ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT GIGI DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI BP GIGI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM. Zulfikri *

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap di RSD Madani Palu Tahun 2013

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Vol.6 No.2, September Dwi Handayani 1, Armina 2 Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi 1,2) E Mail :

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati² ABSTRAK. : Cross sectional, respon penerimaan individu terhadap penyakit, kecemasan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG SARJANA TAHUN 2014

KARMILA /IKM

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN. Iin Inayah dan Wahyuni

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

: Komunikasi Terapeutik, Kepuasan Pasien

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

PERANAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PENCABUTAN GIGI YANG BERUMUR 6-12 TAHUN DI PUSKESMAS NARAS TAHUN 2013

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

Pendahuluan. *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Abstrak

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectionel study (studi potong lintang).

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

Motivasi Kerja dan Karakteristik Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

SKRIPSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-PASIEN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

Dian Taviyanda. Keyword : Perception, Therapeutic Communication, Nurse

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUMAH SAKIT JOGJA KOTA YOGYAKARTA

Transkripsi:

ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Dadang Darmawan, Septian Andriyani Akper Dustira Jalan Rumah Sakit No. I Cimahi Abstract - Communication can give therapeutik value if it meets emotional and intellectual needs. Therapeutic communication capability of nurses in mentally disturbed nursing care depends on cognitive, affective and psycomotoric competence of nurses. Result of observation in mental Hospital at West Java, psikiatric nursing use communication for the mental disorder who formal and limited without therapeutic communication stage. The objective of this reseach was to analyze the implementation of therapeutic communication at West Java Mental Hospital. The study design was quantitative approach with cross sectional design. The subject of the study were nurses. Samples were total sampling taken with as many as 142 subjects.the result showed there was significant realtionship between knowledge, attitude and behaviour of nurses in the implementation of therapeutic communication. The Participant training did not show the significant relation with the implementation of the therapeutic communication. The attitude as a dominan factor wich give a chance behaviorin therapeutic communication. Keyword: Knowledge, Attitude, Therapeutic Communication Abstrak - Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan klien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya disebut komunikasi teurapeutik. Kemampuan komunikasi terapeutik perawat pada tindakan keperawaan gangguan jiwa tergantung dari kompetensi kognitif, afekif dan psikomotor perawat. Berdasarkan pengamatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, komunikasi perawat jiwa dengan klien gangguan jiwa umumnya bersifat formal dan terbatas tanpa melalui tahapan komunikasi terapeutik.tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. J enis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan jumlah 142 orang perawat. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik. merupakan fakor yang paling dominan dalam memberikan sumbangan terhadap perubahan perilaku dalam penerapan komunikasi terapeutik. Kata Kunci : Pengetahuan,, Penerapan Komunikasi Terapeutik, Perawat Jiwa PENDAHULUAN Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal-hal kecil dalam kehidupan manusia menjadi permasalahan besar karena komunikasi (Suryani, 2006). Komunikasi pada profesi keperawatan menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan klien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya disebut sebagai komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat (Intansari, 2005). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang 143

