Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan

dokumen-dokumen yang mirip
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG


Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

Pasal 0 PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 1 Tahun 1994 Tanggal 15 April 1994 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

MATA KULIAH JAPANESE TEACHING DALAM KURIKULUM NON-KEGURUAN. Diah Soelistyowati ) Universitas Dian Nuswantoro Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

EVIDENCE BASED PLANNING

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI SOSIAL, MENTERI DALAM NEGERI MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, DAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan

INDIKATOR BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

DAFTAR ISI. BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Cianjur. 114 B. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan 135

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47 km 2 (4,47%) dan. 5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km 2 (6,37%) dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diuraikan sebelumnya yang berdasar pada fenomena-fenomena esensial di


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

Pemberantasan Buta Aksara Dengan Hati

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun


ANALISA PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

Transkripsi:

AKSESIBILITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI DAERAH PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DAN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh: Eusabinus Bunau, Clarry Sada, Laurensius Salem, Paternus Hanye (PBS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Data untuk penelitian ini diperoleh dari Kecamatan Paloh, Sajingan, Subah dan Teluk Keramat Kabupaten Sambas dan dari Kecamatan Entikong, Sekayam, Beduai dan Kembayan Kabupaten Sanggau. Teknik yang dipergunakan untuk pengambilan data adalah teknik survey. Alat pengumpul data terdiri atas format isian data untuk mengumpulkan data mengenai lulusan SD dan data mengenai lulusan SD yang melanjutkan ke SMP dan pedoman wawancara untuk menghimpun informasi yang bersifat kualitatif dari sumber data seperti Kepala Dinas dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan. Data diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah gambaran aksesibilitas dan partisipasi masyarakat dalam Pendidikan Dasar 9 Tahun berdasarkan angka transisi dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di daerah perbatasan di Kabupaten Sambas dan Sanggau. Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) sebanyak 456 atau 18,38 % dari 2479 orang lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat di 4 kecamatan daerah perbatasan di kabupaten Sambas pada tahun 2008/2009 tidak melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat; (2) sebanyak 305 atau 17,93 % dari 1701 orang lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat di 4 kecamatan daerah perbatasan di kabupaten Sanggau pada tahun 2008/2009 tidak melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat; (3) faktor-faktor penghambat meliputi: sosialbudaya, ekonomi, geografi dan demografi. Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RP JMD) Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2006 2008, sub-agenda Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan yang Lebih Berkualitas, sasaran pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2008 adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan, dan meningkatnya mutu pendidikan dalam kerangka pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan. Dari keenam tanda/indikator sasaran pendidikan yang terdapat dalam PERDA RP JMD Kalbar tersebut, indikator meningkatnya aksesibiltas dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun

menjadi pokok perhatian penelitian ini. Jika meningkatnya aksesibilitas dan partisipasi masyarakat dapat terlaksana dengan baik, khususnya di daerah perbatasan di kabupaten Sambas dan Sanggau, pelaksanaan yang baik tersebut juga memberikan kontribusi positip terhadap pencapaian kelima sasaran pembangunan pendidikan yang lainnya di provinsi Kalimantan Barat. Program Wajib Belajar 9 Tahun adalah Program Pemerintah Pusat yang wajib dan harus diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia pada Usia Belajar pada Tingkat Pendidikan Dasar. Yang digolongkan sebagai Tingkat Pendidikan Dasar adalah Tingkat Sekolah Dasar (dan yang sederajat) dan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (dan yang sederajat). Masa Pendidikan pada tingkatan Sekolah Dasar adalah 6 Tahun sedangkan masa Pendidikan pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama adalah 3 Tahun. Masa Tempuh pada tingkatan Sekolah Dasar bisa saja lebih dari 6 Tahun, begitu pula halnya dengan Masa Tempuh pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama yang bisa saja lebih dari 3 Tahun. Dengan demikian untuk dapat disebut Tamat dari Program Wajib Belajar 9 Tahun, masyarakat Indonesia harus Tamat Sekolah Dasar dan juga harus Tamat Sekolah Menengah Pertama. Usia Belajar pada Program Wajib Belajar 9 Tahun adalah Anak-anak Indonesia yang berumur 6 15 Tahun. Enam Tahun sampai Tiga Belas Tahun untuk usia Sekolah Dasar dan Tiga Belas Tahun sampai Lima Belas Tahun untuk usia Sekolah Menengah Pertama. Anak-anak Indonesia tersebut terdiri atas Lakilaki dan Perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang berada di kota maupun di desa serta di daerah terpencil/pedalaman dan perbatasan. Program Wajib Belajar 9 Tahun dimaksudkan untuk meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Lebih Berkualitas. Selain itu Program Wajib Belajar 9 Tahun juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan dalam kerangka pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan (sasaran pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2008, PERDA No. 10 tahun 2005). Sedangkan Tujuan Program Wajib Belajar adalah untuk meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antar kelompok masyarakat, mewujudkan pemerataan pendidikan dasar demi memenuhi hak dasar warga negara, memberantas buta aksara, baca, tulis dan berhitung melalui jalur formal (tingkat melek aksara di Indonesia adalah 83%: data dari Konvensi Dakar, 2005), dan meningkatkan APK dan APM tingkat Sekolah Dasar (SD dan SMP) sebagai indikator aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan. Masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Aksesibilitas dan Partisipasi Pendidikan Masyarakat Perbatasan di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun dan faktor-faktor penghambat dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di daerah Perbatasan di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Tujuan penelitian adalah untuk: Mengetahui gambaran Aksesibilitas dan Partisipasi Pendidikan Masyarakat Perbatasan di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun dan mengetahui faktor-faktor yang telah menjadi hambatan dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di

daerah Perbatasan di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Temuan Penelitian Data mengenai Angka Transisi, yaitu angka selisih dari jumlah total lulusan Sekolah Dasar dan jumlah total lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat yang Melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat, di empat Kecamatan perbatasan kabupaten Sambas dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Data dan Angka Transisi Wajib Belajar 9 Tahun pada Tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009 di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas No. Kecamatan Lulusan SD Thn. 2007/2008 Melanjutkan Ke SMP Thn. Pel. 2008/2009 SD SMP 1. Paloh 461 434 22 6 2. Sajingan 184 110 13 1 3. Subah 326 238 20 6 4. Teluk Keramat 1508 1241 59 20 Berdasarkan Data pada Tabel 1 di atas diperoleh Angka Transisi masingmasing: di kecamatan Paloh terdapat sebesar 27 (5,86 %) angka transisi; di kecamatan Sajingan terdapat sebesar 74 (40,22 %) angka transisi; di kecamatan Subah terdapat sebesar 88 (26,99 %) angka transisi; dan di kecamatan Teluk Keramat terdapat sebesar 267 (17,71 %) angka transisi. Total angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas adalah sebesar 456. Sedangkan rerata angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas adalah 18,39 % (diperoleh dari 456/2479) angka transisi. Total rerata angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas sebesar 456 (18,39 %) mempunyai arti bahwa sebanyak 456 atau 18,38 % dari 2479 orang lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat tidak melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat. Sasaran pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2008 berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RP JMD) Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2006 2008, sub Agenda Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Lebih Berkualitas adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan dalam kerangka pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan. Memperhatikan besarnya Angka Transisi yaitu 456, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan pemerataan serta perluasan memperoleh pendidikan belum tercapai secara optimal di empat Kecamatan Daerah Perbatasan di Kabupaten Sambas. Dengan demikian indikator meningkatnya aksesibilts dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Program Wajib Belajar 9 Tahun di empat Kecamatan Daerah Perbatasan di Kabupaten Sambas belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Data mengenai Angka Transisi, yaitu angka selisih dari jumlah total lulusan Sekolah Dasar dan jumlah total lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat yang Melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat, di empat Kecamatan perbatasan kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: No. Tabel 2. Data dan Angka Transisi Wajib Belajar 9 Tahun pada Tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009 di Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau Kecamatan Lulusan SD Thn. 2007/2008 Melanjutkan Ke SMP Thn. Pel. 2008/2009 SD SMP 1. Entikong 262 183 17 3 2. Sekayam 628 511 29 8 3. Beduai 251 207 16 3 4. Kembayan 560 495 26 7 Berdasarkan Data pada Tabel 2 di atas diperoleh Angka Transisi masingmasing: di kecamatan Entikong terdapat sebesar 79 (30,15 %) angka transisi; di kecamatan Sekayam terdapat sebesar 117 (18,63 %) angka transisi; di kecamatan Beduai terdapat sebesar 44 (17,53 %) angka transisi; dan di kecamatan Kembayan terdapat sebesar 65 (11,61 %) angka transisi. Total angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau adalah sebesar 305. Sedangkan rerata angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau adalah 17,93 % (diperoleh dari 305/1701) angka transisi. Total rerata angka transisi di empat kecamatan di Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau sebesar 305 (17,93 %) mempunyai arti bahwa sebanyak 305 atau 17,93 % dari 1701 orang lulusan Sekolah Dasar dan/atau sederajat tidak melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan/atau sederajat. Memperhatikan besarnya Angka Transisi yaitu 305, dapat disimpulkan bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan pemerataan serta perluasan memperoleh pendidikan belum tercapai secara optimal di empat Kecamatan Daerah Perbatasan di Kabupaten Sanggau. Dengan demikian indikator meningkatnya aksesibilts dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di empat Kecamatan Daerah Perbatasan di Kabupaten Sanggau belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Pembahasan Hasil Penelitian Angka Transisi Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas sebesar 456 (18,38 %) dan Angka Transisi Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau sebesar 305 (17,93 %) tergolong masih sangat tinggi. Memang sulit untuk menganalisis tingkat kenaikan dan/atau penurunan Angka Transisi tersebut dari satu periode ke periode

