MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Musang Luak ( Paradoxurus hermaphroditus 1 Klasifikasi dan Distribusi

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet)

TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling 1. Klasifikasi dan Persebaran

Gambar 1 Peta distribusi musang luak di Indonesia = alami = Introduksi (Modifikasi dari IUCN 2011).

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI MUSANG LUAK JANTAN (Paradoxurus hermaphroditus) SHANDY MAHA PUTRA

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat...

yang dihasilkan oleh sel ini adalah untuk menyediakan nutrisi pendukung bagi sel telur ketika melakukan pergerakan pada tuba uterina.

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA TRENGGILING JAWA

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

SISTEM GENITAL BETINA. HISTOLOGI VETERINER drh. Herlina Pratiwi

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

MORFOLOGI ESOFAGUS DAN LAMBUNG MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) ARINI KUSUMASTUTI

5 KINERJA REPRODUKSI

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

Alat Reproduksi Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paradoxurus, yaitu: (1) Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

HEWAN (STRUKTUR,FUNGSI DAN MANFAATNYA) ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP BIOLOGY UNIVERSITY OF BRAWIJAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

MATERI DAN METODE PENELITIAN

HEWAN (STRUKTUR,FUNGSI DAN MANFAATNYA) ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP BIOLOGY UNIVERSITY OF BRAWIJAYA 2015

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

SISTIM REPRODUKSI WANITA

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Materi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

BAB 3 METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

MENENTUKAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPlTlNG BAKAU KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAH GAMET

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

EFEK PEMBERIAN V IRGIN COCONUT OIL

DENSITAS DAN UKURAN GAMET SPONS Aaptos aaptos (Schmidt 1864) HASIL TRANSPLANTASI DI HABITAT BUATAN ANCOL, DKI JAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

(Macroscopic Study of the Male Asian Palm Civet Reproductive Organ (Paradoxurus hermaphroditus)) ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran),

BAB I ORGANISASI ORGAN

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.)

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Anatomi/organ reproduksi wanita

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Pergerakan makanan dalam esofagus menuju lambung disebabkan oleh adanya gerakan peristaltik akibat kontraksi dua lapisan otot pada tunika muskularis

BAB I SISTIM REPRODUKSI HE WAN BETINA A. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

PENGARUH PEMBERIAN SARI TOMAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

Transkripsi:

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Fitria Apriliani NIM B04080082

ABSTRACT FITRIA APRILIANI. Morphology of Female Reproductive Organ in the Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus). Under direction of SAVITRI NOVELINA and HERU SETIJANTO The study was aimed to describe the morphology of female reproductive organ of the Asian palm civet (Paradoxurus hermaphroditus). This study was used three females of Asian palm civet that examined using macroscopic and microscopic observation. Microscopic observation was done using Hematoxillin- Eosin and Masson s trichrome staining methods. The female reproductive organs of Asian palm civet were consisted of ovary sinister and dexter, oviducts, uteri, vagina, vestibule, and vulva. The average weight of dexter and sinister ovaries were 0,18±0,09 and 0,19±0,09 g respectively. The length of dexter and sinister ovaries, oviduct, cornua uteries, and corpus uteries were 0,79±0,23 and 0,77±0,26; 3,82±1,49 and 3,85±1,43; 3,04±0,22 and 3,27±0,60, 2,32±0,12 cm respectively. The length of cervix, vagina, and vestibule were 0,97±0,44, 1,27±0,44, and 0,71±0,22 cm respectively. Ovaries of Asian palm civet were consisted of cortex and medula. The oviduct has mucosa folds and the epithelium was found no cilia. Endometrial glands were found in cornua and corpus uteri. Macroscopically and microscopically, the structure of the female reproductive organs were very similar to those cat and dog. Keywords: Asian Palm Civet, Paradoxurus hermaphroditus, female reproductive organ, morphology, anatomy.

RINGKASAN FITRIA APRILIANI. Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus). Dibimbing oleh SAVITRI NOVELINA dan HERU SETIJANTO. Musang luak merupakan satwa liar yang dikenal masyarakat karena mempunyai kemampuan memilih buah kopi yang benar-benar matang sehingga diperoleh biji kopi yang memiliki cita rasa yang khas dan berkualitas baik. Klasifikasi musang yang tersebar di dunia yaitu Paradoxurus zeylonensis, P. jerdoni, P lignicolor, dan P. hermaphroditus. Musang luak memiliki tiga garis gelap yang terdapat pada punggung atau berbentuk garis samar-samar, rambut tubuh berwarna kecoklatan, ekor dan moncong berwarna hitam, serta sebagian rambut berwarna putih pada wajah yang menyerupai topeng. Musang luak termasuk ke dalam Least Concern menurut International Union for the Conservation of Nature (IUCN) yang berarti bahwa spesies ini masih kurang diperhatikan statusnya. Selain itu, musang luak bersifat toleran terhadap berbagai habitat dan berdistribusi secara luas di berbagai negara namun masih tetap ada penurunan jumlah populasi. Penurunan jumlah populasi disebabkan oleh perburuan liar, perdagangan ilegal, dan kerusakan habitat. Data-data reproduksi musang luak masih sangat kurang. Salah satu fungsi organ reproduksi adalah untuk mempertahankan jumlah populasi suatu spesies. Pengetahuan mengenai morfologi organ reproduksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari gambaran makroanatomi dan mikroanatomi organ reproduksi betina (n=3) yang terdiri atas ovarium, tuba uterina, korpus uterus, kornua uterus, serviks uterus, vagina, vestibula, dan vulva. Organ reproduksi difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4% dan diproses sesuai dengan standar pembuatan preparat histologi. Pewarnaan yang digunakan yaitu pewarnaan Hematoksilin-Eosin untuk mempelajari struktur dan morfologi jaringan, dan pewarnaan Masson s Trichrome untuk mempelajari jaringan ikat yang terdapat pada organ reproduksi betina. Pengamatan makroanatomi yang dilakukan, menunjukkan bahwa ovarium berbentuk oval dan berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ovarium kucing dan anjing. Kedua ovarium dextra dan sinistra sama-sama berkembang. Berat ovarium dextra dan sinistra yaitu 0,18±0,09 g dan 0,19±0,09 g. Panjang ovarium dextra dan sinistra berturut-turut 0,79±0,23 cm dan 0,77±0,26 cm. Ovarium memiliki bagian korteks dan medula. Tuba uterina terdiri atas infundibulum, ampulla, dan isthmus. Panjang tuba uterina yaitu 3,82±1,49 cm untuk bagian dextra dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra. Lipatan mukosa semakin kompleks saat mendekati ovarium dan tidak ditemukan silia pada tuba uterina. Musang luak memiliki uterus dengan tipe bikornua. Kornua uterus dextra dan sinistra memiliki panjang berturut-turut 3,04±0,22 cm dan 3,27±0,60 cm. Ukuran korpus uterus musang luak yaitu 2,32±0,12 cm. Bagian endometrium dilapisi epitel silindris sebaris dengan pengamatan mikroanatomi. Bagian lamina propria endometrium memiliki kelenjar endometrial. Serviks uterus lebih pendek dibandingkan dengan vagina, yaitu 0,97±0,44 cm. Mukosa serviks dilapisi oleh

epitel silindris sebaris bersilia dan terdapat sel-sel penghasil mukus. Panjang vagina memiliki rata-rata 1,27±0,44 cm. Mukosa vagina tersusun atas epitel pipih banyak lapis. Panjang vestibula yaitu 0,71±0,22 cm. Struktur histologis vestibula pada umumnya sama dengan vagina. Komisura dorsal berbentuk agak lancip dan terdapat rambut yang lebat, sedangkan komisura ventralnya membulat. Klitoris musang luak tidak tampak secara makroanatomi namun terlihat adanya fossa klitoris. Lebar vulva musang luak yang sudah dirata-rata yaitu 1,32±0,32 cm. Kata kunci: Musang luak, Paradoxurus hermaphroditus, organ reproduksi betina, morfologi, anatomi.

Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Judul Skripsi : Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) Nama : Fitria Apriliani NIM : B04080082 Disetujui Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi, PAVet. Pembimbing I Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet(K) Pembimbing II Diketahui Drh. Agus Setiyono, MS. Ph.D, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus). Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1 Ibu Dr. Drh. Savitri Novelina, PAVet. dan bapak Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet(K) selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan, arahan, kritik, saran, serta nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 2 Bapak Dr. Drh. Muhammad Agil, MSi, Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas nasihat, bantuan, saran, dan motivasi, serta semangat yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan. 3 Mamah, papah, adik-adikku Nur Muhamad Fajar dan Daffa Farel Subhan, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tak pernah putus. 4 Keluarga besar dosen Anatomi Dr. Drh. Nurhidayat PAVet, Dr. Drh. Chairun Nisa, MSi, PAVet, Drh. Supratikno, MSi, PAVet. yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. 5 Ibu Dr. Drh. Wahono Esthi P, PAVet. selaku dosen penilai pada saat seminar skripsi dan Prof. Dr. Drh. Iman Supriatna, serta Ibu Dr. Drh. Elok Budi Retnani, MS. Selaku dosen penguji pada saat Ujian Akhir Sarjana Kedokteran Hewan, atas koreksi dan saran yang membuat skripsi ini lebih baik lagi. 5 Teknisi laboratorium anatomi: Pak Rudi, Pak Bayu, dan Pak Kholid atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis pada saat penelitian. 6 Rekan penelitian satu laboratorium: (Ratih Komala Dewi, Arini Kusumastuti, Afdi Pratama, Oki Kurniawan Nur Cahyo, Shandy Maha Putra, Hilda Susanti, Agustian Eka Saputra, Yohana Ayu Sawitri, dan Aidell Fitri) terimakasih untuk semua diskusi dan bantuan tenaga yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 7 Rekan seperjuangan (Iin Nuraeni, Viranti Mandasari, Gita Tri Wardani, Febriana Wulandari, Dwi Oktaviani, Ana Khofifah, Hastin Utami Damayanti, Kholis Afidatunisa, Siti Astuti, Niaka Meyfilina, dan Euis Fujiarti) yang telah membagi waktu bersama dalam tawa, canda, suka, bahkan duka, dan atas bantuan, semangat, serta doa yang diberikan kepada penulis. 8 Rekan FKH Avenzoar 45 khususnya, Rindang Khairani, Jasmine Setiawati, Irene F. Alfares, Eva Meydina, GPC Sarai Silaban, Alvi Nur Mayliana, Novericko Ginger Budiono, dan Andi Rahayu yang mencurahkan waktu, tenaga, doa, dan semangat kepada penulis, serta untuk seseorang yang selalu memberi dukungan, semangat, juga menjadi tempat curhatan penulis. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2012

RIWAYAT HIDUP Fitria Apriliani Penulis dilahirkan pada tanggal 1 April 1991 di Haurgeulis-Indramayu, Jawa Barat. Penulis merupakan anak dari Ibu Rofiqoh dan Bapak Dadang Kusmayadi. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Nurul Hikmah Haurgeulis, Indramayu yang diselesaikan pada tahun 1996. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN 1 Haurgeulis, Indramayu hingga tahun 2002. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Haurgeulis, Indramayu, dan dilanjutkan dengan pendidikan di SMAN 2 Kota Cirebon hingga tahun 2008 pada jurusan IPA. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) tahun 2008. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intrafakultas yaitu Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), sebagai anggota Bagian Jawa Barat dari Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung (FMITFB) tahun 2008/2009, anggota Divisi Kajian Strategis tahun kepengurusan 2009/2010, sekretaris 1 dan dewan komisaris Veterinary Integrity and Skill Improvement (VISI) angkatan II dan III tahun kepengurusan 2009/2011, sebagai sekretaris umum IMAKAHI cabang FKH IPB tahun kepengurusan 2010/2011, Himpunan Minat Profesi (Himpro) Ruminansia, sebagai anggota Sapi perah tahun kepengurusan 2009/2011. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Anatomi Veteriner I tahun ajaran 2009/2010 dan semester pendek tahun 2011, serta asisten mata kuliah Anatomi Veteriner II tahun ajaran 2010/2011.

xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang Penelitian... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus)... 3 1 Klasifikasi dan Distribusi... 3 2 Morfologi dan Tingkah Laku... 4 Organ Reproduksi Betina... 5 1 Ovarium... 5 2 Tuba Uterina... 7 3 Uterus... 7 4 Vagina dan Vestibula... 9 5 Vulva... 10 MATERI DAN METODE... 11 Waktu dan Tempat Penelitian... 11 Materi Penelitian... 11 Metode Penelitian... 12 1 Perfusi Organ Reproduksi Betina Paradoxurus hermaphroditus... 12 2 Pengamatan Makroanatomi... 12 3 Pengamatan Mikroanatomi... 12 4 Analisis dan Penyajian Data... 13 HASIL... 14 Struktur Makroanatomi... 14 Karakteristik Mikroanatomi Perkembangan Folikel dalam Ovarium... 17 Karakteristik Mikroanatomi Saluran Reproduksi... 19 Karakteristik Pewarnaan Masson s pada Organ Reproduksi Betina... 22 PEMBAHASAN... 25 SIMPULAN DAN SARAN... 33 Simpulan... 33 Saran... 33 DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 37

xii DAFTAR TABEL Halaman 1 Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus... 5 2 Ukuran ovarium musang luak betina... 14 3 Perbandingan panjang saluran reproduksi betina musang luak dengan anjing dan kucing... 15

