BAB I PENDAHULUAN. tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan Indonesian Policy Health yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungan dan harus. 2005). Menurut Almborg, et al (2010), pemberian discharge

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang nomor 25 tahun 2009?

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sangat menentukan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pernafasan dan prematuritas, kemudian angka kematian

PERSEPSI DAN EKSPEKTASI DOKTER TERHADAP JASA MEDISDI RS PKU MUHAMMADIYAHNANGGULAN. Heru Yuliyanto, Erwin Santosa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhannya oleh negara. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai abdi masyarakat merupakan pihak yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari pengukuran kinerja merupakan ukuran apakah sebuah strategi yang

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Pentingnya Kegiatan Magang Bagi Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 6.

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pesat dari industri Rumah Sakit dapat dilihat dari tingginya tingkat investasi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu hal penting, apabila pengelolaan penggajian belum baik

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (dana, lingkungan, sarana dan prasarana) dan sebagainya yang dilakukan secara. tujuan tertentu dan mempunyai batas yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I. PENDAHULUAN. A. ULatar Belakang Masalah

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang cukup serius dalam menghadapai pelayanan kesehatan yang meningkat tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan Indonesian Policy Health yang diterbitkan oleh World Bank menyebutkan bahwa pembiayan kesehatan di Indonesia lebih didominasi oleh keuangan pribadi yang disebabkan oleh minimnya fasilitas publik kesehatan yang dibangun oleh pemerintah sehingga banyak orang Indonesia yang lebih memilih fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pihak swasta untuk menjalani perawatan kesehatan. Pada sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan dan saat ini terhitung lebih dari dua pertiga fasilitas ambulans yang ada disediakan oleh pihak swasta dan lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit swasta. Sekitar 30-50% segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen). Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat yang masih terbatas tersebut bersifat perorangan (Out of pocket), sehingga biaya pelayanan kesehatan sangat sulit diperhitungkan. Hal tersebut disebabkan oleh belum adanya patokan yang jelas dalam penentuan besaran jasa medis, sehingga besar jasa kesehatan yang diterima oleh seorang petugas medis akan sangat 1

2 bervariasi pada organisasi kesehatan yang bervariasi pula. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk melakukan standardisasi jasa medis, namun karena penetapannya merupakan wewenang dari masing-masing pemerintah daerah, menyebabkan standardisasi belum menemukan titik temunya. Jasa akan mempunyai dampak terhadap kinerja dari dokter spesialis. Hasil penelitian Utarini, dkk (2006) yang meneliti tentang persepsi dan pengaruh sistem pembagian jasa pelayanan terhadap kinerja pada karyawan Rumah Sakit Jiwa Madani, temuannya menunjukkan bahwa sistem pemberian insentif terhadap tenaga medis dapat berakibat terhadap kepuasan kerja dari seorang dokter. Pada penelitian tersebut, berdasarkan perhitungan indeks insentif yang berlaku di RSJ Madani dimungkinkan insentif yang akan diterima oleh seorang pegawai struktural akan mendapatkan jasa lebih besar dari yang diterima oleh dokter dan paramedis yang hanya berperan sebagai tenaga fungsional di rumah sakit. Padahal di beberapa rumah sakit tenaga dokter mendapatkan jasa pelayanan lebih besar. Dalam perspektif yang berkembang, peran dokter sangat menentukan karena pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan dokter, di samping pelayanan tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan sistem tersebut, beberapa dokter pada RSJ Madani melakukan penolakan terhadap gaji yang diterima. Selain faktor ketidakpuasan dokter terhadap nilai dari jasa medis yang diterima, penolakan tersebut menurut Utarini, dkk (2006) juga disebabkan oleh tiga hal lain, yaitu waktu pembayaran jasa pelayanan tidak jelas, tidak adanya

