II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan tanaman yang bunganya tumbuh dari batang atau cabang

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

ANALISIS FLUKTUATIF SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

Penyebaran Busuk Buah Kakao di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya. Oleh: Feny Ernawati, SP dan Effendi Wibowo, SP POPT Pertama BBPPTP Surabaya

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Gambar. Karat Daun Kopi (H. vastatrix)

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI COBA PENGENDALIAN PENYAKIT KANKER BATANG KAKAO DI KABUPATEN ASAHAN PROPINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

Transkripsi:

6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao (Theobroma cacao) Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012 dapat diuraikan sebagai berikut: Divisi Sub divisi Class Sub class Ordo Family Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Dialypetalae : Malvales : Sterculiaceae : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Kakao secara umum dibagi menjadi dua tipe yang sering dibudidayakan, yaitu Criollo dan Forastero. Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara vegetatif ataupun generatif. Kakao Forastero umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang terpilih, sedangkan kakao jenis Criollo umumnya

7 diperbanyak secara vegetatif. Namun, kakao Forastero saat ini sering diperbanyak secara vegetatif untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat di tentukan oleh tersedianya benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu (Cahyono, 2010). Tanaman kakao merupakan komoditas tanaman perkebunan yang penting di Indonesia karena sebagai penghasil devisa negara. Negara tujuan utama ekspor kakao dari Indonesia adalah Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Brazil yang menguasai sebesar 93,1 persen. Tanaman ini dikenal sebagai bahan untuk membuat makanan dan minuman. Sehubungan dengan semakin banyaknya industri makanan dan minuman yang berbahan baku kakao, baik di Indonesia ataupun di dunia pada umumnya, prospek kakao dapat dikatakan cukup cerah. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi tanaman kakao dan salah satunya adalah dengan memperbaiki teknis budidaya kakao (Hendrata dan Sutardi, 2009). Disisi lain situasi kakao dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Hal ini merupakan suatu peluang yang menjanjikan untuk segera dimanfaatkan. Peningkatan produksi kakao di Indonesia saat ini dalam situasi yang strategis karena pasar ekspor biji kakao dan pasar domestik Indonesia masih sangat terbuka. Indonesia memiliki peluang menjadi produsen terbesar kakao dunia, apabila permasalahan pada perkebunan kakao dapat diselesaikan dengan baik (Damanik dan Herman, 2010).

8 2.2 Penyakit Busuk Buah Kakao Penyakit utama tanaman kakao baik di Indonesia maupun negara lain adalah busuk buah. Serangan penyakit busuk buah kakao mampu menurunkan produksi kakao hingga 44%. P. palmivora merupakan patogen yang menyerang tanaman kakao di seluruh dunia. Di Asia Tenggara P. palmivora ini ditemukan hampir pada semua penyakit pada tanaman kakao (Rubiyo dan Amaria, 2013). Seluruh bagian tanaman kakao dapat terinfeksi oleh P. palmivora tersebut mulai dari akar, batang, bunga, buah dan daun. Tetapi kerugian yang sangat tinggi disebabkan pada serangan buah (Opeke and Gorenz, 1974 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013). Pada umumnya besarnya kerugian akibat penyakit ini mencapai 20-30% dan kematian tanaman 10% pertahun (ICCO, 2012 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013). 2.2.1 Gejala Penyakit Gejala penyakit yang paling umum adalah busuk buah kakao. Bercak pada buah mulai kecil seperti spot-spot yang kotor dan tebal pada bagian buah di mana saja pada setiap fase perkembangan buah. Bercak berkembang dengan cepat menutupi jaringan internal dan seluruh permukaan buah termasuk biji (Guest, 2007 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013).

9 Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak warna buah berubah. Pada umumnya mulai ujung buah atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan akhirnya buah menjadi hitam. Kerusakan berat bila patogen ini masuk kedalam buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji (Semangun, 1996). 2.2.2 Penyebab Penyakit Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh P. palmivora. Pada buah kakao jamur membentuk banyak sporangium. Sporangium dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk zoospora (Semangun, 1996). P. Palmivora merupakan salah satu patogen penyebab penyakit penting pada tanaman kakao. Patogen ini dapat menyebakan penyakit busuk buah, kanker batang dan hawar daun yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao dan dapat menurunkan produksi buah kakao. Penyakit busuk buah merupakan penyakit yang penting karena P. palmivora menyebabkan buah kakao menjadi busuk sampai pada biji kakao. Hal ini menyebabkan kerugian karena menurunkan produksi buah kakao (Sriwati dan Muarif, 2012).