xiii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Paradoxurus hermaphroditus terlihat adanya sebagian rambut berwarna putih di wajah yang menyerupai topeng dan ekor berwarna hitam... 3 2 Perkiraan wilayah persebaran musang luak di Indonesia... 4 3 Skema perkembangan folikel dalam ovarium... 6 4 Tipe uterus pada anjing... 9 5 Organ urogenitalia musang luak betina terdiri atas (1) ovarium, (2) tuba uterina, (3) kornua uterus, (4) korpus uterus, (5) vulva, dan (6) vesika urinaria. Bar: 1 cm.... 14 6 Gambaran makroanatomi (1) vagina, (2) vestibula, (3) serviks, dan (4) orificium urethralis externum. (A) Perbesaran vagina terlihat (4) orificium urethralis externum, (5) fossa klitoris, dan (6) lipatan-lipatan mukosa. Bar: 0,5 cm.... 16 7 (A) Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks sebagai zona parenkimatosa (a) dan medula sebagai zona vaskularis (b); serta (B) Kelenjar interstitial (1) dalam stroma korteks. Pewarnaan HE. Bar: A= 100 µm, B= 40 µm.... 17 8 Tahap perkembangan folikel pada ovarium musang luak yaitu (A) folikel primordial, (B) folikel primer, (C) folikel sekunder, dan (D) folikel tersier/ de Graaf. (1) Oosit, (2) stroma, (3) lapis sel granulosa, dan (4) antrum folikuli. Pewarnaan HE. Bar: A, C=40 40 µm; B= 20 µm; D= 100 µm.... 18 9 Folikel atresia (A) ditandai dengan membrana glasial (1) dan korpus luteum (B) dengan sel vakuola pucat (2). Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µm, B= 100 µm.... 18 10 (A) Infundibulum, (B) ampulla, (C) isthmus. Lipatan mukosa (1) dan lapisan muskularis (2). Pewarnaan HE. Bar: A, B= 100 µm, C= 40 µm.... 19 11 Lapisan uterus (A) dan perbesaran kelenjar uterus (B). Bagian endometrium ditemukan (1) kelenjar uterus dan (2) lamina propria. Bagian miometrium terdiri atas (3) lapis otot sirkuler dan (4) longitudinal, dan (5) stratum vasculare. (6) Perimetrium. Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µm, B= 20 µm.... 20 12 Serviks uterus tampak (1) epitel silindris sebaris, (2) lamina propria, dan (3) sel penghasil mukus. Pewarnaan HE. Bar: 10 µm.... 21 13 Vagina musang luak tampak (1) epitel pipih banyak lapis berkeratinisasi dan (2) lamina propria. Pewarnaan HE. Bar: 40 µm.... 21 14 (A) Jaringan ikat tunika albuginea ovarium musang luak (1) dan (B) jaringan ikat mesovarium pada bagian hilus ovarium menyusup ke bagian medula (2) dan terlihat pembuluh darah (3). Pewarnaan Masson s Trichrome. Bar: A=10 µm, B= 100 µm.... 22

xiv 15 Folikel de Graaf. Lapisan sel teka interna/lapis vaskuler (1), sel teka eksterna berupa jaringan ikat (2), dan zona pelusida (3). Pewarnaan Masson s Trichrome. Bar= 20 µm.... 23 16 Perubahan korpus luteum musang luak antara lain (1) korpus regressivum dan (2) korpus luteum. Pewarnaan Masson s Trichrome. Bar: 20 µm.... 23 17 Serviks uterus (A) dan vagina (B) musang luak. Lapisan submukosa terdiri atas (1) jaringan ikat yang terlihat berwarna biru-hijau. Pada vagina terlihat epitel pipih banyak lapis yang terkeratinisasi (2). Pewarnaan Masson s Trichrome. Bar: A = 10 µm dan B= 40 µm... 24

xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Prosedur pembuatan preparat histologi... 38 2 Prosedur pewarnaan Hematoksilin-Eosin... 40 3 Prosedur pewarnaan Masson s Trichrome... 41

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan satwa unik yang termasuk hewan karnivora berdasarkan taksonomi dan termasuk hewan omnivora berdasarkan makanan yang dikonsumsi (Joshi et al. 1995). Hewan ini dikenal oleh masyarakat karena mempunyai kemampuan memilih buah kopi yang benar-benar matang, kemudian biji tersebut dimakan untuk dikeluarkan kembali bersama feses. Biji kopi yang tidak tercerna tersebut dikenal dengan kopi luak yang mempunyai cita rasa yang khas dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Harga 1 kg biji kopi luak yaitu sekitar 1,2 juta rupiah. Harga secangkir kopi luak bervariasi pada berbagai negara. Harga secangkir kopi luak di Indonesia sekitar 75 100 ribu rupiah, di Hongkong mencapai 300 400 ribu rupiah, dan di Amerika Serikat mencapai US $50 atau sekitar 500 ribu rupiah (Abbas 2012). Oleh karena itu, musang luak merupakan satwa yang dapat dijadikan komoditi unggulan atau alternatif bagi peningkatan taraf hidup petani kopi. Musang dari genus Paradoxurus berdistribusi hampir di seluruh dunia. Terdapat empat spesies musang dari genus Paradoxurus yaitu P. zeylonensis, P. jerdoni, P. lignicolor, dan P. hermaphroditus (Schreiber et al. 1989). P. hermaphroditus berdistribusi di Indonesia, India, sampai Cina Selatan (Francis 2001). Spesies musang dapat dibedakan berdasarkan warna rambut, ekor, cakar, taring, ukuran tubuh, berat, rata rata umur, umur pubertas, siklus estrus, dan musim kawin. Musang luak memiliki ciri ciri warna rambut abu abu tua sampai krem dengan tiga garis gelap pada punggung, rambut berwarna kecoklatan, ekor dan moncong berwarna hitam, serta sebagian rambut berwarna putih pada wajah yang menyerupai topeng. Habitat musang biasanya berada di hutan primer, tetapi di hutan sekunder musang luak ini dapat ditemukan (Grassman 1998). Terdapat catatan bahwa pada tahun 1997 2001 ditemukan tiga jenis musang yang diperdagangkan secara ilegal di Indonesia, termasuk salah satunya Paradoxurus hermaphroditus (Shepherd 2008). Organisasi konservasi alam internasional, (IUCN 2011) memasukkan hewan ini ke dalam daftar satwa Least Concern. Artinya musang luak masih kurang diperhatikan statusnya karena musang luak khususnya, toleran terhadap

