Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Latar Belakang Mikroorganisme fungsional yang dikenal sebagai biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. dan jamur vesikular arbuskular (JMA). Trichoderma sp. sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan jamur JMA telah dapat terbukti sangat berperan bagi tanaman dalam meningkatkan penyerapan unsur hara karena JMA dapat menaikkan luas permukaan penyerapan sistem perakaran yang penting bagi tanah yang kurang subur, kandungan haranya rendah (Islami dan Utomo, 1995). Siapakah Mikoriza...dan Apa Fungsinya? Mikoriza masuk ke dalam tumbuhan dan hidup di dalam atau di antara korteks dari akar sekunder (Islami dan Utomo, 1995). Infeksi mikoriza pada tanaman dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain suhu, ph, kelembaban, cahaya, dan ketersediaan unsur hara. Gambar 1. A. Spora Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) Peran mikoriza vesikular arbuskular (MVA) sudah banyak diteliti dan diulas oleh pakar di bidang mikoriza. Menurut Abimanyu dkk, (2012) fungi mikoriza arbuskula memiliki peran fungsional antara lain : 1. Bioprosesor mampu bertindak sebagai pompa dan pipa hidup karena mampu membantu tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak terjangkau oleh akar rambut,
2. Bioprotektor atau perisai hidup karena mampu melindungi tanaman dari cekaman biotika (patogen, hama dan gulma) dan abiotika (suhu, lengas, kepadatan tanah dan logam berat), 3. Bioaktivator karena terbukti mampu membantu meningkat simpanan karbon di rhizosfer sehingga meningkatkan aktifitas jasad renik untuk menjalankan proses biogeokimia, 4. Bioagregator karena terbukti mampu meningkatkan agregasi tanah. Alternatif penerapan pertanian berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan, yaitu dengan penggunaan pupuk hayati, di antaranya mikoriza. Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara cendawan dengan akar tanaman yang membentuk jalinan interaksi yang kompleks. Menurut Abimanyu dkk (2012) mengingat peran fungsionalnya tersebut mikoriza arbuskula dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan antara lain : 1. Meningkatkan jumlah dan mutu hasil tanaman, 2. Mengurangi kebutuhan akan pupuk dan pestisida 3. Mengurangi erosi 4. Mereduksi emisi CO 2 dan 5. Menyuburkan tanah. Adanya asosiasi simbiotik ini mengakibatkan pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat. Walaupun tidak adanya kekhususan inang bagi mikoriza arbuskula, tetapi dengan adanya asosiasi antara mikoriza dan akar tanaman dapat memberikan tingkat kolonisasi yang berbeda pada sistem perakaran dan juga dalam pengaruhnya terhadap penyerapan hara serta pertumbuhan tanaman. Jamur Trichoderma sp. dan Kompos Menurut Sutanto (2002 ) dalam Tindaon (2008) Trichoderma sp. merupakan mikroba tanah yang mempunyai peranan penting dalam kesuburan tanah diantaranya: 1. Sebagai pengatur daur hara secara simultan dan menyimpan hara sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman. 2. Melaksanakan sintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang bersifat stabil, seperti kompos yang berfungsi sebagai penyimpan hara dan berperan dalam memperbaiki struktur tanah.
Pengomposan secara alami akan memakan waktu 2-3 bulan akan tetapi jika menggunakan jamur sebagai dekomposer memakan waktu 14-21 hari. Selain itu jamur Trichoderma sp. sebagai agensia hayati, sebagai aktifator bagi mikroorganisme lain di dalam tanah, stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp. merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. A B Gambar 2. A. Koloni Jamur Trichoderma sp. B. Mikroskopis Jamur Trichoderma sp. Trichoderma sp. berfungsi untuk memecah bahan-bahan organik seperti N yang terdapat dalam senyawa komplek dengan demikian Nitrogen ini akan dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun dapat menguraikan posfat dari Al, Fe dan Mn. Pada ph rendah ion P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe dan Mn, sehingga sering mengalami keracunan Al dan Fe. Keracunan Al akan menghambat pemanjangan dan pertumbuhan akar primer serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Selain itu pada ph rendah aktifitas mikroba sangat rendah sehingga mekanisme penyediaan unsur hara melalui proses penguraian bahan organik terhambat dan bahan organik tanah sulit terurai. Pada tanah masam P dapat terikat dengan Al dan Fe serta mungkin Mn membentuk ikatan tidak larut di dalam tanah masam dengan kepekatan ion Fe dan Al jauh melebihi H 2 PO 4, akibatnya akan membentuk lebih banyak senyawa Posfor tidak larut. Dengan demikian hanya sejumlah kecil H 2 PO 4 tersisa dan merupakan bagian yang tersedia bagi tanaman. Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Jamur Trichoderma sp. hidup
ditanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp. yang optimum membutuhkan media dengan ph 4-5. Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-90%. Mekanisme kerja jamur Trichoderma sp. sebagai agen pengendalian hayati adalah antagonis terhadap jamur lain. Penekanan patogen berlangsung dengan proses antibiosis parasitisme, kompetisi O 2 dan ruang yang dapat mematikan patogen tersebut. Peran Trichoderma sp. adalah mengeluarkan enzim selulosa yang mampu merombak dinding sel patogen, sehingga patogen mati dan tanaman akan rentan terhadap penyakit. Selanjutnya, ketersediaan hara terutama nitrogen dan fosfor yang rendah akan mendorong pertumbuhan mikoriza. Aplikasi bahan organik dalam aktivitas pertanian merupakan upaya konservasi lahan pertanian berwawasan lingkungan yang juga menunjang program pemerintah Go Organik. Pupuk organik mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Meskipun kadar hara yang dikandung pupuk organik relatif rendah, namun peranan terhadap sifat kimia tanah jauh melebihi pupuk kimia buatan. 1. Terhadap sifat fisik tanah dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah, sehingga tercipta struktur tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman, 2. Terhadap sifat kimia tanah dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation yang merupakan terminal hara sebelum dimanfaatkna oleh tanaman. 3. Terhadap sifat biologi tanah, penggunaan pupuk kandang juga dapat mendukung terciptanya kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tanah (Goenadi, 2006). Kompos Trichoderma dapat dikombinasikan dengan mikoriza karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, perkembangan akar dan meningkatkan unsur hara P. Mekanisme melalui interaksi hifa langsung, kemudian konidia Trichoderma diintroduksikan ke tanah, akan tumbuh kecambah konidia di sekitar perakaran tanaman. Seiring dengan laju pertumbuhan yang cepat, maka dalam waktu yang singkat daerah perakaran tanaman sudah dikolonisasi oleh Trichoderma (Charisma dkk 2012). Peran Trichoderma adalah mengeluarkan enzim selulosa yang mampu merombak dinding sel patogen, sehingga patogen mati dan tanaman akan rentan terhadap penyakit. Selanjutnya, ketersediaan hara terutama nitrogen dan fosfor yang rendah akan mendorong pertumbuhan mikoriza.
Kesimpulan Kompos Trichoderma dapat dikombinasikan dengan mikoriza karena dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp. sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. JMA (jamur vesikular arbuskular) telah dapat terbukti sangat berperan bagi tanaman dalam meningkatkan penyerapan unsur hara.
Sumber Abimanyu D. N., Rr Yudhy Harini B., Irdika M. 2012 Bekerja Dengan Fungi Mikoriza Arbuskula. SEAMEO BIOTROP. Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology. Bogor. Indonesia. Acivrida M.C, Yuni Sri Rahayu, Isnawati. 2012. Pengaruh Kombinasi Kompos Trichoderma dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Media Tanam Tanah Kapur. 2012. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Surabaya. LenteraBio Vol. 1 No. 3 September 2012: 111 116. Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati. Dari Cawan Petri ke Lahan Petani. Yayasan John HiTech. Idetama. Jakarta. Islami, T. dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Permasyarakatan dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius. Tindaon, Herman. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk Organik unruk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /7723/1/09E00733.pdf. pada tanggal 10 Maret 2015.