dilakukan secara sadar dan bertujuan untuk perubahan perilaku (Anwar, 1998). KAJIAN LITERATUR Hubungan perawat-klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien, dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami betul tentang dirinya ( Mundakir, 2006). Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialistik praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( Depkes, 2000). komunikasi terapeutik perawat jiwa berkontribusi signifikan terhadap kesehatan klien gangguan jiwa ( Sundeen, 1995). Keterampilan berkomunikasi terapeutik sangat diperlukan oleh seorang perawat, seorang perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, baik klien sebagai individu, keluarga atau masyarakat sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2008). Persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik, yaitu: semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan; komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan (Christina, 2003). Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini dibutuhkan untuk membentuk hubungan perawat klien sehingga perawat memungkinkan untuk mengimplementasikan proses keperawatan (Damaiyanti, 2008). Proses berhubungan Perawat Klien dapat dibagi dalam 4 fase yaitu fase pra interaksi, fase perkenalan atau orientasi, fase kerja, dan fase terminasi (Budi, 2003). Lilitan krisis ekonomi yang berkepanjangan, terjadinya perang dan konflik merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, defresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan di rumah sakit dan jika penduduk Indonesia berjumlah 120 juta orang maka ini berarti bahwa 120 ribu orang dengan gangguan jiwa berat memerlukan perawatan di rumah sakit dan ini memerlukan suatu penanganan yang serius dari tenaga-tenaga kesehatan termasuk didalamnya perawat jiwa (Yosep, 2007). Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai rumah sakit rujukan telah memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat. Berdasarkan data dari bidang keperawatan rumah sakit jiwa provinsi, rata-rata tempat tidur yang terisi sebesar 73,90% per tahun, rata-rata lama tinggal 41,22 hari, pergantian tempat tidur 6,19 kali dan lama perawatan 14,58 hari. Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tidak dijadikan sebagai tempat tinggal terakhir bagi penderita gangguan jiwa (Profil RS. Jiwa, 2009). Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, merupakan perubahan dari Rumah Sakit Jiwa Cisarua dan Rumah Sakit Jiwa Riau, merupakan rumah sakit pendidikan dimana dijadikan tempat praktek bagi mahasiswa program D III Keperawatan, S1 Keperawatan dan Fakultas Kedokteran. Visi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini, adalah menjadi rumah sakit unggulan di Indonesia dalam kualitas pelayanan kesehatan jiwa pada tahun 2015. Untuk menjadi rumah sakit unggulan di Indonesia disiapkan tenaga professional melalui peningkatan jenjang pendidikan dan pelatihan. Berbagai upaya yang dilakukan antara lain memberikan kesempatan kepada perawat untuk meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi seperti D III Keperawatan, D IV Keperawatan dengan spesialisasi pendidikan kesehatan jiwa dan S1 Keperawatan; mengadakan pelatihan yang bekerja sama dengan pendidikan tinggi serta melibatkan dosen-dosen keperawatan seperti, pelatihan asuhan keperawatan jiwa professional dan komunikasi terapeutik, pelatihan terapi aktivitas kelompok, pelatihan terapi modalitas, pelatihan bimbingan klinik dan komunikasi terapeutik. Pelatihan asuhan keperawatan dan komunikasi terapeutik merupakan syarat bagi perawat jiwa untuk memberikan pelayanan keperawatan jiwa ( Profil Rumah Sakit Jiwa, 2009). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penting dilakukan penelitian tentang 144

bagaimana penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional), yaitu mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat). Variabel pada penelitian ini adalah: pengetahuan, sikap dan keikutsertaan pelatihan sebagai variabel bebas, sedangkan perilaku penerapan komunikasi terapeutik sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat jiwa, sedangkan proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel dengan mengambil seluruh sampel yang tersedia, yaitu sebanyak 142 perawat Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari pernyataan- pernyataan. Sebelum dipakai instrumen ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas di Rumah Sakit Dusira Cimahi kepada sepuluh orang perawat tentang aspek pengetahuan, sikap dan perilaku penerapan komunikasi terapeutik dengan cara mengadakan focus group discusion (FGD). Proses analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif karakteristik responden, pengetahuan, sikap, keikutsertaan pelatihan komunikasi terapeutik, perilaku penerapan komunikasi terapeutik. Berdasarkan diatas tampak bahwa tenaga keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat hampir sebagian besar (58,07%) berlatar belakang D III Keperawatan. Tabel 2 Distribusi Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik di Rumah Sakit Provinsi Jawa Barat tahun 2010 Pengetahuan Jumlah Persentase Rendah Tinggi 73 69 51,4 48,6 Total 142 100. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 142 perawat yang diteliti didapatkan bahwa hampir setengahnya mempunyai pengetahuan yang rendah yaitu 73 orang atau sekitar 51,4%. Tabel 3 Distribusi Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik di Rumah Sakit Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Jumlah Persentase Tidak Baik Baik 82 60 57,7 42,3 Total 142 100 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai sikap yang tidak baik yaitu 82 orang (57,7%). Tabel 1 Jumlah tenaga perawat menurut tingkat pendidikan NO PENDIDIKAN FREKUENSI PERSENTASE 1. 2. 3. 4. 5. 6. S2 Kep S1 Kep D III Kep DIII Kep. Gigi DIII Fisioterapi SPK, SPK-SJ, SPRB Jumlah 2 19 121 3 4 68 229 0,87% 8,30% 58,07% 1,31% 1,74% 29,71% 100% Tabel 4 Distribusi Keikutsertaan Pelatihan Komunikasi Terapeutik Perawat Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Keikutsertaan Pelatihan Tidak pernah Pernah Jumlah 79 63 Persentase 55,6 44,4 Total 142 100 145