2 berbagai habitat dan berdistribusi secara luas di berbagai negara dengan populasi besar namun masih tetap ada penurunan jumlah populasi. Eaton et al. tahun 2010 menyatakan bahwa musang luak merupakan satwa nokturnal dengan status konservasi yang belum jelas. Hal tersebut merupakan gambaran dari rendahnya perhatian dunia terhadap mamalia ini. Reproduksi penting untuk mempertahankan spesies dari suatu hewan. Kemampuan reproduksi dapat ditingkatkan jika morfologi organ reproduksi musang luak diketahui. Penelitian pada musang yang pernah dilaporkan adalah tentang arteri pada jantung musang luak oleh Rung ruangkijkrai pada tahun 2006. Tetapi sampai saat ini belum ada penelitian tentang morfologi organ reproduksi betina musang luak. Oleh karena itu, penelitian mengenai morfologi organ reproduksi betina musang luak perlu dilakukan sebagai dasar bagi upaya konservasi musang luak dalam bidang reproduksi maupun sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari morfologi organ reproduksi betina musang luak secara makroanatomi maupun mikroanatomi, serta membandingkannya dengan hewan karnivora lain yaitu kucing dan anjing. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan data dasar anatomi organ reproduksi betina musang luak yang dapat dijadikan pedoman bagi penelitian lebih lanjut pada aspek reproduksi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus). Manfaat selanjutnnya adalah memperkaya data biologi satwa liar khususnya Paradoxurus hermaphroditus sebagai salah satu kekayaan hayati Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) 1 Klasifikasi dan Distribusi Genus Paradoxurus diklasifikasikan ke dalam empat spesies menurut Schreiber et al. 1989 dalam International Union for Conservation of Nature yaitu Paradoxurus hermaphroditus, yang menyebar luas mulai dari India dan bagian utara Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok Selatan, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia. Spesies yang kedua yaitu P. zeylonensis yang menyebar terbatas di Sri Lanka, kemudian P. jerdoni yang menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan. Spesies musang yang terakhir adalah P. lignicolor yang menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai. Taksonomi Paradoxurus hermaproditus menurut IUCN (2011) adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammallia Ordo : Carnivora Famili : Viverridae Genus : Paradoxurus Spesies : Paradoxurus hermaphroditus Gambar 1 Paradoxurus hermaphroditus terlihat adanya sebagian rambut berwarna putih di wajah yang menyerupai topeng dan ekor berwarna hitam.

4 Musang luak memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan dapat hidup di hutan, area pertanian, atau bahkan di sekitar pemukiman penduduk. Persebaran musang luak sebagian besar di Asia Tenggara dari Timor sampai India yaitu tersebar di beberapa negara meliputi India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Singapura, Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, Cina, Filipina. Persebaran musang luak di Indonesia yaitu terdapat di pulau pulau Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bawean, dan Siberut. Musang luak juga terdapat di Papua, Kepulauan Sunda Kecil, Taliabu dan Seram di Maluku, Sulawesi bagian selatan, dan Jepang (Duckworth et al. 2008). Distribusi musang luak di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2. Sudah ditemukan Baru ditemukan Belum ditemukan Gambar 2 Perkiraan wilayah persebaran musang luak di Indonesia (Modifikasi dari IUCN 2011). 2 Morfologi dan Tingkah Laku Musang luak dikenal juga dengan sebutan Asian palm civet, memiliki berat badan rata rata 3,5 kg, panjang tubuh 54 cm (Jackson 2004) dan panjang ekor kurang lebih 48 cm (Baker dan Kelvin 2008), serta panjang kaki belakang sekitar 70 76 mm (FOBI 2010). Musang luak merupakan hewan arboreal yang sebagian hidupnya di cabang pohon tempat untuk memakan buah buahan, kacang, dan sebagainya. Hewan ini mengambil buah buahan secara hati hati dan menyimpan beberapa buah untuk persediaan (Jackson 2004). Menurut Shiroff (2005), musang luak mencari makan khususnya pada malam hari atau disebut juga hewan nokturnal. Hewan ini juga memiliki tanda khusus yaitu adanya garis hitam di punggung dan sebagian rambut berwarna putih di wajah yang menyerupai topeng. Musang jantan maupun betina memiliki kelenjar anal yang terletak di bawah ekor yang menyerupai testis (Baker dan Kelvin 2008). Pada spesies lain, kelenjar ini

5 hanya berkembang pada jantan, sedangkan pada musang luak kelenjar ini berkembang pada jantan maupun betina. Oleh sebab itu, nama spesies musang luak adalah Paradoxurus hermaphroditus. Musang luak dapat hidup sampai 22 24 tahun. Dewasa kelamin musang luak betina yaitu sekitar umur 11 12 bulan. Lama kebuntingan musang luak yaitu 60 hari. Musang betina biasanya melahirkan 2 5 anak per siklus masa kebuntingan (Weigl 2005). Musang beranak sepanjang tahun, walaupun pernah ada catatan bahwa anak musang lebih sering ditemukan antara bulan Oktober hingga Desember. Biasanya anak anak musang diletakkan di dalam lubang pohon atau gua. Perilaku reproduksi musang luak selama mating (perkawinan), pasangan musang biasanya tetap tinggal bersama sampai anak anak tersebut lahir. Musang betina memiliki tiga pasang puting susu (Grassman 1998). Data biologis dan reproduksi musang luak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus menurut Weigl (2005) Nama Latin Status Konservasi Lokasi Warna Panjang Badan Panjang Ekor Bobot Badan Lama Hidup Masa Kebuntingan Suhu Tubuh Paradoxurus hermaphrodites Least Concern Asia Abu kecoklatan 48 59 cm (19 23 inches) 44 53,5 cm (17 21 inches) 2,4 4 kg + 22 tahun + 60 hari + 36,85 0 C Organ Reproduksi Betina Salah satu fungsi dari organ reproduksi adalah untuk menghasilkan gonad, yaitu gonad jantan dan betina. Reproduksi penting untuk mempertahankan spesies. Pada beberapa hewan domestik, sistem reproduksi betina terdiri atas organ internal yaitu ovarium, tuba uterina, uterus, serviks, dan vagina serta organ eksternal yaitu vulva dan klitoris. 1 Ovarium Ovarium merupakan organ yang memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin dan endokrin. Sebagai organ eksokrin ovarium memproduksi sel telur (ovum) dan

6 sebagai organ endokrin menghasilkan hormon reproduksi (estrogen dan progesteron). Bentuk ovarium sangat bervariasi menurut spesies, umur, dan tahapan dari siklus estrus (Dellmann dan Eurell 1998). Bentuk ovarium dapat dibagi berdasarkan jenis hewan politokus atau monotokus. Menurut Pineda dan Dooley (2003), bentuk ovarium pada hewan yang menghasilkan banyak keturunan dalam sekali kebuntingan (politokus) seperti anjing, kucing, dan babi, memiliki beberapa folikel dan korpus luteum sehingga bentuk yang dihasilkan mirip dengan buah anggur dengan berbagai variasi ukuran. Bentuk ovarium yang permukaannya rata terdapat pada hewan yang menghasilkan satu keturunan dalam sekali kebuntingan (monotokus). Ovarium secara mikroanatomi, dilapisi epitel kubus sebaris dan terdiri atas bagian korteks dan medula. Korteks terdiri atas jaringan ikat yang membentuk stroma dan folikel folikel pada berbagai tahap perkembangan yaitu folikel primordial, primer, sekunder, tersier, juga terdapat korpus luteum, korpus albikan, dan folikel atresia (Dellmann dan Eurell 1998). Menurut Samuelson (2007), pada bagian medula terdapat pembuluh darah, jaringan saraf, pembuluh limfe, dan jaringan ikat fibroelastik yang terdiri atas serabut elastik dan serabut retikular. Pembuluh darah memberikan vaskularisasi untuk perkembangan folikel serta perkembangan dan regresi korpus luteum. Pada hewan yang masih muda, permukaan ovarium rata tetapi pada hewan yang sudah dewasa, permukaan ovarium bernodul nodul karena adanya folikel yang besar. Gambaran ovarium secara umum dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Skema perkembangan folikel dalam ovarium (Modifikasi dari Cummings 2001)

