BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Agregat, Permeabilitas, dan Bobot Isi. Polimer hidroksi alumunium (PHA) yang bermuatan positif berperan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Vertisol adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai sifat vertik, warna

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga 2.2. Peranan Pupuk Kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata Sturt ) PADA ENTISOL

HASIL DAN PEMBAHASAN Agregat Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH ACARA II DERAJAT KERUT TANAH. Disusun Oleh: : Sella Wulandari : A1L Rombongan : C2. Semester : Genap 2013

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

Table 5. Infiltrasi Air ke Dalam Tanah Setelah 1 Jam

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

METODOLOGI PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk organik cair (effluent sapi) ialah cairan hasil pemisahan oleh separator pada

REFERENSI 16/03/2009 STRUKTUR TANAH. gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tanah Ultisol tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan diperkirakan menduduki hampir 30 % dari seluruh dataran di

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

ASAM HUMAT DALAM PRAKTEK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB II STUDI PUSTAKA

STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA UMUR PERSAWAHAN DI KECAMATAN PEMAYUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pergerakan Air Dalam Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

BAB III METODE PENELITIAN. Kapasitas Tukar Kation (cmol/kg) ph H 2 O 5.2 ph KCl 4.6 Kadar Pasir (%) 31 Kadar Debu (%) 58 Kadar Liat (%) 11

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ashari (1995) menyatakan bahwa tumbuhan nanas dapat tumbuh di dataran

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

DASAR-DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

EFEK RESIDU PEMBERIAN KOMPOS PELEPAH KELAPA SAWIT DALAM MEMPERBAIKI KEMANTAPAN AGREGAT ULTISOL DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.

ANALISIS INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, DRAMAGA NUR AUFAH KURNIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA. Vertisol

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

I. PENDAHULUAN. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

III. BAHAN DAN METODE

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Populasi Mikrob Tanah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Transkripsi:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Stabilitas Agregat, Permeabilitas, dan Bobot Isi Polimer hidroksi alumunium (PHA) yang bermuatan positif berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antar partikel liat yang bermuatan negatif melalui pengikatan secara kimia. Dalam hal ini, muatan negatif partikel liat dengan muatan partikel liat lainnya dihubungkan oleh PHA melalui ikatan: liat polimer Al - OH liat. Pemberian senyawa humat melibatkan ikatan: liat (Al,Fe) humat (Al,Fe) liat (Hsu, 1989). Pengikatan ini membentuk agregat agregat kecil yang disebut flokul. Flokul tersebut selanjutnya akan stabil selama agen penyemen masih ada. Aktivitas penyemenan menyebabkan partikel partikel tanah membentuk agregat yang lebih besar dan mantap, dan pada akhirnya meningkatkan indeks stabilitas agregat. Penyiraman diduga menyebabkan terhidrolisisnya PHA sehingga terpolimerisasi lebih lanjut. Polimer tersebut kemudian diikat oleh partikel liat sehingga merangsang agregasi, seperti yang telah dijelaskan diatas. Adanya kekuatan pemadatan karena aktifitas penyiraman juga dapat menyebabkan partikel partikel liat yang terflokulasi tadi membentuk agregat agregat yang lebih mantap. Sedangkan pada saat air menguap butir butir liat akan saling mendekat satu sama lain, sehingga lebih memudahkan terjadinya pengikatan antar partikel liat oleh PHA yang selanjutnya merangsang proses agregasi. PHA dapat memberikan coating effect pada permukaan liat, yaitu pembungkusan partikel partikel liat sehingga keberadaan polimer tersebut menurunkan potensi pengembangan dan pengerutan tanah, ditunjukan oleh semakin menurunnya nilai COLE (Gambar 4). Dengan menurunnya pengembangan tanah, partikel partikel

