Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

dokumen-dokumen yang mirip
J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

(1) Achmad Fandir Tiyansyah, (2) Dwiyono Hari Utomo, (3) Sudarno Herlambang Universitas Negeri Malang

PEERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 KAUMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Rika Hajizah Purba 1, Ach. Fatchan 2, Singgih Susilo

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 02 Tahun 2013, 78 82

PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

JURNAL OLEH: ADRIYAN MUTMAYANI E1M

Kata Kunci : strategi belajar peta konsep, hasil belajar, penelitian eksperimen, kurikulum KTSP.

STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI-IS MA MUHAMMADIYAH 2 PACIRAN

Amalia Putri Wijayanti 1 Dwiyono Hari Utomo 2 Hadi Soekamto 3. Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PEDOSFER SISWA KELAS X SMAN 1 PULE KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

Iklilul Millah, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

Cooperative Learning Model Group Investigation And Learning Together Type, Students Achievement, Ecosystem.

III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Anak Siswa Kelas IV

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR K3 DI SMK COKROAMINOTO 2 BANJARNEGARA MENGGUNAKAN METODE TS-TS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGUNAAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 MIDANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

Kata kunci: metode kooperatif tipe TGT, media pembelajaran kartu domino, hasil belajar geografi

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) :

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB III METODE PENELITIAN. exsperimen (eksperimen semu) dengan desain Nonequivalent Control Group

Key words: high order thinking, cooperative learning, jigsaw. Perbedaan Pendekatan Cooperative Learning. (Atika Maysaroh) 127

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS GRUP INVESTIGATION DAN DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 3 MALANG PADA MATERI REAKSI REDOKS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE DAN KONVENSIONAL (JURNAL) Oleh : Evi Mivtahul Khoirullah

Widianita*, Elva Yasmi Amran**, dan R. Usman Rery*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

Bioedusiana Volume 01, Nomor 01, September 2016 ISSN

Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS. Oleh. Dewi Utari *) Suwarjo**) Alben Ambarita***)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUT DOOR STUDY) DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 SUNGAI KAKAP

PEMBERIAN MATERI PRASYARAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS DI KELAS X SMA NEGERI 4 PEKANBARU

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu. Penelitian ini dikatakan eksperimen semu karena

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

Nurasia Jurusan Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo

STUDI KOMPARASI PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

Ismawati, Maria Erna, dan Miharty Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH. ABSTRAK.

Transkripsi:

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KEDIRI Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Experiment with Pre-test Post-test Group Design dengan dua kelompok subyek penelitian yang memiliki kemampuan sama (homogen). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kediri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI antara menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Geografi dimana model pembelajaran Group Investigation lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal tersebut terbukti dari rata-rata gain score yang menunjukkan kelas model pembelajaran Group Investigation lebih tinggi yaitu 84,03 dibandingkan dengan kelas model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 79,90. Kata kunci: Group Investigation, Problem Based Learning, berpikir kritis Abstract: This research was conducted with the aim to compare the learning model Group Investigation and Problem Based Learning on student s critical thinking skills. This research uses a research design Quasi-Experiment with Pre-test Post-test group design with two groups of study subjects who have the same capabilities (homogeneous). The subject was the students of XI IPS SMA Negeri 4 Kediri. This study reveals that there are differences between student s critical thinking skills using a model of learning Group Investigation and Problem Based Learning. By using Group Investigation model, the achievement is higher than using Problem Based Learning. It is proven by the average of gain score that shows in the Group Investigation model, the result is higher that is 84,03 compared by the class Problem Based Learning that is 79,90. Key Words: Group Investigation, Problem Based Learning, critical thinking PENDAHULUAN Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan siswa yang bersifat kompleks sehingga menghasilkan suatu perubahan sikap dan penambahan pengetahuan. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai metode dan media, namun tingkat penyerapan hasil belajar bervariasi tergantung dari tingkat kemampuan siswa dalam menyerap informasi baik disampaikan oleh guru maupun dari pengalaman nyata yang mereka peroleh. Pembelajaran Geografi tidak hanya menekankan aspek hafalan-hafalan tempat, ruang, penduduk dan interaksinya, tetapi juga menyiapkan peserta didik yang cakap 1 Sarjana Universitas Negeri Malang (UM) 2 Dosen Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang (UM) 3 Dosen Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang (UM)