7 2 Tuba Uterina Tuba uterina disebut juga oviduct atau tuba Falopii berfungsi mengumpulkan sel telur saat dilepaskan dari folikel de Graaf, menggerakan sel telur menuju kornua uterus, menyediakan lingkungan yang baik untuk sel telur maupun sperma, dan sebagai saluran tempat terjadinya fertilisasi. Tuba uterina memiliki tiga bagian yaitu infundibulum, ampulla dan isthmus (Samuelson 2007). Membran mukosa tuba uterina membentuk lipatan lipatan yang terlihat secara mikroanatomi. Lipatan tersebut terbagi menjadi lipatan primer, sekunder, dan tersier (Hafez dan Hafez 2000). Lipatan akan semakin kompleks pada daerah yang mendekati infundibulum. Epitel yang melapisi permukaan mukosa tuba Falopii adalah epitel silindris sebaris atau silindris banyak baris bersilia (Dellmann dan Eurell 1998 serta Samuelson 2007). Sel epitel tipe bersilia maupun tidak bersilia masing masing memiliki mikrovili (Dellmann dan Eurell 1998). 3 Uterus Uterus merupakan tempat fertilisasi, konseptus, implantasi, dan perkembangan fetus. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu korpus, kornua, dan serviks. Akers dan Denbow (2008) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe uterus yaitu tipe dupleks, tipe bikornua, dan tipe simpleks. Karnivora memiliki uterus dengan dua kornua dan satu korpus yaitu disebut tipe bikornua (Pineda dan Dooley 2003). Menurut Schatten dan Constantinescu (2007), uterus terdiri atas beberapa lapisan yaitu endometrium (lapisan mukosa submukosa), miometrium (lapis tunika muskularis), dan perimetrium (lapis tunika serosa atau visceral peritoneum). Endometrium disusun oleh lapisan epitel yang mengelilingi lumen uterus, kelenjar uterus, dan jaringan ikat. Pada kucing, anjing, dan kuda, epitel yang menutupi endometrium adalah epitel silindris sebaris (Dellmann dan Eurell 1998 serta Samuelson 2007). Kelenjar uterus yang terdapat pada lapisan endometrium letaknya menyebar (Frandson 1992) dan berfungsi sebagai penghasil cairan uterus (Hafez dan Hafez 2000). Struktur tubulus kelenjar uterus dilapisi oleh epitel kubus sebaris (Dellmann dan Eurell 1998). Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah (Samuelson 2007). Perkembangan kelenjar endometrium

8 merupakan suatu respon untuk meningkatkan level estrogen dan progesteron selama siklus estrus dan kebuntingan (Pineda dan Dooley 2003). Miometrium terdiri atas tiga lapis otot polos. Lapisan dalam merupakan otot polos sirkular dan lapisan luar merupakan otot polos longitudinal. Otot polos tersebut akan meningkat ukurannya saat hewan bunting (Dellmann dan Eurell 1998). Diantara kedua lapisan otot sirkular dan longitudinal, terdapat inervasi saraf dan vaskularisasi berupa arteri, vena, dan pembuluh limfe (Dellmann dan Eurell 1998; Bacha dan Bacha 2000). Pada kedua lapisan, otot polos disusun dan diikat agar menempel satu sama lain oleh lapisan tipis dari jaringan ikat yang mengandung fibrosit, antara lain jaringan mesenkim, histiosit, sel mast, kolagen dan serabut elastik (Samuelson 2007). Miometrium berperan dalam proses kontraksi uterus selama estrus dan membatasi aktivitas uterus sepanjang siklus estrus (Pineda dan Dooley 2003). Selain itu, miometrium juga dapat memberi kekuatan untuk mendorong fetus keluar pada saat partus (Colville dan Bassert 2002). Perimetrium atau tunika serosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang dilapisi epitel pipih selapis di bagian eksternal. Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut saraf yang berkembang dengan baik (Dellmann dan Eurell 1998). Otot polos mengisi sebagian besar lapisan ini (Samuelson 2007). Lipatan dari peritoneum bagian visceral menggantung uterus dari bagian dorsal tubuh dan diteruskan menjadi mesovarium and mesosalping (Aspinall dan O Reilly 2007). Serviks merupakan pintu uterus dan pemisah antara lingkungan luar dan lingkungan dalam dari suatu sistem reproduksi (Pineda dan Dooley 2003). Leher uterus atau disebut juga serviks uterus berhubungan langsung dengan vagina. Bagian ini memiliki struktur menyerupai sphincter. Pada sebagian besar spesies, serviks memiliki epitel silindris sebaris dengan banyak sel mukus dan sel goblet. Kuantitas mukus bertambah selama hewan estrus dan bunting (Dellmann dan Eurell 1998). Penyusun serviks uterus didominasi oleh jaringan ikat yang mengandung sedikit otot polos (Hafez dan Hafez 2000). Selama estrus, serviks mengalami hiperemi, dan saat pertengahan estrus atau saat bunting, serviks sedikit

9 memucat dan juga berkontraksi (Pineda dan Dooley 2003). Bagian bagian organ reproduksi betina anjing dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Tipe uterus pada anjing (Modifikasi dari Schatten dan Rosenfeld 2007). 4 Vagina dan Vestibula Vagina dan vestibula merupakan bagian yang menghubungkan saluran reproduksi bagian dalam ke bagian luar. Vagina diawali dari serviks sampai ke orificium urethralis externum (tempat bertemunya urethra dan saluran reproduksi). Vestibula diawali orificium urethralis externum sampai ke vulva (Aspinall dan O Reilly 2007). Vagina berfungsi sebagai organ kopulatoris dan jalan keluar fetus saat partus. Semen yang dikeluarkan organ kelamin jantan pada saat kopulasi dideposisi di dalam vagina sebelum bergerak menuju sel telur. Menurut Dellmann dan Eurell (1998) mukosa vagina terdiri dari epitel pipih banyak lapis. Ketebalan epitel tersebut meningkat selama proestrus dan estrus (Samuelson 2007). Lapisan submukosa tersusun oleh jaringan ikat longgar yang memiliki sedikit kelenjar. Pada lapisan ini banyak ditemukan jaringan limfoid yang menyebar membentuk nodul. Lapisan submukosa di bagian luar dikelilingi