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar perawat tidak pernah mengikuti pelatihan yaitu 79 orang (55,6%). Tabel 5 Distribusi Perilaku Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Penerapan Komunikasi Terapeutik Tidak Baik Baik Jumlah 76 66 Persentase 53,5 46,5 Total 142 100,0 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar perawat tidak baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik yaitu 76 orang (53,5%). Analisis Bivariat Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 73 perawat yang mempunyai pengetahuan yang rendah, terdapat 48 orang (65,8%) perawat yang mempunyai perilaku yang tidak baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik dan dari 69 perawat yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, terdapat 41 perawat (59,4%) yang mempunyai perilaku yang baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,005 menggunakan alpha 0,05 maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik. Kemudian diperoleh nilai Prevalence Odds Rasio (POR) 95% CI = 2,8 artinya perawat yang mempunyai pengetahuan yang tinggi berpeluang menerapkan komunikasi terapeutik sebanyak 2,8 kali dibandingkan dengan perawat yang mempunyai pengetahuan yang rendah. Hasil penelitian tentang hubungan antara sikap dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik menunjukkan dari 82 perawat yang mempunyai sikap yang tidak baik, terdapat 55 orang perawat (67,1%) mempunyai perilaku dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa dengan tidak baik, sedangkan dari 60 perawat yang mempunyai sikap yang baik terdapat 39 orang perawat (65,0%) mempunyai perilaku dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi dengan baik. Hasil uji statistik tentang hubungan antara sikap dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik mendapatkan p value = 0,0001, dengan menggunakan alpha 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik. Hasil uji statistik pun menunjukkan nilai POR (95% CI) sebesar 3,7, artinya perawat yang mempunyai sikap yang baik mempunyai peluang berprilaku baik sebanyak 3,7 kali dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa dibandingkan dengan perawat yang mempunyai sikap yang tidak baik. Hasil penelitian hubungan antara keikutsertaan pelatihan dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik menunjukkan bahwa dari 79 perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan tentang komunikasi terapeutik, terdapat 45 orang perawat (57%) yang mempunyai perilaku tidak baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa, sedangkan dari 63 perawat yang pernah mengikuti pelatihan, terdapat 32 orang perawat (50,8%) yang mempunyai perilaku baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada klien gangguan jiwa. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,452 dengan menggunakan alpha 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara keikutsertaan pelatihan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik. Kemudian diperoleh nilai POR (95% CI)= 1,3 artinya perawat yang pernah mengikuti pelatihan mempunyai peluang menerapkan komunikasi terapeutik sebanyak 1,3 kali dibandingkan dengan perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan. Analisis Multivariat 1) Seleksi Variabel Bebas Tabel 6 Hasil seleksi variabel bebas yang dapat masuk kedalam model multivariat Variabel Bebas Pengetahuan Keikutsertaan Pelatihan P Value 0,003 0,0001 0,452 146