tanah menjadi tidak mudah terdispersi sehingga menunjang proses agregasi, yang selanjutnya akan dapat membentuk agregat yang lebih stabil. Nilai indeks stabilitas agregat pada perlakuan PHA cenderung meningkat dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan kontrol K nilai indeks stabilitas agregat sebesar 125,07, meningkat pada perlakuan PHA 4 menjadi 163,82, pada perlakuan PHA 6 meningkat menjadi 158,42, pada perlakuan PHA 10 meningkat menjadi 165,94, dan pada perlakuan PHA 15 nilai indeks stabilitas agregat meningkat menjadi 151,59 (Gambar 1). Senyawa humat berperan sebagai granulator yang dapat memperbaiki struktur tanah. Senyawa organik dapat meningkatkan populasi organisme tanah, diantaranya adalah jamur, cendawan dan bakteri. Cendawan dan jamur mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, membuat tanah menjadi lebih gembur dan berstruktur remah. Struktur remah menyebabkan agregat mudah hancur pada saat proses pengayakan. Hal inilah yang menyebabkan nilai stabilitas agregat pada perlakuan senyawa humat menjadi turun dibanding kontrol. Pada perlakuan kontrol K nilai indeks stabilitas agregat sebesar 125,07, nilai indeks stabilitas agregat turun pada perlakuan H 5 menjadi 72,89, pada perlakuan H 10 turun menjadi 114,43, dan pada perlakuan H 25 turun menjadi 124,77 ditunjukkan pada Gambar1. Klasifikasi stabilitas agregat (Black, 1965) pada Tabel Lampiran 1. Gambar 1. Pengaruh Beberapa Dosis PHA dan Senyawa Humat Terhadap Stabilitas Agregat

Pada dasarnya tanah tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi dan mempunyai kemampuan untuk mengembang akan memiliki nilai permeabilitas tanah yang rendah. Keadaan demikian disebabkan oleh tersumbatnya pori pori tanah pada saat tanah mengembang dan pada akhirnya menghambat pergerakkan air dalam tanah. Pemberian PHA membentuk agregat yang lebih stabil, pada agregat yang stabil akan tercipta ruang ruang pori tanah yang semakin baik sehingga meningkatkan permeabilitas tanah. Dapat dilihat pada data, nilai permeabilitas pada perlakuan kontrol K sebesar 4,66 cm/jam, nilai permeabilitas meningkat pada perlakuan PHA 4 menjadi 7,23 cm/jam, pada perlakuan PHA 6 meningkat menjadi 15,20 cm/jam, pada perlakuan PHA 10 meningkat menjadi 6,40 cm/jam dan pada perlakuan PHA 15 meningkat menjadi 9,74 cm/jam (Gambar 2). Cendawan dan jamur mampu menyatukan butir-butir tanah, merangsang proses agregasi dan granulasi. Proses ini menciptakan kondisi tanah yang lebih sarang sehingga kemampuan tanah untuk melewatkan air akan semakin meningkat sedangkan bobot isi menjadi rendah. Nilai permeabilitas pada perlakuan kontrol (K) sebesar 4,66 cm/jam, meningkat pada perlakuan H 5 menjadi 7,32 cm/jam, pada perlakuan H 10 meningkat menjadi 5,55 cm/jam dan pada perlakuan H 25 meningkat menjadi 11,90 cm/jam (Gambar 2). Nilai bobot isi pada perlakuan kontrol (K) sebesar 1,047 gr/cm³, turun menjadi 0,993 gr/cm³ pada perlakuan H 5, pada perlakuan H 10 turun menjadi 0,884 gr/cm³ dan pada perlakuan H 25 turun menjadi 0,929 gr/cm³ (Gambar 3). Metode klasifikasi permeabilitas (Uhland dan Oneil, 1972 dalam Hardjowigeno, Widiatmaka, dan Yogaswara, 1999) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

Gambar 2. Pengaruh Beberapa Dosis PHA dan Senyawa Humat Terhadap Permeabilitas Tanah. Penurunan bobot isi tanah berkaitan dengan kemampuan PHA sebagai agen penyemen yang mendorong terbentuknya agregasi tanah sehingga partikel partikel tanah yang saling lepas menjadi berikatan kembali membentuk agregat agregat tanah baru yang lebih stabil. Dengan terbentuknya agregat yang lebih stabil, akan tercipta ruang ruang pori tanah yang semakin baik pula, menyebabkan bobot isi tanahnya persatuan volume rendah. Pada perlakuan kontrol K nilai bobot isi tanah sebesar 1,047 gr/cm³, nilai bobot isi tanah turun pada perlakuan PHA 4 turun menjadi 0,903 gr/cm³, pada perlakuan PHA 6 turun menjadi 0,876 gr/cm³, pada perlakuan PHA 10 turun menjadi 0,960 gr/cm³, dan pada perlakuan PHA 15 turun menjadi 0,900 gr/cm³ (Gambar 3).