tertentu yang lain karena memang Tidak Ada Data pembanding per periode. Secara nasional angka transisi menurun (jumlah lulusan yang melanjutkan sekolahnya bertambah), sedangkan berdasarkan Data penelitian, lulusan Sekolah Dasar yang tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di dua Kabupaten perbatasan, yaitu Sambas dan Sanggau berjumlah besar (jumlah putus sekolah dan tidak melanjutkan meningkat). Berdasarkan Angka Transisi Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas sebesar 456 (18,38 %) dan Angka Transisi Daerah Perbatasan Kabupaten Sanggau sebesar 305 ( 17,93 %) yang sangat tinggi maka dapat digambarkan secara umum bahwa Aksesibilitas dan Partisipasi Pendidikan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas dan Sanggau tergolong masih rendah. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun berdasarkan Angka Transisi dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Faktor-Faktor Penghambat Berdasarkan Angka Transisi Pendidikan No Aspek Akar Masalah dan/atau Penyebab 1. Sosial-Budaya - Nikah Muda - Motivasi Rendah (tak berminat) - Pengaruh Lingkungan 2. Ekonomi - Bekerja (tulang punggung); misalnya ke luar negeri sebagai TKW - Bekerja Membantu Orang Tua (Domestik); misalnya ikut menoreh, menjadi pengasuh, dll. - Tak Punya Biaya (sebenarnya bukan alasan, karena telah teratasi melalui BOS) 3. Geografis - Jarak sekolah jauh - Sarana Transportasi dan Alat Transportasi tidak memadai 4. Demografis - Melampaui Usia Sekolah 5. Lain-Lain - Cacat Fisik dan Mental - Tidak Naik Kelas (tinggal kelas) Angka Transisi dipengaruhi oleh, misalnya, usia sekolah yang tinggi, atau anak usia sekolah terlambat bersekolah. Hal ini memiliki dampak terhadap semangat dan motivasi anak-anak untuk mulai dan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Usia sekolah yang tinggi tersebut juga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah anak putus sekolah. Dengan demikian, aksesibilitas anak usia sekolah ke bangku sekolah untuk mengenyam pendidikan tingkat lanjut terganggu karena usia yang tinggi tersebut. Kondisi usia anak yang tidak lagi berada pada usia sekolah ini juga menjadi resistensi (penghambat) terhadap upaya-upaya pemerintah dalam menyukseskan Program Wajib Belajar 9 Tahun.

