BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi laba yang besar belum merupakan ukuran perusahaan itu telah bekerja secara

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan situs resmi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan tersebut bergerak menurut kegiatannya masingmasing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis. mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. This page was created using BCL ALLPDF demo software. To purchase, go to

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASANTEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk tujuan itu (Fess et al, 2006:452). Menurut PSAK No. 14, persediaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Zimmerman (1960) yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

BAB II URAIAN TEORETIS. Berdasarkan penelitian dengan metode analisis regresi linier berganda

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kinerja Perusahaan. Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEDIAAN (Penilaian Berdasar Harga Pokok)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN PERSEDIAAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN MENURUT PERPAJAKAN PADA CV ALAM ABADI MULIA PALEMBANG

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Zaki Baridwan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. keakuratan data dan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di dalamnya. Dengan semakin berkembangnya dunia saat ini, maka

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Persediaan Persediaan dalam perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat penting baik dalam jumlah maupun dalam peranannya. Jumlah (nilai) persediaan pada umumnya relatif besar diantara unsur-unsur aktiva lancar, sehingga investasi pada persediaan memerlukan dana yang cukup besar. Sedangkan peranan persediaan adalah sebagai sumber utama pendapatan perusahaan melalui penjualan barang. Seperti kita ketahui nilai persediaan yang terjual selama satu periode merupakan harga pokok penjualan yang dibebankan sebagai biaya dalam periode tersebut. Sedangkan harga jual dari persediaan tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan ini apabila dibandingkan dengan harga pokok penjualan akan menghasilkan selisih yang disebut laba kotor penjualan. Sementara itu, nilai persediaan yang belum terjual pada tanggal neraca dapat dikompensasikan ke periode akuntansi selanjutnya sebagai komponen dari harga pokok penjualan pada saat persediaan itu dijual. Dengan demikian, persediaan mempunyai implikasi langsung pada neraca dan laporan perhitungan laba rugi suatu perusahaan dimana nilai persediaan pada akhir periode akan digunakan dalam perhitungan harga pokok penjualan pada periode selanjutnya. 4

5 Oleh sebab itu, setiap kesalahan dalam menentukan nilai persediaan akan menyebabkan kesalahan dalam menghitung laba yang diperoleh. Ikatan Akuntan Indonesia melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keangan (PSAK) No. 14 tahun 2009 paragraf 03 mendefinisikan persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah aktiva: (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (b) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa Kemudian dijelaskan juga pada PSAK No. 14 tahun 2009 paragraf 04: Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya: barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Dari pengertian persediaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan usaha normal, apakah itu merupakan jenis persediaan barang jadi, barang dalam proses produksi atau bahan baku. Ketiga jenis persediaan tersebut berfungsi sebagai barang yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi ataupun langsung diperdagangkan tergantung dari jenis perusahaan yang bersangkutan.

6 Ketentuan suatu barang digolongkan sebagai persediaan adalah tergantung pada tujuan perusahaan untuk memiliki atau memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan belum tentu sebagai persediaan pada perusahaan lain. Misalnya, tanah dan bangunan pada perusahaan real estate adalah merupakan persediaan, sedangkan bagi perusahaan perkebunan itu merupakan aktiva tetap. Istilah persediaan pada umunya dihubungkan dengan barang yang merupakan objek usaha pokok perusahaan. Oleh Karena itu, persediaan untuk tiap-tiap perusahaan berbeda, tergantung kepada jenis perusahaan yang bersangkutan. Istilah persediaan menurut Kieso (2007:445) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Untuk usaha dagang yaitu perusahaan hanya terdiri dari suatu golongan, yaitu persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dujual kembali, sedangkan ; 2. Untuk perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan yang mempunyai persediaan terdiri dari, persediaan barang jadi, persediaan persediaan produk, persediaan bahan baku, persediaan bahan baku penolong, persediaan habis dipakai pabrik, dan persediaan suku cadang. Dengan demikian, secara umum persediaan dapat diartikan sebagai Persediaan adalah aktiva yang ditunjukan untuk dijual/diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi dan kemudian dijual sebagai kegiatan utama perusahaan. (Iman, 2006:239 )