2 berpikir dalam pemecahan masalah (skills), dan memiliki sikap dan nilainilai positif (attitudes and values) terhadap aspek-aspek manusia dan lingkungannya untuk mendukung kehidupannya kini maupun akan datang. Pengaplikasian ilmu Geografi banyak terkait dengan masalah lingkungan karena pada dasarnya Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang berkenaan dengan proses berpikir secara kritis yang penting untuk pengkajian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar yang dipilih dalam penelitian ini yaitu menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Pada kompetensi dasar tersebut, siswa dituntut untuk dapat menguraikan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu permasalahan serta menganalisis keterkaitan antar unsur tersebut sehingga siswa dapat menemukan pemecahan masalahnya. Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran Group Investigation karena model ini tidak hanya sekedar model pembelajaran secara diskusi pada umumnya, namun juga menuntut siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Dengan demikian, maka siswa dapat lebih bebas dalam bereksplorasi. Model ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, menekankan pengalaman belajar di lapangan secara aktif dan kooperatif sehingga akan merangsang kemampuan berpikir siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008:215-216) yang menyatakan bahwa model Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintregasi yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis dan mensintesakan informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalamanpengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam

3 kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Pada dasarnya karakteristik model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning hampir sama. Yakni pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah. Perbedaan dari model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning adalah penentuan permasalahan yang akan dipelajari pada model pembelajaran Group Investigation ditentukan oleh siswa, sedangkan pada model pembelajaran Problem Based Learning siswa harus memberikan solusi terkait permasalahan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul Perbandingan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Kediri. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Kelompok eksperimen 1 adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, sedangkan kelompok eksperimen 2 adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Desain penelitian quasi experiment ini adalah pretest post-test control group design. Penelitian eksperimen ini mengukur apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning dalam pembelajarannya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kediri semester genap tahun ajaran 2012-2013 pada kompetensi dasar menganalisis pelestarian

4 lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Subjek terdiri dari lima kelas yang dipilih secara acak yang akademisnya homogen yaitu dua kelas dengan nilai rata-rata UAS geografi yang relatif sama yaitu kelas XI IPS 1 dengan nilai rata-rata 79,02 dan XI IPS 3 dengan nilai rata-rata 79,29. Dikarenakan kedua kelas homogen, maka penentuan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang mendapat perlakuan model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning dilakukan secara acak dengan teknik undian. Dari kelas eksperimen 1 yaitu kelas XI IPS 1 mendapat perlakuan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, sedangkan kelas eksperimen 2 yaitu kelas XI IPS 3 mendapat perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Instrumen penelitian ini yaitu tes dengan menggunakan soal essai. Tes dilakukan untuk memperoleh skor siswa dalam kemampuan berpikir kritis. Pembuatan instrumen tes dikembangkan dari kisi-kisi soal tes. Soal tersebut akan diberikan pada saat pre-tes dan pos-tes. Soal dibuat sama untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Analisis instrument yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data yang digunakan adalah independent sample t-test dengan sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL PENELITIAN Hasil kemampuan berpikir kritis (gain score) merupakan skor yang diperoleh dari selisih antara skor pre-test dan skor post-test setellah semua materi pembelajaran diberikan kepada siswa. Data kemampuan awal dan akhir siswa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data Kemampuan Awal dan Akhir Kelas GI dan Kelas PBL Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Nilai 91-100 75-90 60-74 40-59 <40 Kelas GI Kelas PBL Pre-test Post-test Pre-test Post-test f (%) f (%) f (%) f (%) 0 0,00 8 22,22 0 0,00 0 0,00 14 38,89 28 77,78 11 32,35 30 88,24 18 50,00 0 0,00 20 58,82 4 11,76 4 11,11 0 0,00 3 8,82 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 36 100 36 100 34 100 34 100

