Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Perbandingan Bidang Api Isothermal Kompor Engkel Dinding Api Tunggal Dan Dinding Api Ganda Berbahan Bakar Bioetanol

R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M.Eng. Sc

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

ANALISIS PENGARUH VARIASI GRADE BIOETANOL TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR NYALA API DAN UNJUK KERJA PADA KOMPOR BIOETANOL TANPA SUMBU TIPE TOP BURNER

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN:

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER CHAMBER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

OLEH : NANDANA DWI PRABOWO ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

Kinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GAS HHO TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR NYALA API PADA BLOW-TORCH KEROSIN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

METODOLOGI PENELITIAN

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

STUDI EXPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PERSENTASE KADAR BIOETANOL TERHADAP UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL BERBAHAN DASAR SINGKONG (MONIHOT ESCULENTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

PENGARUH MATERIAL RING PADA FENOMENA NYALA API LIFT-UP

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Studi Eksperimen Burner Type Partially Premixed Dengan Bahan Bahan Bakar Syngas Biomassa Serbuk Kayu Dengan Variasi Diameter Outlet Bahan Bakar

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN METHANOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan data yang merupakan parameterparameter

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Studi Eksperimen Gasifikasi Pada Reaktor Fluidized Bed Dengan Bahan Bakar Ampas Tebu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Energi alternatif yang dapat diperbarui salah satunya adalah. pengolahan sampah organik. Di Indonesia sering sekali kita jumpai

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB 4 HASIL & ANALISIS

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Studi Eksperimen Pengaruh Pencampuran Gas HHO dari Generator HHO Tipe Kering dengan Bahan Bakar LPG pada Distribusi Temperatur Nyala Api Bunsen Burner

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Kerja Reaktor Bubble Fluidized Bed Gasifire

