BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai dari memberikan sosialisasi pemilihan umum, mendorong partisipasi, hingga mengawal jalannya pemungutan suara. Beberapa dari gerakan tersebut menyebut dirinya sebagai gerakan non-partisan yaitu berarti tidak memberikan dukungan terhadap partai politik atau kandidat tertentu meskipun mengampanyekan isu yang bekaitan dengan politik. Maka dari itu, kampanye yang dilakukan oleh gerakan nonpartisan bukan merupakan kampanye politik melainkan ideological or causeoriented campaigns atau juga disebut dengan kampanye sosial. Kampanye sosial bertujuan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait atau disebut dengan kampanye sosial (Larson, 1992:280). Fenomena tersebut menunjukan bahwa inisiatif untuk mendukung jalannya pemilihan umum tidak lagi hanya dilakukan oleh pemerintah melalui Komisi Pemilihan Umum dan partai politik, tetapi juga oleh masyarakat. Gerakan Ayo Vote adalah salah satu gerakan non-partisan yang lahir untuk mendukung jalannya Pemilihan Umum 2014. Diinisiasi oleh sejumlah anak muda, gerakan Ayo Vote bertujuan meningkatkan partisipasi anak muda dalam pemilihan umum serta menjadikan anak muda Indonesia pemilih yang bertanggung jawab. Menilik awal mula berdirinya gerakan Ayo Vote serta latar belakang penggeraknya, menunjukan bahwa gerakan ini terelasi dengan Berita Satu Media Holdings, sebuah perusahaan media di Indonesia. Namun, dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk tidak akan melihat jauh mengenai independensi gerakan Ayo Vote. Target utama Ayo Vote adalah anak muda Indonesia yang sudah bisa menggunakan hak pilihnya yaitu umur 17-30 tahun. Pada Pemilihan Umum 141
2014, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa anak muda di usia 17-30 tahun yang memilih mencapai 55 juta jiwa, 14 juta diantaranya merupakan pemilih pemula. Jumlah tersebut setara dengan 30 persen dari total daftar pemilih tetap di Komisi Pemilihan Umum. Di Indonesia sendiri, belum banyak gerakan nonpartisan yang secara spesifik memiliki kelompok usia tertentu sebagai publik sasaran. Melihat fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen kampanye yang dilakukan gerakan Ayo Vote dalam mendorong partisipasi anak muda Indonesia pada Pemilihan Umum 2014. Manajemen kampanye yaitu proses pengelolaan kegiatan kampanye secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Venus, 2004:26). Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan penjabaran tahap manajemen kampanye menurut Venus (2004:26). Venus menyebutkan bahwa kegiatan kampanye meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut penjabaran Venus perancanaan kampanye terdiri dari tahap analisis masalah, penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, menentukan pesan, strategi dan taktik, alokasi waktu dan sumber daya dan merencanakan evaluasi dan tinjauan. Pada pelaksanaan kampanye pelaku kampanye melakukan realisasi unsur-unsur pokok kampanye, menguji coba rencana kampanye, pemantauan pelaksanaan, dan pembuatan laporan kemajuan. Tahap terakhir, pelaku kampanye melakukan evaluasi sesuai dengan jenis evaluasi yang dikehendaki. Secara keseluruhan kampanye Ayo Vote melewati hampir seluruh tahap dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dijabarkan oleh Venus (2004:143-219). Ketiga tahap tersebut dilalui Ayo Vote secara hampir bersamaan. Maka dari itu, peneliti kemudian menjabarkan manajemen kampanye Ayo Vote ke dalam dua bagian: pra peluncuran dan pasca peluncuran kampanye. Tahap-tahap yang dilakukan oleh Ayo Vote pada masa pra peluncuran kampanye yaitu penentuan publik sasaran kampanye, riset dan analisis masalah, perumusan tujuan kampanye, penentuan nama, logo, tagline, dan 142
konsep kampanye, penentuan media kampanye, perekrutan tim kampanye, serta penentuan pesan dan fase penyampaian pesan. Sedangkan tahap-tahap yang dilakukan oleh Ayo Vote pasca peluncuran kampanye yaitu pembuatan pesan/konten kampanye, proses kurasi atau peninjauan pesan kampanye, penyebaran pesan melalui media kampanye, menjalin kemitraan, perekrutan relawan kampanye, perencanaan event atau kegiatan kampanye, penentuan penyampai pesan kampanye, menentukan strategi pendanaan event atau kegiatan kampanye, pelaksanaan event atau kegiatan kampanye, pemantauan pelaksanaan, evaluasi. Apabila dibandingkan dengan kerangka konsep yang ditetapkan peneliti yang mengacu pada manajemen kampanye menurut Venus (2004:143-219), tahap yang tidak dilalui oleh Ayo Vote adalah perencanaan evaluasi serta penentuan strategi pendanaan yang semestinya dilakukan pada saat perencanaan kampanye. Peneliti menyimpulkan bahwa manajemen kampanye Ayo Vote merupakan proses yang adaptif yang