5 Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil pre-test pada kedua kelas eksperimen, yaitu 18 siswa (50%) termasuk dalam kualifikasi cukup (dengan rentang nilai 60-74), sedangkan pada kelas eksperimen 2 sebanyak 20 siswa (58,82%) termasuk dalam kualifikasi cukup (dengan rentang nilai 60-74). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelas eksperimen memiliki kemampuan awal yang relatif sama. Berdasarkan hasil uji normalitas pada taraf signifikansi 95%,diperoleh nilai signifikansi 0,066 untuk kelas eksperimen 1 dan 0,121 untuk kelas eksperimen 2. Hasil uji normalitas kedua kelas eksperimen tersebut menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data gain score baik pada kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat diketahui bahwa semua nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data penelitian berasal dari populasi bervarian homogen. Berdasarkan data hasil uji-t diketahui bahwa nilai signifikansi (0,03) lebih kecil dari 0,05 dan rata-rata kelas eksperimen 1 (84,03) lebih besar dari rata-rata kelas eksperimen 2 (79,90), maka H 0 ditolak dan H a diterima. Jadi kesimpulannya hipotesis yang berbunyi Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI antara menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Geografi dinyatakan diterima. Berdasarkan hasil analisis gain score pada masing-masing kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, diketahui bahwa mean gain score pada kelas eksperimen 1 (14,35) lebih besar dari mean gain score pada kelas eksperimen 2 (10,78), dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Group Investigation lebih unggul jika dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kediri. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan yang mendapat perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Dimana kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat perlakuan menggunakan model

6 pembelajaran Grroup Investigation lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning. Pada dasarnya, kedua model pembelajaran baik Group Investigation maupun Problem Based Learning sama-sama merupakan model pembelajaran kooperatif yang berbasis penelitian/ proyek yang dapat mendukung kemampuan berpikir kritis siswa. Dimana model pembelajaran kooperatif dapat mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Disamping itu, dalam pembelajaran berbasis penelitian, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri (Bergstrom & O Brien, 2001; Wilcox, 1993 (dalam Slavin, 2009). Model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning mempunyai keunggulan masing-masing sehingga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Pada model pembelajaran Problem Based Learning, siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru melalui kerja kelompok. Melalui tahapan-tahapan model pembelajaran ini, siswa akan mendapatkan pengalaman dalam menganalisis permasalahan yang disajikan melalui proses diskusi kelompok, sampai menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan masalah yang autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dari inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Keunggulan model pembelajaran Group Investigation yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa adalah karena dalam tahapan-tahapan pembelajaran Group Investigation terdapat adanya proses-proses kognitif yang saling mempengaruhi. Proses-proses kognitif merupakan aksi-aksi intelektual yang mentransfer informasi dari satu penyimpanan informasi ke penyimpanan informasi lainnya. Proses-proses kognitif yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tersebut antara lain adalah attention (perhatian), perception, rehearsal (pengulangan), encoding, dan retrieval (Hipiteuw, 2009: 69)

7 Proses attention (perhatian) merupakan proses untuk memfokuskan diri pada stimuli tertentu dan sementara itu memilah yang tidak penting untuk dikeluarkan (Hipiteuw, 2009: 78). Proses attention pada model pembelajaran Group Investigation terlihat pada tahap penentuan topik/ tema permasalahan. Dimana pada model pembelajaran ini siswa bebas menentukan topik permasalahan yang dianggap menarik bagi mereka dan disesuaikan dengan kesepakan antara siswa dengan guru. Hipiteuw (2009) menyatakan bahwa kemampuan pemikiran kritis paling baik dipelajari menurut topik-topik yang sudah tidak asing lagi bagi siswa. Siswa akan lebih dapat menerapkan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan mengembangkan pemikiran mereka sendiri terhadap permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya dibandingkan dengan permasalahan yang asing baginya. Pada Model Problem Based Learning tidak terjadi proses attention (perhatian) dikarenakan pemilihan topik/ tema permasalahan ditentukan oleh guru. Hal tersebut akan mempengaruhi motivasi dan minat siswa untuk menyelesaikan permasalahn yang diberikan secara kritis, dikarenakan terdapat kemungkinan siswa kurang tertarik dengan tema permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu, belum tentu siswa memiliki pengetahuan yang luas terhadap permasalahan yang diberikan, sehingga siswa tidak dapat memaksimalkan kemampuan berpikir kritisnya. Ketertarikan serta motivasi siswa terhadap suatu masalah yang akan dipelajari merupakan hal yang penting karena akan dapat mempengaruhi pembelajaran mandiri bagi siswa. Pembelajaran mandiri berasal dari pemikiran dan perilaku yang dihasilkan sendiri oleh siswa yang secara sistematis diarahkan ke sasaran pembelajaran mereka (Schunk & Zimmerman, dalam Slavin, 2009: 115). Para pembelajar mandiri cenderung mempunyai sasaran yang jelas terhadap apa yang ingin dicapainya, sehingga ia bebas mengembangkan pemikirannya demi mencapai sasaran tersebut, bukan hanya dengan menaati perintah guru. Lebih jauh, pembelajar yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain, dan mereka mampu bertahan pada tugas jangka panjang hingga tugas tersebut terselesaikan. Apabila siswa mempunyai strategi pembelajaran yang efektif maupun motivasi serta kegigihan sampai suatu tugas terselesaikan hingga memuaskan mereka, kemungkinan mereka akan menjadi pelajar yang efektif dan mempunyai motivasi sepanjang hidup untuk belajar (Slavin, 2009: 13).