7 Definisi ini memberikan pengertian yang lebih luas karena mencakup persediaan untuk perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Tujuan pemilikan persediaan pada dasarnya adalah untuk dijual kembali kepada pihak luar perusahaan (konsumen) dalam usaha normal perusahaan atau untuk digunakan dalam proses produksi dalam rangka menghasilkan barang siap dijual. Bentuk persediaan yang berwujud dapat dibedakan menjadi: barang jadi (finished good), barang dalam proses (work in process), bahan baku (raw material) dan bahan penolong (supplies). B. Tujuan Pengukuran Persediaan Tujuan pertama adalah dalam upayanya untuk menandingkan biaya (matching cost) terhadap pendapatan yang berkaitan, sehingga dihasilkan laba, proses ini merupakan tujuan dasar akuntansi tradisional. Penekanan pada perhitungan laba bersih yang didasarkan kepada pendapatan pada saat penjualan memerlukan adanya alokasi biaya ke periode dimana pendapatan dilaporkan yaitu harga pokok penjualan. Sedangkan nilai persediaan yang belum terjual akan dibawa ke periode berikutnya dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dalam proses pengukuran laba sangat mirip dengan ciri-ciri umum pada penilaian pembayaran beban dimuka dan aktiva tetap atau disebut penangguhan expenses, yaitu atas dasar harga input, kemudian untuk menentukan nilai harga pokok penjualan dapat juga dilakukan melalui perhitungan (rumus) yang lazim digunakan dalam

8 persediaan. Namun demikian dalam keadaan tertentu persediaan dinilai berdasarkan harga jual (output values) untuk memperoleh penilaian laba. Tujuan kedua pengukuran persediaan lainnya adalah untuk menyajikan nilai barang-barang perusahaan didalam komponen neraca (laporan keuangan). Tujuan ketiga pengukuran persediaan adalah membantu investor untuk memprediksi arus kas dikemudian hari, yaitu dipandang dari jumlah persediaan sebagai sumber daya yang akan mendukung arus kas dan jumlah persediaan yang akan dijual kemudian hari dan akan mempengaruhi arus kas keluar. C. Klasifikasi Persediaan Pada setiap perusahaan baik yang berbentuk perusahaan dagang maupun industri mempunyai cara yang berbeda dalam mengelompokkan persediaan barang yang dimilikinya, selain itu jenis dari persediaan dari kedua jenis perusahaan tersebut juga berbeda. Persediaan merupakan suatu aktiva yang pengklasifikasiannya tergantung pada perusahaannya, apakah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan dagang maka persediaannya disebut persediaan barang dagang (merchandise inventory) dan memiliki karakteristik tertentu, seperti ; persediaan itu merupakan milik perusahaan dan persediaan itu merupakan barang yang siap dijual kepada konsumen

9 dalam suatu kondisi bisnis normal. Sedangkan dalam perusahaan industri manufaktur jenis persediaannya sebagai berikut (Iman, 2006:240) 1. Bahan baku dan penolong Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biaya. Sedangkan bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi, tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti biaya. 2. Supplies Pabrik Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi. 3. Barang dalam proses Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tunggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. 4. Produk selesai Adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya. Fungsi persediaan menurut (Eddy, 2010;238) dapat dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu; 1. Fluctuation stock Merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk

10 mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau waktu pengiriman barang. 2. Anticipation stock Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. 3. Batch Stock / Lot Size Inventory Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan perunit yang lebih rendah. 4. Pipeline Inventory Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. D. Sistem Pencatatan Persediaan Penentuan kuantitas persediaan mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan penentuan penilaian persediaan, karena apabila kuantitas persediaan dapat ditentukan dengan tepat akan mempermudah pencatatan nilai barang yang belum terjual. Dalam melakukan pencatatan jumlah persediaan, dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem menurut (Iman, 2006:241):

11 1. Sistem Periodik (berkala) Dalam sistem berkala setiap kali ada penjualan hanya pendapatan dari penjualan itu yang dicatat. Pada saat penjualan tidak dicatat ayat jurnal untuk mencatat harga barang yang dijual. Jadi konsekuensinya harus diadakan perhitungan fisik untuk menentukan nilai persediaan pada akhir periode. Umumnya perhitungan fisik secara lengkap hanya mungkin diadakan pada akhir tahun fiskal. Sistem persediaan berkala kerapkali digunakan oleh perusahaan perdagangan eceran dan perusahaan pemasok barang dagangan yang masing-masing aktifitasnya dalam membeli dan menjual aneka barang begitu tinggi, demikian juga barang yang dijual yang baraneka ragam jenis harganya. Dalam sistem ini kerapkali ada pembelian atau penjualan barang tidak diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan pada rekening persediaan tapi dicatat didalam rekening pembelian atau penjualan. Setelah kuantitas dan nilai persediaan akhir diketahui, maka harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dapat dihitung dengan cara persediaan awal tambah pembelian netto dikurangi dengan persediaan akhir. Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah bahwa harga pokok penjualan tidak dapat diketahui pada setiap saat, karena didalamnya tidak ada rekening-rekening yang terkait dalam perhitungan harga pokok penjualan tersebut dan bila hendak mengetahui harga pokok penjualan maka harus diadakan perhitungan