10 Epidemi penyakit busuk buah kakao terjadi akibat penyebaran inokulum P. palmivora secara vertikal (dalam satu pohon) dan horizontal (antar pohon). Penyebaran vertikal terjadi melalui kontak langsung antara buah sakit dan buah sehat. Penyebaran inokulum dapat melalui tetesan air hujan dari buah sakit ke buah sehat di bawahnya, bantuan serangga vektor dan percikan air hujan dari tanah kebuah di sekitar pangkal batang. Penyebaran horizontal dapat terjadi dengan bantuan serangga, kontak antar pohon dan angin (Muller, 1974 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013). 2.2.3 Perkembangan Penyakit Faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit busuk buah pada tanaman kakao ialah kondisi iklim. Kelembaban yang tinggi akan membantu pembentukan spora dan meningkatkan infeksi. Infeksi hanya dapat terjadi apabila pada permukaan buah terdapat air. Hal ini berasal dari air hujan ataupun terjadi karena pengembunan uap air pada permukaan buah. Hal tersebut yang sering menyebabkan terjadinya busuk buah pada tanaman kakao. Dengan kelembaban yang tinggi patogen dapat menginfeksi dengan baik pada buah kakao (Pawirosoemardjo dan Purwantara, 1992 dalam Chamami dan Hidayanti, 2014). Perkembangan busuk buah dipengaruhi oleh kelembaban udara, yaitu 80-95% selama 2-4 jam yang mendukung infeksi spora P. Palmivora. Selain itu, busuk buah berhubungan langsung dengan jumlah buah di pohon dan curah hujan, tetapi jumlah buah berbanding terbalik dengan curah hujan sehingga ada interaksi antara

11 curah hujan, keragaman tanaman dan penyakit (Thorold, 1975 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013). kebasahan permukaan buah dan kelembaban udara berperan langsung terhadap infeksi P. palmivora pada buah kakao. Dalam hal ini peranan curah hujan terjadi secara tidak langsung melalui terjadinya kebasahan permukaan buah dan meningkatnya kelembaban udara. Demikian juga pengaruh suhu terhadap perkembangan infeksi terjadi secara tidak langsung, melalui pengaruhnya terhadap kelembaban udara dan kebasahan buah (Purwantara, 1990 dalam Rubiyo dan Amaria, 2013). Infeksi P. palmivora dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan dari permukaan tanah, serangga atau vertebrata. Penyebaran P. palmivora banyak dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab. Buah yang busuk pada pohon juga mendorong infeksi pada buah lain yang berdekatan. Di Papua Nugini diketahui semut Crematogaster, Iridomyrmex dan Solenopsis, terbukti merupakan serangga yang membantu penyebaran P. palmivora (Siregar, 2004). Patogen berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, sehingga dapat mencapai buah yang tinggi. Dari buah yang tinggi sporangium dapat terbawa air ke buah di bawahnya. Dari buah yang terserang P. palmivora dapat berkembang melalui tangkai dan menyerang bantalan bunga dan dapat berkembang terus sehingga menyebabkan terjadinya penyakit (Semangun, 1996).

12 2.3 Penyarungan Buah Menggunakan Plastik Transparan Salah satu upaya untuk menghambat kerusakan buah saat masih di pohon adalah dengan penyarungan buah. Cara ini dimaksudkan untuk meminimalkan gangguan yang terjadi pada saat buah masih di pohon, sehingga buah kakao terhindar dari serangan jamur penyebab penyakit busuk buah kakao (Kalie, 1992 dalam Noorbaiti, 2012). Penyarungan buah menggunakan plastik transparan adalah teknik yang dikembangkan untuk mengendalikan PBK pada buah kakao yang merupakan perlindungan secara mekanis. Tetapi penyarungan ini, apabila ukuran plastik terlalu kecil maka dapat menyebabkan kelembaban di permukaan buah sehingga memicu timbulnya busuk buah kakao (Munier, 2005 dalam Kresnawaty, 2010). 2.4 Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao Berbagai teknik untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao telah diupayakan, seperti penyarungan buah kakao, Sanitasi kebun dan tanaman kakao seperti pemangkasan, pengendalian gulma, panen sering dan penggunaan fungisida. Berikut pengendalian penyakit busuk buah yang sudah banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk buah kakao.

13 2.4.1 Pengendalian Secara Budidaya 2.4.1.1 Tanaman resisten (tahan) Bahan tanaman yang resisten ataupun toleran merupakan komponen pengendalian jasad pengganggu tanaman yang telah terbukti efektif mengendalikan beberapa kasus serangan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan bahan tanaman yang toleran untuk mengatasi penyakit busuk buah merupakan alternatif pengendalian penyakit tanaman yang murah dan ramah lingkungan. Beberapa klon selain berproduksi tinggi juga mempunyai sifat tahan terhadap hama dan penyakit. Seperti klon DR 2, DR 16, PA 300, RCC 71, RCC 73, ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04 (Rubiyo dan Siswanto, 2012). 2.4.1.2 Pemangkasan dan Pengaturan Penaungan Saat tanaman kakao belum menghasilkan pemangkasan ditujukkan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Selain itu, pemangkasan pohon pelindung tetap dilaksanakan agar percabangan dan daun tumbuh dengan baik. Pemangkasan pohon pelindung sementara harus dilakukan agar tidak menutupi tanaman kakao dan menghalangi sinar matahari. Pemangkasan juga diperlukan pada tanaman kakao untuk menghasilkan bentuk pertumbuhan yang baik sehingga mempunyai umur produksi yang panjang. Berkaitan dengan keberadaan hama dan penyakit, pemangkasan diperlukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat menekan perkembangan hama dan