3 transparansi dalam mekanisma pembagian dan penetapan indeks, dan ketidakadilan dan ketidaktahuan akan sistem pembagian karena dokter spesialis belum terlibat dalam perumusan sistem pembagian jasa pelayanan yang telah digunakan sebelumnya. Hal tersebut dapat memberi gambaran bahwa kebanyakan dari dokter umum/spesialis tidak mengetahui besarnya jasa medis yang diterima pada suatu rumah sakit. Beberapa pihak menganggap bahwa kejelasan formula pemberian jasa medis termasuk hak pasien yang harus dipenuhi oleh dokter dan rumah sakit sebagai penyelanggara pelayanan kesehatan. Pada RS PKU Muhammadiyah Nanggulan besarnya tarif jasa medis ditetapkan dengan jasa PERDA. PERDA yang terbaru adalah PERDA No.1 Tahun 2005 Tentang Tarip Pelayanan Kesehatan Dan Pengelolaan Hasil Penerimaan Jasa Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Wates. Tujuan dari adanya perda tersebut agar jasa yang diterimakan kepada dokter mendekati harapan. Pada kenyataannya selalu ada permasalahan mengenai besar jasa yang diterima, hal ini terjadi karena setiap dokter mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Perhitungan jasa medik dokterumum/ spesialis pada RS PKU Muhammadiyah Nanggulan dilakukan berdasarkan pada prestasi kerja yang bersangkutan sehingga dengan sendirinya apabila tindakan yang dilakukan cukup banyak maka jasa yang akan diterima juga besar. Sebagai gambaran variasi besarnya jasa yang diterima oleh dokter spesialis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan dapat dilihat seperti pada Tabel 1.1 berikut.

4 Tabel 1.1 Besaran Jasa yang Diterima Dokter Umum dan Spesialis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan Tahun 2012-2014 (dalam Rupiah) Dokter 2012 2013 2014 Umum 19,614,673 24,000,892 26,458,243 Spesialis Anak 17.946.450 22,104,925 35,149,925 Spesialis Obstetri & Ginekologi 93.565.975 104,316,100 113,196,700 Spesialis Penyakit Dalam 40.093.325 45,826,025 46,393,650 Spesialis Syaraf 11.986.950 10,634,825 10,027,450 Sumber: Data keuangan RS PKU Muhammadiyah Nanggulan, 2014 Berdasarkan rata-rata penerimaan jasa medis dokter umum dan spesialis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan, dapat diketahui bahwa dokter spesialis kandungan merupakan dokter yang paling tinggi penerimaan jasa medisnya, sedangkan yang paling rendah adalah jasa medis dokter spesialis syaraf. Hal tersebut menunjukkan perbedaan jasa medis yang cukup signifikan diantara dokter umum/spesialis. Perbedaan jasa medis tersebut dipengaruhi oleh prestasi dokter dalam menangani banyaknya pasien yang melakukan perawatan kesehatan. Jasa medis mempunyai dua sisi yang saling bertentangan, dimana jasa medis yang besar akan menjadi beban pasien sehingga tarip yang ditetapkan akan menjadi lebih besar. Namun di sisi lain, jasa medis yang terlalu kecil justru akan menurunkan kinerja dari para pelayan jasa medis, khususnya seorang dokter spesialis Penetapan jasa medis dapat juga dikatakan sebagai suatu sistem kompensasi dan insentif yang akan menambah kinerja karyawan. Seorang dokter pasti akan senang jika mempunyai jasa medis yang besar dimana ia akan mendapat pendapatan yang lebih hanya dengan melayani pasien dengan jumlah yang sedikit. Namun tidak semua dokter punya persepsi yang sama dengan besarnya jasa medis tersebut.

5 Rumah Sakit PKU Nanggulan hanya memiliki empat dokter spesialis (spesialis anak, dalam, kandungan, dan syaraf). Keterbatasan jumlah dokter spesialis tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu keterbatasan finansial dan kurangnya minat dari dokter spesialis untuk melakukan praktek kerja di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Namun untuk alasaan keterbatasan finansial dari pihak rumah sakit dapat ditepis dengan data kunjungan pasien yang melakukan perawatan kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan, dimana dari tahun 2013 sampai tahun 2014 dan diperkirakan sampai pada tahun 2015 akan terus meningkat. Berikut data kunjungan pasien tahun 2013 dan 2014. Tabel 1.2 Data Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Nanggulan Tahun 2013-2014 NO BULAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH 2013 2014 2013 2014 2013 2014 1 Januari 1483 1792 110 109 1593 1901 2 Februari 1429 1638 115 113 1544 1751 3 Maret 1425 1666 126 105 1551 1771 4 April 1367 1560 102 99 1469 1659 5 Mei 1371 1745 96 97 1467 1842 6 Juni 1281 1692 110 91 1391 1783 7 Juli 1470 1582 110 85 1580 1667 8 Agustus 1819 1935 110 121 1929 2056 9 September 1466 1613 84 68 1550 1681 10 Oktober 1362 1661 85 101 1447 1762 11 November 1445 1406 107 73 1552 1479 12 Desember 1507 1547 90 91 1597 1638 Total 17425 19837 1245 1153 18670 20990 Sumber: Profil RS PKU Muhammadiyah Nanggulan, 2014 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa penyebab terbatasnya jumlah dokter spesialis di RS PKU Muhamamdiyah Nanggulan bukan disebabkan oleh alasan finansial dari rumah sakit yang setiap tahunnya mengalami kenaikan kunjungan pasien, namun lebih disebabkan oleh