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU


I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

PENGARUH MEDAN MAGNET DENGAN JARAK PEMASANGAN PADA SELANG BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI KOMPOR GAS LPG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-2 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi dan Djoko Sungkono Kawano, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 E-mail: hdkawano@me.its.ac.id Untuk mendapatkan kompor bioetanol efisiensi thermal maksimal diperlukan penelitian komprehensif. Salah satunya adalah penelitian terhadap posisi peletakkan beban pada kompor bioetanol kompak. Pengujian dilakukan pada kompor uji bioetanol dengan kadar 99%, yaitu kompor bioetanol tipe side burner dengan firewall 2. inci dan firewall 3 inci. Pengukuran temperatur api dengan 13 thermocouple K dengan pengukuran searah api keatas setiap mm-an. Kemudian, water boiling test dilakukan untuk mendapatkan daya dan beban dan dilanjutkan mengukur waktu pendidihan air. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran total distribusi temperatur nyala api difusi. Hasil menunjukkan untuk kompor 2. inci dengan daya 1.6 kw mempunyai temperatur 42 ºC dengan jarak ketinggian mm dari rim kompor sedangkan kompor 3 inci menghasilkan daya 2.38 kw dengan temperatur 16 ºC. 1. Diagram Alir Penelitian II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan berdasarkan pada diagram alir sebagai berikut: Kata Kunci Kompor, bioetanol, side burner, field temperature S I. PENDAHULUAN eiring bertambahnya waktu, populasi manusia semakin bertambah. Kenaikan populasi ini menghasilkan resiko naiknya kebutuhan energi. Sejak wacana krisis energi nonrenewable muncul, berkembang penelitian penelitian terhadap energi terbarukan atau renewable energi. Energi terbarukan tersebut kini sedikit demi sedikit menjadi alternatif bagi masyarakat dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Salah satunya adalah penelitian kompor bioetanol. Untuk bisa mendapatkan kompor bioetanol yang optimal dari segi penggunaannya sehingga menghasilkan pemanfaatan energi maksimal diperlukan penelitian komprehensif. Salah satunya adalah penelitian terhadap posisi peletakkan beban pada kompor bioetanol. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka muncul ide penelitian bagaimana karakteristik api dan pola distribusi temperatur dinding isothermal api yang dihasilkan. Dimana distribusi temperatur dinding isothermal api berhubungan erat dengan posisi peletakan beban pada kompor. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen dan bertempat di Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Teknik Mesin ITS Surabaya. Penelitian ini menggunakan kompor penelitian terdahulu tanpa sumbu tipe side burner dengan variasi firewall 3 inci dan 2. inci.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-21 A Kriteria: - Area ketinggian gian api yang maksimal memberikan energi panas Pengujian - Referensi pemilihan panci dan volume air ketinggian berdasarkan Tugas Akhir saudara Rizka temperatur api Andika P. Kesimpulan End Gambar1. Diagram alir 2. Pengujian Temperatur Api Pengujian temperatur api bertujuan untuk menentukan temperatur optimum dari api biru tanpa adanya warna merah dari profil api tersebut. Temperatur api diukur menggunakan thermocouple sebanyak 13 buah dengan n jarak antar center thermocouple mm disusun radial. Gambar 2. Pengambilan data temperatur api 3. Pengujian Waktu Pendidihan Air Pengujian ini dilakukan setelah pengambilan data dan analisa temperatur api. Dari profil api dan garis isothermal api akan didapatkan lokasi tinggi temperatur yang mampu memberikan energi panas tertinggi. Pengambilan data waktu pendidihan air kembali dengan posisi peletakan beban,mm dan + mm dari ketinggian beban sebelumnya. Sesuai dengan daftar VEG Gas Institute Belanda mengenai penentuan diameter panci berdasarkan daya yang dihasilkan kompor. Untuk kompor uji diameter 2. inci digunakan panci dengan diameter 22 cm dan volume air 2.7 L dan kompor uji diameter 3 inci menggunakan panci berdiameter 26 cm dengan volume air,7 L. III. HASIL DAN DISKUSI 1. Pengukuran Temperatur Api Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui temperatur tertinggi yang dihasilkan oleh api stabil. Terjadinya api stabil dapat diindikasikan melalui temperatur api biru tertinggi yang mampu dihasilkan oleh kompor. Gambar 3. Profil api biru kompor uji a) firewall 2. inci; b) firewall 3 inci Dari gambar di atas tampak kedua kompor uji mampu menampilkan api yang stabil dan berwarna biru. Meskipun untuk kompor uji dengan firewall 3 inci didapatkan model api yang tidak hanya berwarna biru tetapi juga berwarna kuning pada ujung apinya. Warna kuning ini diakibatkan karena radiasi jelaga. Pada daerah berwarna kuning disebut juga daerah non-stoikiometri dimana pada daerah non-stoikiometri ini rasio campuran antara bahan bakar dan udara kurang dari 1 (ɸ < 1) [1]. Akibat adanya radiasi karbon yakni jelaga mengakibatkan kecilnya kesempatan bahan bakar dan udara yang berperan sebagai oksidator untuk bertemu. 2. Distribusi Temperatur Untuk dapat mengetahui bagaimana besar daerah api yang optimal dalam melepaskan panas. Maka dalam sub bab ini akan ditampilkan bagaimana kontur temperatur dan garis-garis isothermal pada kedua kompor uji dengan menggunakan tools MATLAB R21b. 14 14 13 13 12 12 11 11 1 9 9 8 8 7 7 6 6 4 4 3 3 2 2 1 1-12-11-1 -9-8 -7-6 - -4-3 -2-1 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 Posisi Thermocouple Gambar 4. Kontur isothermal distribusi temperatur rata-rata kompor firewall 2. inci Soot oxidation zone Flame zone Soot particle growth zone Soot particle inception zone Gambar Struktur api kompor firewall 2. inci [1]