10 oleh tunika muskularis yang terdiri dari otot polos melingkar di bagian dalam dan otot polos longitudinal di bagian luar (Dellmann dan Eurell 1998). Tunika muskularis dibungkus oleh tunika adventisia di bagian caudal. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan saraf untuk daerah vagina. Di bagian cranial vagina, tunika muskularis dibungkus oleh tunika serosa yang memiliki lapisan otot polos longitudinal yang tipis yang disebut muscularis serosae (Samuelson 2007). 5 Vulva Vulva merupakan bagian eksternal dari saluran urogenital dan terdiri atas dua bagian yaitu labia dan klitoris (Aspinall dan O Reilly 2007). Pada vulva banyak terdapat kelenjar apokrin dan sebaceous (Dellmann dan Eurell 1998). Secara normal vulva tertutup untuk mencegah masuknya infeksi. Setiap jenis hewan memiliki bentuk, ukuran, dan ketebalan labia yang berbeda beda. Anjing memiliki labia yang tipis dengan komisura dorsal yang membulat dan komisura ventral yang lancip (Schatten dan Constantinescu 2007). Klitoris merupakan bentuk analogi dari penis pada hewan jantan yang mengalami rudimentasi pada masa embrional. Lokasi klitoris berada di bagian dasar vestibula. Klitoris terdiri dari dua krura atau akar, badan klitoris yang mengandung korpus kavernosus serta kepala klitoris (glans) yang mengandung korpus spongiosum dan fasia klitoris (Schatten dan Constantinescu 2007). Menurut Frandson (1992) klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh epitel kubus banyak baris dan mendapat inervasi dari ujung ujung saraf sensoris.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Agustus 2012 di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Materi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah organ reproduksi betina yang berasal dari tiga ekor musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dewasa. Musang luak tersebut berjenis kelamin betina dengan berat badan 2 2,5 kg. Musang ini diperoleh dari tangkapan masyarakat sekitar daerah lingkungan kampus IPB. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi larutan untuk penyiapan organ, bahan pembuatan blok parafin, dan bahan pembuatan preparat histologi. Larutan yang digunakan untuk mempersiapkan organ reproduksi betina adalah ketamin dan xylazine, larutan NaCl fisiologis, paraformaldehid 4%, dan alkohol 70% sebagai stopping point. Bahan pembuatan blok parafin terdiri dari alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, absolut, xylol, gliserol, dan parafin cair. Bahan pembuatan preparat histologi terdiri dari set larutan rehidrasi dan dehidrasi, aquades, air kran, pewarna Hematoksilin-Eosin (HE) dan Masson s Trichrome, serta Entelan. Alat alat yang digunakan dalam penelitian meliputi alat pengamatan makroanatomi, pembuatan preparat histologi, dan alat pengamatan mikroanatomi. Alat pengamatan makroanatomi terdiri dari penggaris, benang jahit, jangka sorong, timbangan digital, pinset, mikroskop stereo, dan alat dokumentasi berupa kamera Canon EOS 200D. Alat pembuatan preparat histologis terdiri dari skalpel, tissue basket, botol botol dehidrasi, cetakan parafin, blok kayu, hot plate, water bath, termometer, inkubator parafin, mikrotom, tisu, kuas, gelas objek, dan gelas penutup. Alat pengamatan mikroanatomi adalah mikroskop.

12 Metode Penelitian 1 Perfusi Organ Reproduksi Betina Paradoxurus hermaphroditus Musang luak yang masih hidup dianestesi dengan xylazine dengan dosis 2 mg/kg berat badan dan ketamin dengan dosis 10 mg/kg berat badan serta diaplikasikan secara intramuskular. Kemudian dilakukan sayatan dengan skalpel agar organ jantung dari hewan tersebut dapat terlihat. Perfusi dilakukan dengan cara memasukkan larutan NaCl fisiologis ke dalam ventrikel kiri dan atrium kanan digunting agar darah keluar dan tidak kembali ke jantung. Setelah eksanguinasi selesai, larutan fiksatif dimasukkan ke dalam ventrikel kiri dan disuntikkan ke masing masing bagian organ agar mengisi ke seluruh bagian. Larutan fiksatif yang digunakan adalah paraformaldehid 4%. Setelah itu, organ reproduksi betina dipisahkan dari tubuh musang kemudian organ tersebut direndam dalam larutan fiksasi. 2 Pengamatan Makroanatomi Pengamatan makroanatomi meliputi pengamatan morfologi, pengukuran, dan penimbangan terhadap organ reproduksi betina musang luak. Pengukuran dan penimbangan organ reproduksi betina musang luak dilakukan pada ovarium, tuba uterina, kornua dan korpus uterus, serviks, vagina, serta vulva. Pengukuran organ meliputi pengukuran panjang, lebar, tebal, dan diameter untuk bagian yang memiliki lumen. Pengukuran pada bagian organ yang berpasangan seperti kornua uterus, tuba uterina, dan ovarium, dilakukan pada masing masing sisi. Setelah itu dilakukan pemotretan organ reproduksi betina musang luak dengan menggunakan kamera. Pengukuran ini dilakukan dengan keadaan organ terfiksasi dalam alkohol 70%. 3 Pengamatan Mikroanatomi Pengamatan mikroanatomi diawali dengan pembuatan preparat histologi (prosedur terlampir). Berat organ reproduksi betina ditimbang kemudian dipotong pada masing masing bagian dengan ukuran 0,5 cm (Aughey dan Frye 2001). Masing masing bagian organ dimasukkan ke dalam tissue basket untuk dibuat blok jaringan. Pembuatan blok jaringan melalui beberapa proses yaitu dehidrasi

13 dengan alkohol konsentrasi bertingkat, clearing dalam larutan xylol, infiltrasi parafin, dan dilanjutkan dengan embedding dalam parafin cair. Setelah masing masing blok jaringan terbentuk, proses selanjutnya adalah pemotongan (sectioning) menggunakan mikrotom. Ketebalan potongan diatur untuk mendapatkan ukuran ideal preparat histologi (3 5 µm). Setelah didapat preparat dalam gelas objek, kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 0 C selama 24 jam untuk menyempurnakan penempelan jaringan pada gelas objek dan siap untuk diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (prosedur terlampir) dan Masson s Trichrome (prosedur terlampir) yang sesuai dengan prosedur Kiernan (1990). Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CH30). Pengamatan dilakukan pada semua bagian organ reproduksi betina mulai dari ovarium, tuba uterina, kornua uterus pada masing masing sisi, korpus uterus, serviks, dan vagina. Hal yang diamati adalah jenis epitel pada masing masing bagian organ, lapisan otot, dan folikel folikel yang terdapat pada ovarium. Hal tersebut diamati pada potongan melintang maupun memanjang pada setiap bagian organ. Pengamatan morfologi dari tiap bagian organ dan klasifikasi dari tiap folikel di ovarium untuk dapat ditentukan tahapan oogenesis dan siklus estrus musang luak tersebut. 4 Analisis dan Penyajian Data Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan pengolahan data statistik dekriptif. Analisis terhadap data makroanatomi organ reproduksi betina yang diperoleh, dilakukan secara deskriptif mengenai morfologi masing-masing bagian organ dan ditampilkan dalam tabel dan dibandingkan dengan beberapa data dari hewan lain, kemudian didokumentasikan menggunakan kamera dan ditampilkan dalam bentuk gambar. Data mikroanatomi dianalisis secara deskriptif dengan membuat dan mengamati preparat histologi, mencatat hasil pengamatan, dan membandingkan dengan data pada hewan lain maupun literatur yang terkait serta melakukan pemotretan gambaran mikroanatomi dengan kamera.