Dampak negatif terhadap keberadaan perbatasan (resiko sebagai warga perbatasan) terutama secara sosial-ekonomi sangat mempengaruhi upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah dan masyarakat didalam memajukan pendidikan dan sumber daya manusia. Dampak negatif tersebut misalnya adalah bahwa lulusan Sekolah Dasar atau bahkan yang Putus Sekolah Dasar, lebih tertarik untuk pergi ke Malaysia Timur untuk menjadi Buruh Kasar di sektor informal, baik secara legal maupun illegal. Dengan bekerja, mereka memperoleh penghasilan secara langsung. Mereka lebih tertarik dengan kegiatan atau pekerjaan yang berkaitan langsung secara ekonomi dari pada pergi ke sekolah atau melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Kondisi ini menjadi resistensi (penghambat) terhadap upaya-upaya pemerintah dalam menyukseskan Program Wajib Belajar 9 Tahun. Kondisi kecamatan-kecamatan di dua Kabupaten Perbatasan ini boleh jadi merupakan gambaran umum untuk semua kecamatan di hampir semua kabupaten perbatasan dan daerah pedalaman di Provinsi Kalimantan Barat. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota patut disampaikan penghargaan dan pujian. Meskipun upayaupaya tersebut sudah dinilai dan dianggap maksimal oleh Pemerintah, namun sebagai peneliti dan penulis, kita semua masih menyayangkan bahwa target pencapaian upaya-upaya Pemerintah tersebut ternyata masih mengalami kekurangan, perlambatan dan hambatan di sana-sini. Selain itu, misalnya pelaksanaan PERDA No. 10 Tahun 2005 Tentang RPJMD Kalbar Tahun 2006-2008, sub-bidang Pendidikan, ternyata belum pernah dievaluasi untuk melihat sudah sejauh manakah indikator dan target pencapaian indikator telah terealisasi, apa masalah dan kendalanya dan bagaimana pula strategi untuk mengatasi masalah dan kendala tersebut. Penutup Angka Transisi Daerah Perbatasan tergolong tinggi, yaitu 456 (18,38 %) di Kabupaten Sambas dan 305 ( 17,93 %) di Kabupaten Sanggau. Berdasarkan Angka Transisi tersebut maka dapat digambarkan secara umum bahwa Aksesibilitas dan Partisipasi Pendidikan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Daerah Perbatasan Kabupaten Sambas dan Sanggau tergolong masih rendah. Angka Transisi dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, sosial-budaya, ekonomi, geografis dan demografi. Faktor demografi, yang berkaitan dengan Usia Sekolah memiliki dampak terhadap semangat dan motivasi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Usia Sekolah yang tinggi berkontribusi terhadap peningkatan jumlah anak putus sekolah. Disarankan kepada Pemerintah dan Pihak Ketiga lainnya untuk melalukan penyuluhan atau kampanye penyadaran dan motivasi mengenai pentingnya pendidikan, terutama di daerah perbatasan. Daftar Pustaka

INPRES No. 1 tahun 1994 tentang pelaksanaan WAJAR pendidikan dasar. PP No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara Grand Design Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun 2006 s.d. 2009. Keputusan Menko Kesra No. 22 Tahun 2006 tentang Pembentukan Tim Koordinasi GN-P2WB-PBA Permendiknas No. 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan GN-P2WB- PBA Panduan Sosialisasi dan Strategi Penuntasan Wajar Dikdas Panduan Pendataan dan Pemetaan Pendidikan Dasar PERDA No. 10 Tahun 2005 Tentang RPJMD Kalbar Tahun 2006-2008.