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-22 14 14 13 13 12 12 11 11 1 9 9 8 8 7 7 6 6 4 4 Gambar 6 Kontur isothermal distribusi temperatur rata-rata kompor firewall 3 inci Gambar 7. Struktur api kompor firewall 3 inci [1] Pada nyala api kedua kompor ini tergolong dalam nyala api difusi. Hal tersebut dikarenakan nyala api yang terbentuk merupakan nyala api yang timbul sewaktu udara berdifusi atau masuk ke dalam aliran uap bahan bakar tanpa dicampur terlebih dahulu sehingga oksidator berasal dari udara luar. Dari gambar struktur api nyala api kompor uji dapat dijelaskan daerah daerah api sebagai berikut [2]: Reaction zone, adalah daerah dimana semua reaksi kimia dan pelepasan panas terjadi. Reaction zone dimulai pada titik dimana reaksi stoikiometri mulai terjadi sampai ketika pembakaran telah sempurna. Daerah api difusi ini dibagi menjadi daerah : 1. Luminous Region (yellow region) 2. Non luminous region (blue zone) Sebagian besar proses reaksi terjadi pada daerah berwarna biru sehingga mempunyai temperatur yang relatif lebih tinggi, sedangkan daerah berwarna kuning menunjukkan persentase partikel karbon. Burnt gas zone Daerah dimana terdapat gas-gas yang terbentuk dari api pada proses-proses sebelumnya dengan kecepatan, temperatur dan konsentrasi species ( fuel, product, oxidizer) yang sama. Daerah dimana reaksi kimia terjadi biasanya cukup sempit. Seperti pada gambar struktur api pada gambar 4.11 dan gambar 4.13, daerah reaksi temperatur tinggi terjadi pada daerah yang berbentuk gelang. 3. Analisa Distribusi Temperatur Untuk membandingkan kualitas distribusi temperatur dari kedua kompor uji dianalisa berdasarkan luasan temperatur rata-rata dengan perhitungan menggunakan rumus di bawah ini: =...(1) 3 3 2 2 1 1-12-11-1 -9-8 -7-6 - -4-3 -2-1 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 Posisi thermocouple Soot wings Flame zone 9 8 7 6 Luasan total (mm²) = ( )...(2) 1 1 2 2 3 3 4 4 6 6 7 7 Kompor 2.inci Kompor 3inci Gambar 8. Grafik luasan total distribusi temperatur pada ketinggian tertentu Temperatur rata-rata ( C) 6 1 1 2 2 3 3 4 4 6 6 7 7 Ketinggian,h (mm) Kompor 2.inci Kompor 3inci Gambar 9. Grafik temperatur rata-rata distribusi temperatur api pada ketinggian tertentu Dari gambar 7 dan 8 terlihat bahwa kompor firewall 2. inci memiliki besar luasan total dan temperatur rata-rata yang terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci. Hal tersebut dikarenakan kompor 2. inci memiliki nyala api yang dominan berwarna biru yakni nyala api stoikiometri. Sementara kompor firewall 3 inci nyala apinya masih kekuningan atau nyala api yang non-stoikiometri. Dari data temperatur rata-rata yang diperoleh didapatkan untuk kompor firewall 2. inci ketinggian yang memiliki temperatur rata-rata terbesar adalah ketinggian mm dari rim kompor. Untuk kompor firewall 3 inci didapatkan ketinggiannya mm dari rim kompor. Selanjutnya data ini akan digunakan dalam pengujian waktu pendidihan air. 1,, 1, 1, 2, 2, 3, 3, 4, Waktu pendidihan (menit) 2.inci 3inci Gambar 1. Grafik waktu pendidihan air terhadap ketinggian beban tertentu Dari gambar 9. dapat terlihat waktu pendidihan air dari kompor firewall 2. inci lebih singkat yakni 19.62 menit dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci yaitu 28.47 menit. Hal ini dapat dilihat dari luasan total distribusi temperatur dan temperatur rata-rata dari kedua kompor, kompor firewall 2. inci lebih besar dibandingkan dengan kompor firewall 3 inci. Sehingga analisa melalui luasan total dan temperatur rata-rata distribusi temperatur nyala api sesuai dapat memberikan gambaran untuk peletakan beban.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-23 4. Analisa Waktu Pendidihan Air Dengan melihat gambar 9 pada analisa distribusi temperatur, untuk kompor uji firewall 2. inci ketinggian peletakan beban direkomendasikan pada ketinggian mm dari rim kompor. Pada hasil pengujian didapatkan bahwa waktu pendidihan yang paling singkat dicapai pada ketingggian yang sesuai dengan analisa distribusi temperatur. Untuk kompor uji firewall 3 inci, rekomendasi dari analisa distribusi temperatur adalah pada ketinggian gian mm dari rim kompor. Pada hasil pengujian didapatkan bahwa waktu paling cepat didapatkan pada ketinggian mm. Hal ini tidak sesuai dengan hasil analisa distribusi temperatur, dikarenakan pada ketinggian mm nyala api merambat ke bagian dinding panci seperti gambar 1.. Sehingga mengakibatkan panas yang diterima beban tidak maksimal dan tidak merata pada bagian bawah panci. Dan