terbuka terhadap masukan baru yang ditemukan di lapangan. Kampanye Ayo Vote bermula saat Pingkan Irwin dan Qowi Bastian bermaksud membangun sebuah website untuk menyediakan informasi yang membekali para pemilih muda agar dapat menggunakan hak suara secara bertanggung jawab. Namun dalam proses menyiapkan website tersebut, Pingkan menyadari bahwa Ayo Vote perlu dilakukan dalam skala yang lebih besar. Hingga kemudian gerakan Ayo Vote terbentuk. Melihat proses tersebut, peneliti menilai manajemen kampanye Ayo Vote bukan merupakan proses yang linear, tetapi justru cenderung berjalan secara dinamis menyesuaikan keadaan di lapangan. Meskipun manajemen kampanye Ayo Vote tidak secara baku melewati tahapan manajemen kampanye menurut Venus (2004:26) yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, manajemen kampanye Ayo Vote tetap dapat berjalan dengan baik. Peneliti berkesimpulan bahwa manajemen kampanye bukanlah tahapan yang kaku dan harus dilakukan secara berurutan, tetapi merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pelaku kampanye menyesuaikan dengan keadaan saat kampanye dilaksanakan. 143
Melalui penelitian ini, peneliti melihat bahwa latar belakang pelaku kampanye berpengaruh terhadap proses manajemen kampanye yang dilakukan. Kampanye Ayo Vote tidak melalui riset ilmiah yang secara khusus diadakan untuk kampanye tersebut, tetapi mengandalkan wawasan dari para penggeraknya. Kampanye Ayo Vote dilakukan oleh anggota tim yang memiliki pemahaman dalam komunikasi dan politik karena latar belakang pendidikan maupun pekerjaan. Menurut peneliti, kompetensi tersebut akan berpengaruh dalam manajemen kampanye terutama tahap analisis masalah, penyusunan strategi dan taktik, serta pembuatan pesan kampanye. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa pemahaman terhadap publik sasaran kampanye diperlukan untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan, kebutuhan, dan permasalahan yang dihadapi publik sasaran. Pemahaman tentang publik sasaran juga menentukan bagaimana kampanye dilaksanakan. Kampanye Ayo Vote dilakukan oleh tim dan relawan yang juga berasal dari kelompok anak muda sehingga membantu mereka dalam memahami karakteristik publik sasaran Ayo Vote. Ranuwihardjo (1979:34) pernah mengemukakan bahwa pembinaan generasi muda paling baik justru yang dilaksanakan oleh pemuda sendiri. Selain itu, dengan dijalankan oleh anak muda gerakan Ayo Vote ikut mewujudkan Pasal 17 ayat 3 dalam Undang-undang tentang Kepemudaan yang menyebutkan bahwa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan salah satunya diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan politik dan demokratisasi. Melalui penelitian ini, peneliti juga melihat bahwa dalam manajemen kampanyenya Ayo Vote tidak hanya mempertimbangkan isi pesan, tetapi juga aspek komunikasi lain dalam mengonstruksi pesan kampanyenya. Tim kampanye Ayo Vote menyadari bahwa pesan kampanye harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. Salah satunya dengan mempertimbangkan karakter publik sasaran. Peneliti menilai hal inilah yang membuat kampanye Ayo Vote berbeda dengan kampanye yang lain dalam mendorong partisipasi politik anak muda. Ayo Vote menyadari bahwa publik sasaran kampanyenya adalah kelompok 144
usia yang unik sehingga pesan kampanye perlu dirancang secara segmentatif sesuai dengan karakteristik anak muda. Kampanye untuk mendorong partisipasi dalam pemilihan umum telah dilakukan banyak pihak. Namun yang menjadi kelebihan dalam kampanye Ayo Vote adalah kampanye Ayo Vote tidak hanya fokus pada isi pesan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut dikemas dan disampaikan kepada anak muda sebagai publik sasarannya. Mencermati Pemilihan Umum 2014, peneliti melihat fenomena bahwa dalam mendorong partisipasi politik anak muda terutama dalam pemilihan umum, kampanye tidak hanya dilakukan oleh kandidat atau partai politik, tetapi juga organisasi atau gerakan non-partisan yang bersifat independen. Meskipun belum ada riset yang menunjukan efek gerakan non-partisan seperti Ayo Vote dalam mempengaruhi tingkat partisipasi anak muda dalam pemilihan umum, inisiatif untuk memberikan pendidikan politik tersebut patut diapresiasi. Kampanye Ayo Vote yang memberikan pendidikan politik terhadap anak muda terbukti menjadi pemicu sejumlah pihak untuk menaruh perhatian terhadap segmen yang selama ini belum banyak diperhatikan ketika membicarakan isu politik. Terlebih lagi, mendorong anak muda untuk berpartisipasi politik tentu bukan pekerjaan yang mudah. Sistem pemilihan umum di Amerika Serikat memungkinkan masyarakatnya untuk mendaftar dalam pemilihan umum melalui online registration tool yang dimiliki gerakan