14 penyakit. Hama dan penyakit kakao mempunyai korelasi dengan kondisi lingkungan yang lembab dan rimbun seperti hama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah. OPT tersebut berkembang biak dengan baik pada tajuktajuk tanaman kakao yang tertutup rapat dan rimbun. Melihat manfaat pemangkasan untuk perkembangan dan produktivitas kakao serta menekan serangan hama dan penyakit, pemangkasan perlu dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan Standar Operasionalnya (Siswanto dan Karmawati, 2011). 2.4.2 Pengendalian Secara Kimiawi 2.4.2.1 Penggunaan Fungisida Penggunaan fungisida kimia masih banyak dilakukan petani untuk melindungi tanaman kakao dari serangan penyakit tanaman kakao. Penyemprotan terhadap buah-buah sehat secara preventif menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga (Copper Sandoz, Cupravit, Vitigram Blue, Cobox dan lain-lain). Dalam konsep pengendalian hama terpadu, menggunakan fungisida kimia merupakan salah satu komponen di dalamnya. Tetapi penggunaan fungisida merupakan pilihan terakhir apabila cara lain sudah tidak mampu mengatasi. Penggunaan fungisida harus dilakukan secara tepat waktu, alat, dosis, sasaran aplikasi, tempat dan jenis tanaman (Siswanto dan Karmawati, 2011). Penggunaan fungisida harus secara selektif untuk mengembalikan populasi OPT pada tingkat keseimbangannya. Selektivitas fungisida didasarkan atas sifat

15 fisiologis, ekologis dan cara aplikasinya. Penggunaan fungisida diputuskan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang kendali. Fungisida yang dipilih harus yang efektif dan direkomendasikan (Arifin, 1999 dalam Siswanto dan Karmawati, 2011). 2.4.3 Pengendalian Secara Kultur Teknis 2.4.3.1 Penyarungan Buah Kakao Pengendalian busuk buah menggunakan kantong plastik ini bertujuan untuk menghindari buah kakao terinfeksi oleh jamur P. Palmivora. Penyarungan buah dilakukan pada umur buah sekitar 3 bulan yang diperkirakan panjang antara 8-15 cm, menggunakan kantong plastik atau dapat juga menggunakan bahan lainnya seperti koran bekas, kertas semen, dll. (Noorbaiti, 2012). Penyarungan kantong plastik dapat dilakukan menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau pipa paralon berdiameter 5 cm. Hal ini bertujuan untuk membantu petani dalam mennjangkau buah yang tinggi sehingga lebih menghemat waktu (Mustafa, 2003). Penggunaan plastik transparan dalam penyarungan buah kakao ini memiliki beberapa keunggulan yaitu buah dapat masak lebih awal dikarenakan gas etilen yang bertahan di dalam plastik tidak terlepas di udara sehingga mempercepat proses pemasakan buah kakao (Mustafa, 2005), selain itu plastik transparan dapat menyerap sinar matahari dengan baik sehingga buah kakao tersebut dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik. Keunggulan lain dengan penggunaan

16 plastik transparan ini ialah biaya aplikasi yang murah dan dapat digunakan berulang karena plastik tidak rusak setelah pemanenan sehingga menghemat biaya pengeluaran. Teknik pengendalian secara kultur teknis yaitu menggunakan penyarungan buah kakao dengan plastik transparan. Hal ini dikarenakan penyarungan buah kakao merupakan pengendalian yang direkomendasikan oleh Indonesia sebagai pengendalian OPT pada perkebunan kakao. Penyarungan buah kakao merupakan pengendalian OPT yang sederhana karena pengaplikasiannya yang mudah dan biaya aplikasi yang terjangkau. Selain itu pula, pengendalian dengan penyarungan ini ramah terhadap lingkungan artinya penyarungan ini tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan seperi halnya penggunaan bahan kimia yang umumya digunakan petani dalam mengendalikan busuk buah kakao. Disamping itu, fluktuasi harga kakao yang tidak menentu menyebabkan pengendalian kimia menjadi tidak ekonomis, oleh sebab itu diperlukan alternatif pengendalian lain yang secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan pada fungisida kimia yang berdampak negatif pada kesehatan manusia ataupun lingkungan terutama kehidupan musuh alami dan mikroorganisme yang bermanfaat (Rubiyo dan Amaria, 2013).