HASIL Struktur Makroanatomi Organ reproduksi betina musang luak dapat dibedakan menjadi organ reproduksi internal dan eksternal. Organ reproduksi internal berada di dalam rongga pelvis dan terdiri atas sepasang ovarium, sepasang tuba uterina, sepasang kornua uterus, korpus uterus, serviks, dan vagina. Organ reproduksi eksternal terdiri atas vestibula dan vulva. 2 1 2 3 6 3 4 5 Gambar 5 Organ urogenitalia musang luak betina terdiri atas (1) ovarium, (2) tuba uterina, (3) kornua uterus, (4) korpus uterus, (5) vulva, dan (6) vesika urinaria. Bar: 1 cm. Alat penggantung organ reproduksi betina musang luak berupa fasia tipis yang terdiri atas mesovarium, mesosalping, dan mesometrium. Alat pembungkus ovarium juga berupa selaput tipis yang menyelimuti ovarium. Ovarium musang luak berbentuk oval dan terdapat sepasang yaitu ovarium dextra dan sinistra. Berat ovarium dextra dan sinistra musang luak yaitu sebesar 0,18±0,09 g dan 0,19±0,09 g. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Ukuran ovarium musang luak betina Parameter Dextra Sinistra Panjang (cm) 0,79±0,23 0,77±0,26 Lebar (cm) 0,53±0,23 0,56±0,24 Tebal (cm) 0,32±0,20 0,35±0,25 Berat (cm) 0,18±0,09 0,19±0,09

15 Tabel 3 Perbandingan panjang saluran reproduksi betina musang luak dengan anjing dan kucing Bagian Organ Tuba Uterina Dextra (cm) Sinistra (cm) Musang Luak Anjing (Pineda&Dooley 2003) Kucing (Pineda&Dooley 2003) 3,82±1,49 3,85±1,43 4-7 3-5 Tipe Uterus Bikornua Bikornua Bikornua Kornua Uterus Dextra (cm) 3,04±0,22 Sinistra (cm) 3,27±0,60 10-14 6-10 Korpus Uterus (cm) 2,32±0,12 1,4-2 1,5-2 Serviks Uterus (cm) 0,97±0,44 1,5-2 1-1,5 Vagina (cm) 1,27±0,44 5-10 * Vestibula (cm) 0,71±0,22 2-5 0,5-1,5 Lebar Vulva (cm) 1,32±0,32 * * * Tidak dilaporkan. Tabel 3 menunjukkan panjang setiap bagian organ yang membentuk saluran reproduksi betina musang luak. Tuba uterina terdiri atas infundibulum, ampulla, dan isthmus. Tuba uterina mempunyai beberapa lekukan yang diduga merupakan batas antara ketiga bagian tuba uterina. Bagian infundibulum memiliki fimbria yang berbentuk seperti corong yang tipis dan terletak paling dekat dengan ovarium. Panjang tuba uterina yang dirata-rata yaitu 3,82±1,49 cm untuk bagian dextra dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra. Uterus terdiri atas dua kornua uterus yang panjang dan terpisah, serta korpus uterus yang kemudian berlanjut menjadi serviks uterus, sehingga disebut tipe bikornua. Kedua kornua uterus terpisah dan masing-masing berjalan lurus ke arah craniolateral. Percabangan korpus uterus menjadi dua kornua uterus dinamakan bifurcatio uteri. Panjang kornua uterus bagian dextra sebesar 3,04±0,22 cm dan bagian sinistra sebesar 3,27±0,60 cm. Uterus difiksir oleh jaringan penggantung di kedua sisi lateral (mesometrium). Panjang korpus uterus yaitu sebesar 2,32±0,12 cm.

16 A 3 A 6 2 1 4 4 5 Gambar 6 (A) Gambaran makroanatomi (1) vagina, (2) vestibula, (3) serviks, dan (4) orificium urethralis externum. (A ) Perbesaran vagina terlihat (4) orificium urethralis externum, (5) fossa klitoris, dan (6) lipatan-lipatan mukosa. Bar: 0,5 cm. Serviks uterus memiliki lumen yang lebih sempit dibandingkan dengan vagina. Serviks memiliki panjang sebesar 0,97±0,44 cm. Vagina musang luak memiliki lipatan-lipatan mukosa yang hampir memenuhi lumen vagina (Gambar 6A ). Panjang vagina yaitu sebesar 1,27±0,44 cm. Vestibula adalah bagian yang terletak antara vagina dan vulva. Batas antara vestibula dengan vagina yaitu orificium urethralis externum. Panjang vestibula adalah 0,71±0,22 cm. Vulva adalah organ reproduksi eksternal yang terdiri atas labia mayor dan labia minor, serta klitoris. Komisura dorsal berbentuk agak lancip dan terdapat rambut yang lebat, sedangkan komisura ventralnya membulat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Klitoris tidak nampak dari eksternal, namun terlihat adanya fossa klitoris di ventral vestibula. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Klitoris merupakan bentuk analogi dari penis pada hewan jantan yang mengalami rudimentasi pada masa embrional. Lokasi klitoris berada di bagian dasar vestibula. Sekitar vulva dikelilingi oleh rambut yang lebat. Arah celah vulva musang luak yaitu cranio-caudal. Lebar vulva yang sudah dirata-rata yaitu sebesar 1,32±0,32 cm.

17 Karakteristik Mikroanatomi Perkembangan Folikel dalam Ovarium Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks dan medula yang dilapisi germinal epithelium berupa epitel kubus sebaris yang ditunjukkan pada Gambar 7a. Pada bagian korteks terdapat berbagai tahap perkembangan folikel dan jaringan ikat yang membentuk stroma. Kelenjar interstitial juga dapat ditemukan di stroma korteks dan terdapat dalam Gambar 7b. Medula terletak di bagian tengah ovarium dan terdapat banyak pembuluh darah, pembuluh limfe, serta saraf. Rete ovarium terdapat dalam medula, berbentuk jalinan saluran tidak teratur yang dibalut oleh epitel kubus sebaris. Tahap perkembangan folikel yaitu folikel primordial, primer, sekunder, dan tersier (de Graaf). Gambar 8 menunjukkan berbagai macam perkembangan folikel dalam ovarium. Folikel primordial terdapat dalam jumlah banyak dan berada di bawah tunika albuginea, serta ditandai dengan adanya oosit yang dilapisi epitel pipih selapis. Epitel pipih selapis berganti menjadi kubus sebaris pada folikel primer. Folikel sekunder ditandai dengan adanya zona pelusida dan rongga kecil diantara sel-sel granulosa. Folikel tersier memiliki antrum folikuli, kumulus ooforus, dan korona radiata. Folikel atresia, korpus luteum, dan korpus albikan juga ditemukan dalam ovarium yang ditunjukkan pada Gambar 9. Folikel atresia merupakan folikel yang mengalami regresi dan ditemukan di bagian korteks ditandai dengan adanya membran glasial yaitu sisa dari zona pelusida. A B a 1 1 b Gambar 7 (A) Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks sebagai zona parenkimatosa (a) dan medula sebagai zona vaskularis (b); serta (B) Kelenjar interstitial (1) dalam stroma korteks. Pewarnaan HE. Bar: A= 100 µm, B= 40 µm.