6 kurangnya minat dokter spesialis untuk praktek kerja di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Hal tersebut dimungkinkan berhubungan dengan adanya UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Kesehatan Kesehatan, yang menyebutkan bahwa seorang dokter spesialis dibatasi tempat prakteknya maksimal hanya 3 tempat. Hal ini tentu saja menjadi pertimbangan yang matang bagi dokter spesialis untuk secara cermat menentukan rumah sakit mana yang paling sesuai untuk dijadikan tempat praktek. Terdapat beberapa pertimbangan seorang dokter dalam menentukan tempat praktek, salah satu diantaranya yang merupakan faktor penarik yang paling kuat adalah besarnya jasa medis yang akan diterima dari rumah sakit tersebut. Besar kecilnya jasa medis bagi dokter tentunya akan sangat relatif, yang tergantung dari harapan, kebutuhan hidup, usia, dan jenis kelamin. Kebutuhan hidup dan keinginan seorang dokter akan berbeda satu dengan yang lainnya dengan melihat pola hidup, jumlah anak, dan banyak faktor lain yang menentukan. Dokter yang muda bisa saja mempunyai kebutuhan hidup yang lebih sedikit daripada dokter yang senior. Seorang dokter wanita pun juga akan mempunyai tuntuan kebutuhan hidup yang lebih sedikit jika dibandingkan dokter pria karena dokter wanita biasanya bukan merupakan pencari nafkah utama daam keluarganya. Permasalahan yang berkaitan dengan dokter umum adalah belum adanya tenaga dokter umum yang berstatus sebagai pegawai tetap di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Dengan belum tersedianya dokter umum tetap di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan akan menghambat pengembangan

7 pelayanan seperti tidak dapat bekerjasama dengan pemerintah dalam pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Rumah sakit atau klinik milik amal usaha kesehatan Muhammadiyah yang belum melakukan kerjasama dan menginginkan kerjasama dengan BPJS, maka harus memenuhi beberapa hal. Berdasarkan Permenkes No. 71 tahun 2014, fasilitas kesehatan dapat mengadakan kerjasama dengan BPJS kesehatan melalui kerjasama perjanjian yang dilakukan antara pemimpin/ pemilik fasilitas kesehatan dengan BPJS kesehatan. Untuk dapat melakukan kerjasama maka dengan BPJS kesehatan, fasilitas kesehatan harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam Permenkes no 71 tahun 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi dan harapan dokter umum/spesialis terhadap jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Dengan mengetahui persepsi, kebutuhan dan keinginan hidup seorang dokter umum/spesialis tersebut, diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penetapan besarnya jasa medis yang sesuai dengan harapan dokter umum/spesialis. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi dan harapan dokter umum terhadap jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan?

8 2. Bagaimana persepsi dan harapan dokter spesialis terhadap jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan persepsi dan harapan dokter umum terhadap jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. 2. Mendeskripsikan persepsi dan harapan dokter spesialis terhadap jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengangkat dokter umum menjadi pegawai tetap di mana salah satu syarat agar bisa bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah adanya dokter umum/spesialis yang bersedia menjadi dokter tetap RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. 2. Bagi pembuat kebijakan dalam menentukan jasa medis harus didasarkan pada kebutuhan dan harapan dokter umum/spesialis.

9 E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang jasa medis bagi dokter spesialis, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Andarwati (2006) yang meneliti tentang pendekatan emic dalam menentukan standar jasa medis berdasarkan persepsi dan harapan dokter spesialis di RSUPA Boyolali. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi dokter spesialis empat pelayanan dasar positif terhadap jasa medis di RSUPA, meskipun kenyataannya besar insentif yang diterima belum bisa memenuhi kebutuhan dan harapan. Penelitian selanjutnya tentang jasa medis, dilakukan oleh Herawati (2006) yang mengkaji tentang faktor-faktor berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter pada RSUD Kota Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kejelasan jasa medis, kenyamanan tempat kerja, dan kebersihan tempat kerja merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasam kerja dokter. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui persepsi dan harapan dokter umum/spesialis terhadap standar jasa medis di RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Penelitian ini lebih menekankan jasa medis dari sudut pandang dokter umum/spesialis sehingga diharapkan penelitian ini akan lebih mendapatkan hasil sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh dokter umum/spesialis.