8 Proses rehearsal (pengulangan) pada model pembelajaran Group Investigation terlihat pada tahap perencanaan, investigasi, dan laporan akhir. Rehearsal merupakan pengulangan-pengulangan guna membantu informasi yang dipelajari tersimpan ke dalam long-term memory sehingga menjadi pengetahuan individu tersebut. Wade & Travis (2007: 102) menyatakan bahwa mengulang-ulang suatu informasi menyebabkan informasi tersebut menetap lebih lama dalam memory jangka pendek dan memperbesar kemungkinan informasi tersebut akan tersimpan pada memory jangka panjang. Semakin sering informasi diproses dalam proses rehearsal, maka otomatis memory tersebut akan tersimpan dalam long-term memory (memory jangka panjang) dan sulit dilupakan (forgotten/ lost). Tahapan-tahapan dalam Group Investigation juga berkaitan dengan proses encoding, yaitu proses merepresentasikan informasi ke dalam long-term memory secara bermakna. Pemahaman dan pengetahuan yang baru disimpan dalam long-term memory dikaitkan dengan apa yang sudah tersimpan dalam long-term memory sebelumnya agar informasi yang dipelajari tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki individu tersebut. Melalui tahapan-tahapan planning, investigation, dan organizing pada model pembelajaran Group Investigation, maka pengetahuan baru akan mudah terkoneksi dengan pengetahuan sebelumnya yang telah ada pada long-term memory tersebut karena semakin sering proses rehearsal terjadi, maka background knowledge (pengetahuan sebelumnya) akan menjadi semakin luas sehingga mudah terkait dengan pengetahuan baru. Hal inilah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui tahap-tahap dalam pembelajaran model Group Investigation dan Problem Based Learning siswa juga akan melakukan proses retrieval (pelacakan) yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan untuk memahami apa yang sedang dipelajari. Hal ini dikarenakan semakin siswa menuju pemikiran tingkat tinggi, maka semakin banyak pula informasi-informasi dan pengetahuan yang harus ia dapatkan untuk menunjang kemampuannya dalam berpikir kritis. Disamping keunggulannya, model pembelajaran Group Investigation dan Problem Based Learning juga mempunyai beberapa kelemahan yang turut menghambat penelitian, antara lain kedua model pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaanya. Selain itu, guru juga dituntut untuk lebih matang dalam

9 pembuatan perencanaan pembelajarannya. Siswa yang kurang aktif dalam mengemukakan pendapatnya juga turut menghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran ini. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI antara menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Geografi. Dimana model pembelajaran Group Investigation lebih unggul jika dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kediri. SARAN Sesuai dengan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diajukan adalah guru Geografi perlu menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) sebagai salah satu alternatif dalam kegitan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Namun perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP, disarankan agar alokasi waktu disusun dengan cermat karena memerlukan alokasi waktu yang relatif lama. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hipiteuw, Dr. Imanuel. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning. Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks Wade Carol & Carol Travis. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga