PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

3. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

INOVASI PEMBUATAN ANEKA PRODUK OLAHAN DARI BENGKUANG. OLEH : Gusti Setiavani, STP. MP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea)

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENGARUH KONSENTRASI GULA MERAH DAN PERBANDINGAN PROPORSI PASTA UBI DAN TEPUNG KETAN TERHADAP MUTU DODOL

MUTU DODOL PISANG BERDASARKAN SUBTITUSI BERBAGAI JENIS PISANG (Musa paradisiaca) Quality of Bananas Dodol By Substituting Different Types Of Bananas

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

KUALITAS SELAI MANGGA KWENI (Mangifera odorata Griff) RENDAH KALORI DENGAN VARIASI REBAUDIOSIDA A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Formulasi Permen Soba Tanpa Rumput Laut Eucheuma cottonii

YUWIDA KUSUMAWATI A

PENGOLAHAN DODOL DURIAN SEBAGAI SALAH SATU PRODUK KHAS MALUKU PROCESSING OF DODOL DURIAN AS OF MOLUCCAS SPECIAL PRODUCT

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

LOGO BAKING TITIS SARI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU. (Laporan Penelitian) Oleh. Yuni Noviyanti

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS Aniswatul Khamidah 1 dan Eliartati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau ABSTRAK Fluktuasi harga nanas sangat tinggi dan saat panen raya harganya sangat rendah (Rp 750,00/kg untuk KW A) sehingga banyak buah yang tidak terjual terutama yang beratnya kurang dari 0,6 kg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula pasir dan gula merah terhadap tingkat kesukaan konsumen terhadap dodol nanas. Pengkajian dilaksanakan di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dan Laboratorium Pasca Panen BPTP Riau pada bulan Januari s/d Desember 2006. Terdapat lima perlakuan yang dikaji yaitu A) penambahan gula pasir 100%, B) penambahan gula pasir 100% terkaramelisasi, C) penambahan gula pasir 50% dan gula merah 50%, D) penambahan gula pasir 75% dan gula merah 25% dan E) penambahan gula merah 100%. Uji organoleptik terhadap 41 orang panelis meliputi parameter aroma, rasa, warna, tekstur dan tingkat kesukaan secara umum. Panelis yang menyukai perlakuan A) sebanyak 14,63%; perlakuan B) sebanyak 29,27%; perlakuan C ) sebanyak 19,51%; perlakuan D) sebanyak 9,76%; dan perlakuan E) sebanyak 26,83%. Dodol nanas yang disukai panelis adalah perlakuan B (penambahan gula pasir 100% terkaramelisasi) dengan kadar air 12,29%; total gula 16,81%; vitamin C 10,72 mg/100 gr; serat kasar 0,75% dan lemak 2,72%. Kata kunci: dodol nanas, uji organoleptik, nilai gizi PENDAHULUAN Produksi nanas hasil petani sebagian besar dijual dalam bentuk segar. Adanya fluktuasi harga sangat tinggi (pada musim panen raya, harga nanas sangat rendah sedangkan KW A harganya bisa mencapai Rp 750,00 per buah), menyebabkan buah yang beratnya kurang dari 0,6 kg/buah banyak yang tidak terjual. Oleh karena itu petani menginginkan olahan nanas yang bisa meningkatkan harga jual nanas, serta memanfaatkan nanas yang tidak laku di pasaran. Buah nanas yang dihasilkan oleh petani di Desa Kualu Nenas adalah jenis Moris yang mempunyai ciri khas manis dengan kandungan airnya relatif tinggi. Menurut Sunarmani (1994) selain rasanya enak, nanas juga banyak mengandung vitamin dan kalori yang sangat berguna bagi kesehatan. Nanas dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh dan menetralisir racun. Dodol merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang cukup populer di Indonesia. Pada umumnya dodol dibuat dari bahan baku tepung ketan, gula merah dan santan kelapa yang di didihkan sampai kental. Makanan ini memiliki rasa manis dan gurih, berwarna coklat dan bertekstur lunak sehingga digolongkan sebagai makanan semi basah. Aneka dodol buah-buahan seperti 387

dodol nanas, dodol pisang dan dodol apel tersebut sudah banyak dibuat (Retnowati, 2006). Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture Food) yang mempunyai kadar air 10-40 %; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak; mempunyai sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan lama selama penyimpanan (Astawan dan Wahyuni, 1991) Dodol nanas merupakan produk olahan yang terbuat dari daging buah nanas matang yang dihancurkan kemudian dimasak dengan gula dan bahan makanan lainnya seperti tepung ketan. Penambahan tepung ketan disini berfungsi untuk memperbaiki tekstur agar dodol tidak terlalu lunak. Untuk membuat dodol yang bagus mutunya, selain harus menguasai teknik pembuatannya diperlukan pengetahuan akan bahan baku buahnya seperti tingkat kematangan buah nanas yang mempengaruhi cita rasa dodol yang dihasilkan. Penambahan tepung ketan pada pembuatan dodol nanas juga dapat meningkatkan nilai gizi buah nanas setelah diolah menjadi dodol nanas, tekstur dodol tidak terlalu lunak, tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan, dan tidak mudah tengik (Desrosier, 1988). Dengan diolahnya nanas menjadi dodol diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan masa simpan nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula pasir dan gula merah terhadap tingkat kesukaan konsumen terhadap dodol nanas. METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dan Laboratorium Pasca Panen BPTP Riau pada bulan Januari s/d Desember 2006. Bahan yang digunakan adalah nanas berjenis Moris yang diperoleh dari petani Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, Riau. Pengkajian diawali dengan membuat dodol nanas dengan lima perlakuan yaitu: 1) penambahan gula pasir 100%, 2) penambahan gula pasir 100% terkaramelisasi, 3) penambahan gula putih 50% dan gula merah 50%, 4) penambahan gula putih 75% dan gula merah 25% dan 5) penambahan gula merah 100%. Teknologi pembuatan dodol nanas ini merupakan modifikasi dari metode Rukmana (1996), dengan bahan seperti pada Tabel 1, dan proses pembuatan dodol perlakuan A pada Gambar 1. Tahap selanjutnya melakukan uji organoleptik terhadap 41 orang panelis meliputi parameter aroma, rasa, warna, tekstur dan tingkat kesukaan secara umum. Perlakuan yang disukai panelis kemudian dianalisa kimia yang meliputi kadar air (metode pengeringan oven), total gula, vitamin C (metode titrasi volumetric), serat kasar dan lemak (metode soxhlet). Tabel 1. Komposisi bahan dodol nanas Perlakuan Komposisi 388

A Gula putih 100% B Gula putih 100% dibuat karamel C Gula putih 50% dan gula merah 50% D Gula putih 75% dan gula merah 25% E Gula merah 100% Gula putih 1 kg Nanas mengkal Santan kental (3kelapa menjadi 1 liter santan) Pencampuran Pengupasan dari mata dan kulit Pemasakan sampai mendidih Pencucian Pendinginan (penghilangan uap panas) Pemarutan Tepung beras 50 gr Tepung ketan 150 gr Pencampuran Bubur nanas 1 kg Pencampuran Pemasakan api kecil sampai kalis Pendinginan Pemotongan dan pengemasan Dodol nanas Gambar 1. Bagan alir pembuatan dodol nanas perlakuan A Pembuatan dodol nanas perlakuan B sama dengan perlakuan A, bedanya pada perlakuan B gula putihnya dibuat karamel dulu dengan cara memanaskan gula pasir ke dalam wajan penggorengan sampai berwarna coklat, baru dimasukkan santan kental ke dalam adonan gula tersebut. Sebaliknya pada perlakuan C dan D, gula putih dan gula merah dipanaskan bersamaan sampai kental, baru dimasukkan santan kental. Untuk perlakuan E, gula merah 389

dipanaskan ke dalam penggorengan sampai mencair, kemudian santan kental dimasukkan ke dalam larutan gula tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil uji organoleptik Hasil uji organoleptik disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan parameter aroma, panelis lebih menyukai perlakuan B dengan penambahan gula pasir 100% yang dibuat karamel karena aroma dodol lebih enak, aroma nanasnya lebih tajam dan gula yang dibuat karamel menambah aroma dodol lebih disukai. Menurut Winarno (1992) karamelisasi disebabkan oleh reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer atau pemakaian suhu tinggi pada sukrosa. Pencoklatan ini sengaja dibuat untuk menimbulkan bau dan cita rasa yang dikehendaki. Berdasarkan parameter rasa, perlakuan yang paling disukai adalah perlakuan C (gula pasir 50% dan gula merah 50%) dengan jumlah panelis yang menyukai sebanyak 29,27%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astawan et.al. (2004) bahwa gula pasir dan gula merah pada pembuatan dodol dapat berperan sebagai penambah citarasa, pembentukan aroma, tekstur dan pengawet. Daya tarik suatu jenis makanan dipengaruhi oleh warna dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mutu produk (Nasution dkk, 2006). Pada Tabel 2 tampak panelis menyukai warna dodol dengan perlakuan B yaitu dengan penambahan gula putih 100% yang dibuat karamel dulu, dengan jumlah panelis yang menyukai sebanyak 36,58%. Dodol dengan perlakuan tersebut menghasilkan warna yang coklat keemasan dan menarik. Terbentuknya warna coklat ini disebabkan karena reaksi karamelisasi (Astawan et al., 2004). Tabel 2. Presentase tingkat kesukaan panelis Perlakuan Aroma (%) Rasa (%) Warna (%) Tekstur (%) Kesukaan secara umum (%) A 14,63 12,19 7,32 12,19 14,63 B 29,27 26,83 36,58 34,15 29,27 C 26,83 29,27 26,83 26,83 19,51 D 7,32 4,88 9,76 9,76 9,76 E 21,95 26,83 19,51 17,07 26,83 Dalam proses pembuatan dodol, gula mengalami pemanasan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini berakibat kadar gula sebagai sukrosa menurun, sehingga terjadi reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu karamelisasi yang disebabkan gula pasir berubah menjadi molekul fruktosan (Winarno, 1992). Menurut Hodge dan Ozman (1976) pada produk yang diberi penambahan gula bila dilakukan pemanasan yang lebih lama terjadi proses karamelisasi yaitu reaksi pencoklatan non enzimatik. Karamel yang terbentuk selama pemanasan memberi warna coklat pada produk pangan. Pada perlakuan B, gula yang ditambahkan sengaja dibuat karamel untuk meningkatkan warna dodol. 390

Pada parameter tekstur, dodol yang paling disukai panelis juga dihasilkan perlakuan B dengan penambahan gula pasir 100% yang dibuat karamel, dengan jumlah panelis yang menyukai sebanyak 34,15%. Kesukaan panelais pada dodol ini disebabkan karena tekstur dodol lembut, kenyal, mulur, tidak terputus dan tidak lengket. Tingkat kekenyalan ini dipengaruhi oleh tepung ketan yang ditambahkan dalam pembuatan dodol. Tepung ketan mengandung amilopektin yang lebih tinggi daripada amilosa sehingga bila dipanaskan sifatnya menjadi lengket dan kenyal. Selain tepung ketan, gula juga memberikan pengaruh terhadap tekstur karena gula berpengaruh terhadap pembentukan kristal pada dodol. Pertumbuhan kristal pada dodol yang menggunakan gula merah lebih lambat dibandingkan dengan dodol yang menggunakan gula pasir karena kadar sakarosa gula pasir lebih besar dibandingkan gula merah. Berdasarkan keseluruhan parameter, panelis menyukai dodol yang dihasilkan oleh perlakuan B dengan penambahan gula pasir 100% yang dibuat caramel, dengan jumlah panelis sebanyak 29,27%. Panelis menyukai perlakuan B karena penampakan dodol halus, mengkilap, aroma nanasnya lebih tajam dan tekstur lebih kenyal. 2. Analisa kimia perlakuan terpilih Dodol nanas yang disukai panelis adalah perlakuan B (penambahan gula pasir 100% terkaramelisasi) dengan nilai gizi seperti yang tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Kandungan gizi dodol nanas perlakuan terpilih Kandungan gizi Jumlah Kadar air 12,29 % Total gula 16,81 % Vitamin C 10,72 mg/100 gr Serat kasar 0,75 % Lemak 2,72% KESIMPULAN Dodol nanas yang disukai panelis adalah dodol nanas dengan penambahan gula putih 100% yang dibuat karamel (perlakuan B). Dodol ini mempunyai kadar air 12,29%; total gula 16,81%; vitamin C 10,72 mg/100 gr; serat kasar 0,75% dan lemak 2,72%. DAFTAR PUSTAKA Astawan dan Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Dalm Irawati, R,2001. Pembuatan Dodol Waluh (Kajian Penambahan Tepung Ketan dan Terigu Serta Gula Pasir) Tehadap Sifat Fisik, Kimia dan 391

Organoleptik. Skripsi Fakulta Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Astawan, M., S. Koswara, dan F. Herdiani. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) untuk Meningkatkan Kadar Iodium dan Serat Pangan pada Selai dan Dodol. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol XV. No. 1. Th 2004 Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press, Jakarta. Hodge, J.E. dan E.M. Ozman. 1976. Carbohydrates. In O.R. Fennema (ed). Food Chemistry (Vol. I). p. 41. Marcel Dekker, Inc. New York and Basel Nasution, Z., Bakkara, T. dan Manulu M. 2006. Pemanfaatan Wortel (Daucus carota) dalam Pembuatan Mie Basah serta Analisa Mutu Fisik dan Mutu Gizinya. Jurnal Ilmiah PANNMED. Vol.1. No.1. Juli. 2006. Hal 9-13. Retnowati, D. 2006. Pemanfaatan Terung sebagai Bahan Pembuatan Dodol. Skripsi Teknik Elektro, Fakultas teknik, Universitas Negeri Semarang. Rukmana, R. 1996. Nanas, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sunarmani. 1994. Penanganan Pasca Panen Buah Nanas Evaluasi Hasil Penelitian Tahun 1989-1992. Prosiding Rapat Teknis Puslitbang Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultua. Jakarta Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 392