non-partisan seperti Rock the Vote atau Declare Yourself. Sedangkan di Indonesia, gerakan seperti Ayo Vote hanya dapat berperan dalam memberikan pendidikan politik dan sosialisasi pemilihan umum. Belum ada regulasi yang memungkinkan masyarakat mendapatkan kemudahan dalam mendaftarkan dirinya lewat gerakan non-partisan. Hal tersebut juga menjadi penyebab efektivitas gerakan pendorong partisipasi dalam pemilihan umum di Indonesia belum dapat diukur secara kuantitatif. Pada akhirnya, Pemilihan Umum 2014 menunjukan bahwa pengguna hak suara tercatat tidak lebih tinggi dari pemilihan umum sebelumnya. Tingkat partisipasi Pemilu Legislatif sebanyak 75.11%. Sedangkan tingkat partisipasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hanya mencapai 69.58%, menurun jika 145
dibandingkan pemilihan umum sebelumnya yang mencapai 71.91% (IDEA International, 2014). Namun upaya gerakan non-partisan seperti Ayo Vote perlu diapresiasi. Melalui gerakan tersebut, terbukti bahwa pendidikan politik serta sosialisasi pemilihan umum tidak lagi bergantung pada pemerintah atau partai politik. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan sejumlah saran dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Bagi Civitas Akademika Dalam penelitian yang dilakukan pada gerakan Ayo Vote, peneliti menemukan bahwa latar belakang pelaku kampanye berpengaruh dalam manajemen kampanye sosial yang dilakukan. Peneliti menyarankan bagi civitas akademika yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa, agar memperhatikan faktor tersebut ketika meneliti tentang manajemen kampanye dan tidak hanya berfokus pada aktivitas pengelolaan kampanye. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian dilakukan tanpa melakukan observasi langsung karena kampanye Ayo Vote telah berakhir saat penelitian berlangsung. Peneliti berasumsi, peneliti akan menemukan temuan menarik apabila dapat terlibat dalam kampanye atau mengamati proses pengelolaan kampanye secara langsung sehingga peneliti menyarankan agar penelitian mengenai manajemen dilakukan saat kampanye masih berjalan. Penelitian mengenai gerakan non-partisan dalam mendorong partisipasi politik dalam pemilihan umum di Indonesia masih sulit ditemukan. Penelitian umumnya dilakukan pada kampanye politik atau yang dilakukan bertujuan mendukung partai politik/kandidat tertentu. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian mengenai kampanye sosial, gerakan, dan organisasi nonpartisan yang bergerak pada isu politik. Sebagai gerakan non-partisan, kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh gerakan tersebut semestinya bersifat independen. Maka dari itu, independensi gerakan non-partisan dalam mengampanyekan isu politik menarik untuk diteliti lebih lanjut. 146
2. Bagi Pelaku Kampanye Sosial Pesan kampanye merupakan hal yang penting diperhatikan karena berhubungan langsung dengan publik sasaran. Isi pesan kampanye memiliki kontribusi besar dalam kualitas konten kampanye yang dihasilkan. Pesan kampanye harus memperhatikan beberapa hal diantaranya data/materi pesan, visualisasi pesan, hingga pendekatan yang dipakai. Berdasarkan manajemen kampanye sosial yang dilakukan oleh Ayo Vote, peneliti melihat latar belakang sejumlah anggota tim berpengaruh dalam proses pembuatan pesan kampanye. Pengetahuan terhadap isu politik membantu mereka dalam memperoleh materi pesan. Pekerjaan yang berkaitan dengan bidang komunikasi pun membantu mereka dalam merumuskan pendekatan yang sesuai dalam menyampaikan pesan kampanyenya. Peneliti menyarankan kepada pelaku kampanye sosial untuk memahami isu yang akan dikampanyekan sebelum melakukan tahap konstruksi pesan. Pelaku kampanye pun hendaknya memiliki kepekaan terhadap kondisi masyarakat yang menjadi publik sasaran kampanyenya. Maka dari itu, peneliti menyarankan pelaku kampanye untuk melakukan riset serta observasi untuk mendapatkan pemahaman mengenai isu secara mendalam. 3. Bagi Pemerintah Meningkatkan partisipasi dalam pemilihan umum bukan lagi menjadi perhatian bagi pemerintah maupun partai politik saja. Pada Pemilihan Umum 2014, muncul sejumlah gerakan yang diinisiasi masyarakat untuk melakukan sosialisasi politik dan mengampanyekan pentingnya memberikan suara dalam pemilihan umum. Gerakan tersebut hadir tanpa mendukung partai politik atau kandidat tertentu. Bagi pemerintah, khususnya Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum, hadirnya gerakan nonpartisan tersebut patut mendapat perhatian karena menunjukan kepedulian masyarakat terhadap Indonesia. Selama memiliki tujuan yang sama yaitu menyukseskan pemilihan umum di Indonesia, akan lebih baik apabila pemerintah kooperatif terhadap inisiatif tersebut. 147
148