18 A B 1 1 2 C D 3 1 1 3 4 Gambar 8 Tahap perkembangan folikel pada ovarium musang luak yaitu (A) folikel primordial, (B) folikel primer, (C) folikel sekunder, dan (D) folikel tersier/de Graaf. (1) Oosit, (2) stroma, (3) lapis sel granulosa, dan (4) antrum folikuli. Pewarnaan HE. Bar: A, C= 40 µm; B= 20 µm; D= 100 µm. A B 1 2 1 Gambar 9 Folikel atresia (A) ditandai dengan membrana glasial (1) dan korpus luteum (B) dengan sel vakuola pucat (2). Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µm, B= 100 µm.

19 Karakteristik Mikroanatomi Saluran Reproduksi Setiap saluran reproduksi pada musang luak memiliki fungsi yang berbedabeda dengan karakteristik jaringan penyusun yang berbeda pula. Tuba uterina terdiri atas tiga bagian yaitu infundibulum, ampulla, dan isthmus. Gambaran umum tuba uterina terdiri atas lumen, lapis mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Permukaan mukosa tuba uterina dilapisi oleh epitel silindris sebaris. Lapis muskularis tuba uterina musang luak terdiri atas otot polos sirkuler dan longitudinal, serta lapis serosa yang berupa jaringan ikat dan berasal dari mesosalping. Ketiga bagian tuba uterina tersebut dapat dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lipatan membran mukosa dan ketebalan lapis muskularis. Infundibulum memiliki lipatan mukosa yang tinggi dan lapisan muskularis yang sangat tipis. Ampulla memiliki lipatan mukosa yang lebih rendah dan lapisan muskularis yang lebih tebal dibanding infundibulum. Isthmus memiliki lipatan mukosa yang sangat rendah dan lapisan muskularis yang sangat tebal. Gambar 10 menunjukkan lipatan mukosa dan lapis muskularis yang membedakan infundibulum, ampulla, dan isthmus pada musang luak. A B C 2 1 1 1 2 2 Gambar 10 (A) Infundibulum, (B) ampulla, (C) isthmus. Lipatan mukosa (1) dan lapisan muskularis (2). Pewarnaan HE. Bar: A, B= 100 µm, C= 40 µm. Saluran tuba uterina juga berbatasan dengan uterus yaitu kornua uterus. Utero-tubal junction merupakan perbatasan antara bagian tuba uterina isthmus dengan kornua uterus. Kornua dan korpus uterus tersusun oleh struktur yang sama yaitu lumen, endometrium (lapis mukosa-submukosa), miometrium (lapis tunika muskularis), dan perimetrium (lapis tunika serosa) (Gambar 11a). Endometrium

20 dilapisi oleh lapisan epitel silindris sebaris yang mengelilingi lumen uterus. Kelenjar uterus atau endometrial gland banyak ditemukan pada bagian endometrium. Kelenjar uterus berupa simple tubular gland yang terdiri atas satu lapis sel tunggal. Miometrium merupakan lapis muskularis. Bagian ini disusun oleh otot polos yang berbentuk sirkuler dan longitudinal. Otot polos sirkuler terletak lebih dalam, sedangkan otot polos longitudinal terletak di lapisan luar. Pembuluh darah juga ditemukan di superfisial kedua lapisan otot tersebut yaitu disebut dengan stratum vasculare. Perimetrium atau lapis serosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang dilapisi epitel pipih selapis di bagian superfisial. A 1 2 B 3 6 4 5 1 Gambar 11 Lapisan uterus (A) dan perbesaran kelenjar uterus (B). Bagian endometrium ditemukan (1) kelenjar uterus dan (2) lamina propria. Bagian miometrium terdiri atas (3) lapis otot sirkuler dan (4) longitudinal, dan (5) stratum vasculare. (6) Perimetrium. Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µm, B= 20 µm. Serviks memiliki beberapa perbedaan dengan kornua dan korpus uterus. Kelenjar uterus yang ditemukan pada kornua dan korpus uterus tidak terdapat di dalam serviks. Selain itu, serviks uterus mengandung banyak serabut elastik. Mukosa-submukosa berupa lipatan primer, sekunder, dan tersier. Lipatan serviks dapat memberikan kesan yang salah yaitu terlihat seperti struktur kelenjar. Epitel yang menyusun mukosa serviks adalah silindris sebaris bersilia dan sel penghasil mukus, termasuk sel goblet. Beberapa sel goblet dapat ditemukan di sela-sela epitel tersebut sebagai massa kosong yang berwarna lebih cerah. Gambar 12 menunjukkan epitel serviks dan sel-sel penghasil mukus.

21 1 2 3 Gambar 12 Serviks uterus tampak (1) epitel silindris sebaris, (2) lamina propria, dan (3) sel penghasil mukus. Pewarnaan HE. Bar: 10 µm. Saluran reproduksi musang luak selanjutnya adalah vagina. Epitel yang menyusun mukosa vagina adalah epitel pipih banyak lapis. Vagina dengan epital pipih banyak lapis yang mengalami keratinisasi juga dapat ditemukan pada musang luak. Lamina propria atau lapis submukosa vagina terdiri atas jaringan ikat. Pada lapisan ini ditemukan juga pembuluh darah. Lapis muskularis juga ditemukan pada vagina bagian superfisial yang terdiri atas otot polos. Lumen dan epitel mukosa vagina terdapat pada Gambar 13. 1 2 Gambar 13 Vagina musang luak tampak (1) epitel pipih banyak lapis berkeratinisasi dan (2) lamina propria. Pewarnaan HE. Bar: 40 µm.

22 Karakteristik Pewarnaan Masson s pada Organ Reproduksi Betina Pewarnaan Masson s Trichrome pada organ reproduksi betina musang luak digunakan untuk melihat jaringan ikat dalam masing-masing bagian organ tersebut. Tunika albuginea merupakan jaringan ikat yang melapisi ovarium dan berasal dari mesovarium. Jaringan ikat tersebut dapat dilihat pada Gambar 14a. Jaringan ikat mesovarium pada bagian hilus ovarium masuk ke dalam bagian medula ovarium, pembuluh darah terwarnai dengan baik, dan dapat dilihat pada Gambar 14b. Folikel tersier dikelilingi oleh sel-sel teka interna yang berupa lapis vaskuler dan sel-sel teka eksterna yang berupa jaringan ikat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15. Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Selain folikel, jaringan ikat juga ditemukan pada korpus luteum yang berawal dari atresia pada folikel. Perubahan korpus luteum musang luak dapat dilihat pada Gambar 16. A 1 B 3 2 2 3 Gambar 14 (A) Jaringan ikat tunika albuginea ovarium musang luak (1) dan (B) jaringan ikat mesovarium pada bagian hilus ovarium menyusup ke bagian medula (2) dan terlihat pembuluh darah (3). Pewarnaan Masson s Trichrome. Bar: A=10 µm, B= 100 µm.