Gambar 3. Pengaruh Beberapa Dosis PHA dan Senyawa Humat Terhadap Bobot Isi 4.2 Nilai COLE Nilai COLE cenderung menurun dibandingkan dengan kontrol. PHA berperan dalam mengurangi pengembangan tanah. Menurut Rich (1968), PHA sangat efektif mengontrol pengembangan tanah dengan cara mengikat lapisan silikat dan menahan kekuatan pengembangan. Menurut Bohn et al (1979), PHA tersebut dipegang di dalam ruang antar lapisan silikat mineral liat yang dapat mengembang sehingga dapat mencegah runtuhnya lapisan lapisan silikat tersebut sewaktu molekul air dipindahkan selama proses pengeringan. Keberadaan PHA dipegang kuat di dalam ruang antar lapisan mineral liat juga mampu membatasi pengerutan tanah. Pengembangan dan pengerutan tanah yang menurun ditunjukan oleh nilai COLE yang semakin rendah. Pada perlakuan kontrol (K) nilai COLE sebesar 0,176, menurun pada perlakuan PHA 4 menjadi 0,123, pada perlakuan PHA 6 menurun menjadi 0,162, pada perlakuan PHA 10 turun menjadi 0,136 dan pada perlakuan PHA 15 turun menjadi 0,098 (Gambar 4).

Pemberian senyawa humat ke tanah vertisol melibatkan ikatan: liat (Al,Fe) humat (Al,Fe) liat, Hsu (1989). Dengan adanya ikatan tersebut pengembangan liat dibatasi sehingga nilai COLE cenderung menurun. Pada perlakuan kontrol K nilai COLE sebesar 0,176, nilai COLE menurun pada perlakuan H 5 menjadi 0,136, pada perlakuan H 10 nilai COLE turun menjadi 0,136 dan pada perlakuan H 25 nilai COLE menurun menjadi 0,123 (Gambar 4). Besarnya kembang-kerut dan retakan tanah berhubungan dengan nilai COLE, semakin besar nilai COLE maka semakin besar retakan tanahnya (Gambar Lampiran 4 dan 5). Kembang-kerut tanah dapat menyebabkan dinding bangunan menjadi retak (Gambar Lampiran 6). Gambar 4. Pengaruh Beberapa Dosis PHA dan Senyawa Humat Terhadap Nilai COLErod 4.3 Kadar Air Tersedia Ukuran pori yang menahan air pada pf 2,54 dan pf 4,20 masing masing adalah 8,6 µ dan 0,2 µ, sehingga air yang terdapat pada pori yang berukuran

lebih besar daripada 8,6 µ dan 0,2 µ berturut turut akan keluar pada saat diberi tekanan setara pf 2,54 (1/3 atm) dan pf 4,20 (15 atm) (Djusar, 1995). Menurunnya kadar air tersedia diduga berhubungan dengan ukuran pori yang terbentuk akibat perlakuan PHA dan senyawa humat. Dalam hal ini PHA dan senyawa humat berperan sebagai agen penyemen yang mendorong terbentuknya agregasi tanah, menyebabkan terbentuknya pori yang berukuran lebih besar. Sehingga jumlah pori yang dapat menahan air semakin menurun. Nilai kadar air tersedia pada perlakuan kontrol K sebesar 22,34 %, nilai kadar air tersedia menurun pada perlakuan PHA 4 menjadi 19,76 %, pada perlakuan PHA 6 turun menjadi 17,72 %, pada perlakuan PHA 10 turun menjadi 18,55 %, pada perlakuan PHA 15 turun menjadi 19,19 %. Dibandingkan dengan nilai kadar air pada perlakuan kontrol, nilai kadar air tersedia pada perlakuan H 5 turun menjadi 14,53 %, pada perlakuan H 10 nilai kadar air tersedia turun menjadi 18,37 % dan pada perlakuan H 25 turun menjadi 19,16 % (Gambar 5). Gambar 5. Pengaruh Beberapa Dosis PHA dan Senyawa Humat Terhadap Kadar Air.