juga apabila beban diletakkan terlalu dekat dengan kompor, maka api sulit untuk berkembang, kesempatan api untuk bertemu udara menjadi kecil. Gambar 11. Model api pada saat pengujian waktu pendidihan air Kompor firewall 2. inci pada ketinggian mm Kompor firewall 3 inci pada ketinggian ian mm. Analisa Transfer Energi Untuk menganalisa besarnya energi yang ditransfer bahan bakar untuk menaikkan temperatur air dalam bejana aluminium, dari 3 o C menjadi o C, berikut data yang dibutuhkan : Tabel 1. Indikator kinerja kompor Jenis kompor Indikator Firewall 2. inci Firewall 3 inci Temperatur api rata-rata 42 o C 16 o C Diameter panci * 22 cm 26 cm Volume air * 2.7 liter.7 liter Daya 1.6 kw 2.38 kw Ketinggian peletakan beban mm mm Efisiensi* 4.91% 6.7% Waktu pendidihan 19 62 28 47 Bahan Bakar yang Dikonsumsi.869kg.6728kg Energi yang ditransfer.82319kw.486369kw *Diambil dari Ref.: [3] Besarnya energi yang ditransfer oleh bahan bakar ke beban dapat dihitung dengan rumus: LHV Energi bioetanol yang ditransfer = η m t...(3) keterangan : ɳ = efisiensi kompor (%) LHV = nilai kalor bawah bioetanol (kj/kg) T = waktu pendidihan air (sekon) m = massa bahan bakar yang dikonsumsi (kg) Perbedaan energi yang ditransfer saat pengujian dapat terjadi karena beberapa hal, yakni karena adanya perbedaan waktu pendidihan, ukuran panci, volume air yang dipanaskan, profil dan temperatur api dari masing-masing kompor juga berbeda. Pada tabel terlihat kompor uji dengan diameter firewall 3 inci memiliki nilai efisiensi, waktu pendidihan air, dan konsumsi bahan bakar yang lebih besar dibandingkan dengan kompor uji firewall 2. inci sedangkan untuk energi yang ditransfer nilainya lebih kecil. Hal tersebut dikarenakan pada kompor firewall 3 inci temperatur rata-rata dan luasan total temperaturnya lebih rendah daripada kompor firewall 2. inci selain itu, pada kedua kompor ukuran panci dan jumlah air yang dipanaskan pun berbeda yakni lebih besar volume air dan diameter panci yang digunakan pada kompor uji 3 inci. IV. HASIL DAN DISKUSI Pada hasil analisa luasan total terbesar didapatkan untuk kompor firewall 2. inci sebesar 916928.7 mm 2 pada ketinggian mm dan kompor firewall 3 inci sebesar 439899.43 mm 2 pada ketinggian mm. Untuk temperatur rata-rata tertinggi yang didapatkan oleh kompor 2. inci adalah 42 o C pada ketinggian mm dan kompor firewall 3 inci 16 o C pada ketinggian mm. Waktu pendidihan tercepat pada kompor firewall 2. inci adalah 19,62 menit pada ketinggian peletakan beban mm dan untuk kompor firewall 3 inci mendidihkan pada waktu 28,47 menit pada ketinggian mm. Energi yang ditransfer untuk mendidihkan air 3 o C ke o C pada kompor firewall 2. inci adalah.82319kw dan untuk kompor firewall 3 inci sebesar.486369kw. Hasil dari analisis distribusi temperatur dan pengujian waktu pendidihan air menunjukkan untuk posisi peletakan beban yang paling baik untuk kompor uji firewall 2. inci adalah mm dari rim kompor. Posisi peletakan beban untuk kompor uji firewall 3 inci yaitu pada ketinggian mm dari rim kompor. Pada ketinggian tersebut nyala api yang diterima beban telah mencapai fase api yang stabil sehingga bisa mendapatkan waktu pendidihan yang tersingkat. Pada eksperimen ini kompor firewall 3 inci membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendidihkan air daripada kompor firewall 2. inci. Hal tersebut dikarenakan ukuran panci dan volume air yang digunakan untuk kompor firewall 3 inci lebih besar. Selain itu, pada kompor firewall 3 inci luasan total dan temperatur rata-ratanya pun lebih kecil. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis R.R.V.S.S.S. mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Mesin ITS dan Bapak Djoko Sungkono

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-24 Kawano selaku dosen pembimbing Tugas Akhir. Ibu Suryani Soelaksana dan Bapak R. Sonny Soetadi selaku orang tua penulis atas dukungan moril dan materiil. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya, terutama Bapak Suwarmin, PE selaku dosen wali dan Bapak Karmono karyawan Lab.TPBB Teknik Mesin ITS. Teman-teman angkatan M1 dan Yusufa rekan tugas akhir kompor. DAFTAR PUSTAKA [1] Turns,S.R., An Introduction To Combustion Concepts and Application. Mc Graw Hill, (1996). [2] Darana, Cahya, Studi Distribusi Temperatur Api Transisi pada Bunsen Burner Bertekanan. Teknik Mesin ITS, (1). [3] Pratama, Rizka Andika. Perbandingan Unjuk Kerja Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall 3 Inci dan 2. Inci. Tugas Akhir. Teknik Mesin ITS, Surabaya. (212).