamatan Abung Pekurun Kabupaten Lampung Utara. 3. Peneliti lain, sebagai tambahan informasi dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.