12 secara fisik lebih dahulu. Oleh sebab itu metode ini disebut metode fisik. 2. Sistem Perpetual Sistem perpetual dikenal juga dengan metode buku. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Dalam sistem ini keuantitas persediaan dapat diketahui setiap saat tanpa harus mengadakan perhitungan fisik terlebih dahulu, karena setiap ada transaksi pembelian atau penjualan barang selalu diikuti dengan pendebetan atau pengkreditan rekening persediaan. Harga pokok penjualan akan didebet saat barang dikeluarkan dari persediaan tersebut. Walaupun demikian perhitungan fisik barang setahun sekali atau setiap akhir periode perlu dilakukan untuk mencocokkan antara persediaan yang ada dengan catatannya. Dari penjelasan diatas didapati bahwa pemakaian metode ini jauh lebih menguntungkan daripada pemakaian periodik, karena dengan metode ini harga pokok penjualan dapat diketahui sewaktuwaktu bila dibutuhkan. Metode perpetual ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yang dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan keuangan, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. (Imam, 2006:242)

13 E. Pengertian Perputaran Persediaan Persediaan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan, karena persediaan selalu mengalami perubahan, maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi terhadap persediaan yang dimiliki. Evaluasi ini akan membantu pihak perusahaan dalam melakukan analisa persediaan dengan mengetahui tingkat perputarannya. Banyak pendapat tentang bagaimana cara mengukur tingkat perputaran persediaan yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Menurut Munawir (2007 : 77) perputaran persediaan ialah rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2008 : 180) adalah sebagai berikut: Perputaran persediaan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. 1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Untuk mengevaluasi posisi persediaan dapat digunakan dengan cara menghitung turnover atau tingkat perputaran dari persediaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan membandingkan antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan menunjukkan berapa kali jumlah barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual

14 atau diganti). Perputaran persediaan menurut (Toto, 2010;120) dapat dihitung dengan : Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan Persediaan Rata - rata Persediaan Rata-rata = Persediaan Awal Persediaan 2 Akhir Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode. Perputaran persediaan ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang diganti dalam satu tahun, semakin rendah rasio ini berarti masih banyak stock yang belum terjual sehingga terjadi pemborosan biaya modal. 2. Hari Rata-rata Barang Disimpan (Avarege Day s Inventory) Rasio ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang periode penahanan persediaan rata-rata atau periode rata-rata barang tersimpan dalam gudang. Dengan mengetahui turnovernya dapat ditentukan hari rata-rata penjualannya atau hari rata-rata barang disimpan digudang, yaitu dengan membatasi hari dalam satu tahun dengan persediaan ratarata. Hari Rata-rata Barang Disimpan = Persediaan Rata - rata Harga Pokok Penjualan x 360 Rasio ini menunjukkan hari rata-rata dana yang tertahan dalam persediaan barang digudang. Semakin cepat atau semakin pendek hari rata-rata persediaan akan memperkecil biaya modal sehingga semakin efisien dana yang tertahan dalam persediaan.

15 F. Pengertian Laba Bersih Agar perusahaan dapat dikatakan mampu dalam menghadapi segala situasi perekonomian, maka harus diusahakan agar perkembangannya selalu selaras dengan perkembangan masyarakat, konsumen, teknologi, dan situasi lain disekitar usaha. Perkembangan ini menuntut perusahaan untuk ikut berkembang dimana perkembangan itu dimulai dengan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba. Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan adalah dengan membaiknya kinerja manajemen perusahaan dengan ditandai oleh berbagai macam hal. Diantara meningkatnya aktiva/asset yang dimiliki oleh perusahaan, dan harga saham yang terus naik di Pasar Modal (Bursa Efek Indonesia). Semua itu tidak terlepas dari unsur laba perusahaan yang telah diraih oleh perusahaan, tercapainya target laba yang ditentukan oleh dewan direksi membuat seluruh nilai perusahaan terdongkrak naik, bahkan citra baik perusahaan pun akan semakin membaik. Pada umumnya tujuan akhir dari perusahaan adalah memperoleh laba dan tingkat laba yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilannya. Oleh karena itu laba tersebut harus dikelola dengan baik karena kaitannya dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan dan sudah sewajarnya pihak manajemen berusaha meningkatkan pengendalian dalam masalah keuangan perusahaan.