Berdasarkan tabel diatas ada satu variabel yang p valuenya > 0,25 yaitu variabel keikutsertaan pelatihan (0,452), secara statistik variabel keikutsertaan pelatihan tidak dapat masuk dalam model multivariat, tetapi dengan pertimbangan substansi karena keikutsertaan pelatihan sangat penting dalam kaitannya dengan penerapan komunikasi terapeutik, maka variabel keikutsertaan pelatihan tetap diimasukkan dalam pemodelan. 2) Pemodelan Multivariat Tabel 7 Hasil pemodelan pertama semua variabel dimasukkan kedalam model Variabel Bebas P Value POR (95%CI) Pengetahuan Keikutsertaan pelatihan 0,004 0,0001 0,404 2,915 (1,4-6) 3,939 (1,8-8,2) 1,363 (0,6-2,8) Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa ada satu variabel bebas yaitu keikutsertaan pelatihan p valuenya > 0,05, maka variabel keikutsertaan pelatihan akan dikeluarkan dari pemodelan pertama dan dilihat perubahan nilai POR variabel bebas lainnya. Setelah variabel keikutsertaan pelatihan dikeluarkan didapatkan perubahan nilai POR sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Pemodelan Kedua perubahan nilai POR setelah variabel keikutsertaan pelatihan dikeluarkan dari model Variabel Bebas Pengetah uan Keikutse rtaan pelatihan POR Varia bel Bebas Leng kap 2,915 3,939 1,363 POR Setelah variabel keikutsertaa n pelatihan dkeluarkan 2,935 3,918 - Peruba han Nilai POR 0,6% 0,5% - Berdasarkan tabel 3.8 didapatkan hasil bahwa setelah variabel keikutsertaan pelatihan dikeluarkan dari model, ternyata tidak ada POR variabel bebas lain yang berubah lebih dari 10%, dengan demikian variabel keikutsertaan pelatihan keluar dari model dan tidak ada hubungannya dengan penerapan komunikasi terapeutik, kemudian setelah variabel keikutsertaan pelatihan keluar dari model ternyata semua variabel bebas yang lain p valuenya < 0,05, sehingga model akhir dapat dilihat seperti tabel dibawah ini: Tabel 9 Hasil Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2010 Variabel Bebas P Value POR (95%CI) Pengetahuan 0,004 0,0001 2,935 (1,4-6,0) 3,918 (1,8-8,1) Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan hasil bahwa dari tiga variabel bebas (pengetahuan, sikap, dan keikutsertaan pelatihan) yang diduga berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik, ternyata ada dua variabel yang berhubungan signifikan yaitu variabel pengetahuan perawat dan sikap perawat, interpretasi hasil sebagai berikut: 1. Perawat yang mempunyai pengetahuan tinggi berpeluang 2,9 kali dapat menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik dibandingkan dengan perawat yang mempunyai pengetahuan rendah setelah dikontrol variabel sikap perawat 2. Perawat yang mempunyai sikap baik berpeluang 3,9 kali dapat menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik dibandingkan dengan perawat yang mempunyai sikap tidak baik setelah dikontrol variabel pengetahun perawat Berdasarkan hasil analisis multivariat dari dua variabel bebas yang berhubungan signifikan dengan penerapan komunikasi terapeutik ternyata variabel yang paling dominan mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik adalah sikap perawat, karena mempunyai nilai POR yang paling tinggi. 147

PENUTUP Kesimpulan 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan yang tinggi dengan perilaku perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik. Pengetahuan komunikasi yang tinggi akan cenderung berprilaku baik, 2,8 kali dibandingkan dengan perawat yang pengetahuannya rendah 2. Terdapat hubungan antara sikap positif dengan perilaku perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik. positif akan cenderung berprilaku baik, 3,7 kali dibandingkan dengan perawat yang sikapnya negatif 3. Tidak terdapat hubungan antara keikutsertaan pelatihan dengan perilaku perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik 4. merupakan faktor yang paling dominan dalam memberikan sumbangan terhadap perubahan perilaku dalam berkomunikasi secara terapeutik. Saran 1. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat perlu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku para perawatnya. Cara yang bisa dilakukan adalah mengadakan suatu pelatihan yang disertai dengan metode pelatihan yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan konseling, sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi kelompok, tanya jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi lebih tepat untuk mengubah keterampilan. 2. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat perlu membuat petunjuk pelaksana mengenai pelaksanaan komunikasi terapeutik pada klien di masing-masing ruangan 3. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat diharapkan memberikan penghargaan kepada perawat atau petugas kesehatan yang berkomunikasi secara terapeutik kepada klien, pengawasan dilakukan oleh tim khusus atau kepala ruang. REFERENSI Agus, R. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika Anwar, A. 1998. Strategi Komunikasi, Bandung: Armico Aziz, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika Budi, A.K. 2003. Hubungan Terapeutik Perawat Klien, Jakarta: EGC Christina, Untung, & Tatik. 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC Damaiyanti, M. 2008, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan, Refika Aditama Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperatan. Cetakan I, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, Jakarta. Depkes RI. 2004. Pola Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Intansari, N. 2005. Komunikasi Keperawatan: Dasar-Dasar Komunikasi bagi Perawat, Yogyakarta: Moco Media Iyus, Y. 2007. Keperawatan Jiwa, Cetakan Pertama, Jakarta: Refika Aditama Mundakir, 2006. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Pelayanan, Yogyakarta: Graha Ilmu Purwanto, H. 1994. Komunikasi untuk Perawat, Jakarta: EGC Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. 2009. Profil Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Cimahi Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik, Jakarta: EGC Sutanto, P.H. 2001. Modul Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Stuart GW dan Sundeen, 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi Indonesia, Jakarta: EGC Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis, Jakarta: EGC 148

149