16 Menurut Sofyan, (2007 : 241) pengertian laba adalah keuntungan dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil. Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). Sedangkan menurut Fraser dan Ormiston,(2008;140): laba bersih (net earnings) atau garis bawah (bottom line) menjelaskan laba perusahaan setelah pertimbangan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode akuntansi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia melalui Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 25 tahun 2009 adalah: Laba seringkali total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Dalam menghitung angka income atau laba, pendapatan dan beban menjadi unsur yang menentukan. Laba diperoleh dengan mempertemukan antara pendapatan dan beban. Pendapatan didefinisikan Suwardjono (2006 : 52) sebagai berikut: Pendapatan merupakan aliran masuk dana (kas atau lainnya) kedalam perusahaan karena perusahaan menjual barang atau jasa kepada konsumen sesuai dengan tujuan perusahaan. Sedangkan beban didefinisikan:

17 Beban adalah aliran keluar kekayaan atau aktiva yang melekat pada produk atau jasa yang diserahkan perusahaan kepada konsumen dalam rangka menimbulkan pendapatan. Sedangkan unsur penghasilan dan beban (masih dalam keranga Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) didefinisikan sebagai berikut : Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya active atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian penanaman modal. Dalam pegakuan beban, terdapat prinsip - prinsip yang merupakan kerangka dasar bagi pengakuan beban. Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba bersih adalah selisih antara pendapatan yang telah direalisasi dengan biaya untuk mendapatkan pendapata tersebut, setelah dikurangi item pajak penghasilan perusahaan (Earning After Tax) yang dapat menaikkan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk penambahan aktiva. Penyajian laporan laba yang informative oleh perusahaan dapat digunakan sebagai bahan analisa dan pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan.

18 Oleh karena itu agar efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik maka komponen atau unsur-unsur income diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang berbeda-beda, yaitu: 1. Laba kotor : Selisih antara penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba usaha : Laba kotor dikurangi biaya operasional. 3. Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa : laba usaha ditambah/dikurangi pendapatan/beban lain-lain. 4. Laba bersih setelah pos luar biasa : laba sebelum pajak dan ditambah/dikurangi pos luar biasa. 5. Laba bersih setelah pajak : laba bersih setelah pos luar biasa dikurangi pajak penghasilan. Laba bersih dari segi akuntansi menurut Suwardjono (2006 : 53) laba bersih adalah selisih bersih antara pendapatan dan biaya ditambah atau dikurangi dengan selisih bersih antara untung dan rugi. Untuk lebih jelasnya elemen dan urutan penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut:

19 PT ABC LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 Penjualan Rp xxx xxx Harga Pokok Penjualan ( Rp xxx xxx ) Laba Bruto Rp xxx xxx Beban Operasional ( Rp xxx xxx ) Laba Operasional Rp xxx xxx Penghasilan Lain Lain ; Penghasilan bunga Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap - bersih Rp xxx xxx Rp xxx xxx Rp xxx xxx Penghasilan Lain-lain - bersih Laba Sebelum Pajak Rp xxx xxx Rp xxx xxx Beban Pajak ( bersih ) ( Rp xxx xxx ) Laba Sebelum Hak Minoritas Rp xxx xxx Hak Minoritas ( Rp xxx xxx ) Laba Bersih Rp xxx xxx

20 Dengan mengetahui laba secara umum untuk menghitung besarnya kenaikan laba dapat ditentukan dari laba kotor atau laba bersih. Akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya mengambil data berdasarkan laba bersih saja. G. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih Dalam perusahaan industri kegiatan rutinitas yang dilakukan selalu berkaitan dengan persediaan, hal ini dikarenakan adanya proses produksi dimana proses produksi merupakan kegiatan perusahaan yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual, jumlah persediaan harus diimbangi dengan jumlah penjualan, jika penjualan mengalami kemacetan maka akan berpengaruh tidak baik terhadap seluruh kegiatan perusahaan, karena adanya investasi dalam persediaan terlalu besar, sehingga dana untuk keperluan yang lain semakin berkurang padahal kebutuhan itu sangat mendesak. Selain itu persediaan juga sebagai elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu berputar secara terus menerus dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Jika dalam penentuan besarnya inventori mengalami kesalahan maka akan berakibat tertekannya kesalahan itu bertambah naik atau turun pada keuntungan perusahaan. Inventori terlalu besar dari kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, juga memperbesar kemungkinan kerugian karena turunnya kualitas dan keusangan. Hal ini

21 semua akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaiknya apabila investasi dalam inventori terlalu kecil akan berakibat memperkecil keuntungan juga karena kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja dengan leluasa. Perusahaan yang tidak bekerja dengan full capacity berarti bahwa capital asset dan direct labour tidak dapat digunakan dengan sepenuhnya, hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-rata yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya. Berdasarkan uraian diatas dapatlah diketahui bahwa seberapa besar perolehan laba sangat dipengaruhi oleh perputaran persediaan, dimana aktivitas ini memerlukan dana yang cukup untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian perusahaan harus menggunakan dana secara efektif, agar perusahaan dapat memperoleh laba sesuai dengan tujuan perusahaan. H. Penelitian Terdahulu Herni Sari Astuti (2007) yang menguji hubungan perputaran persediaan terhadap laba bersih pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap laba bersih. Nikmatur Rochmah (2009) yang menguji hubungan perputaran persediaan terhadap laba bersih pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap laba bersih.