BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C

dokumen-dokumen yang mirip
Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI

V E R S I P U B L I K

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

Targetkan Investasi 12,5 Triliun, Kemenperin Gencar Jaring Investor di KEK Palu

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

50001, BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, dimana kebutuhan manusia akan tenaga listrik menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat,

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Ketersediaan Pasokan Listrik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Minggu, 19 Maret 2017

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Assalamu alaikum Wr.Wb., Salam sejahtera bagi kita semua,

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor unggulan yang telah berkembang baik selama lebih dari 30 tahun (Kemenperin RI, 2016). Nilai penjualan keramik Indonesia tahun 2014 mampu mencapai Rp 34 triliun (ASAKI, 2015). Penjualan ini merupakan hasil kontribusi dari berbagai jenis industri keramik, seperti industri keramik tile (ubin), tableware (perangkat rumah tangga), earthenware, dan lain sebagainya. Nilai penjualan ini belum termasuk industri advanced ceramic. Hal ini disebabkan oleh beberapa jenis sumber daya alam yang dipergunakan sebagai bahan baku utama advanced ceramic, seperti alumina (yang berasal dari bauksit) belum dikembangkan. Keberadaan industri advanced ceramic di Indonesia hingga saat ini masih dalam tahap Penelitian dan Pengembangan (Balai Besar Keramik, 2015). Advanced ceramic merupakan keramik yang secara teknis diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti komponen listrik, komponen mesin, konstruksi dan lain sebagainya. Salah satu contoh produk advanced ceramic yang telah diproduksi dan dipergunakan di Indonesia adalah isolator atau insulator. Produk ini dipergunakan dalam bidang ketenagalistrikan. Perbedaan antara keramik konvensional dengan advanced ceramic ditunjukan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C 1000 C - 1500 C 1200 C - 2500 C Koefisien muai panas Tinggi Rendah Sifat kelistrikan Konduktif Isolatif hingga konduktif Ketahanan korosi Rendah hingga sedang Sumber : Classic and Advanced Ceramics, 2010 Tinggi I-1

I-2 Indonesia memiliki potensi besar sumber daya alam untuk bahan baku keramik yang telah dieksplorasi tetapi belum diolah (Dirjen Industri Agro dan Kimia, 2009). Di kepulauan Riau, Bangka dan Belitung, serta Provinsi Kalimantan Barat dan Tengah terdapat lebih dari 250 juta ton cadangan bijih bauksit (Kementrian ESDM, 2012). Bauksit merupakan bijih mineral sumber dari alumina. Bauksit ini dapat diperoleh dengan cara surface mining dikarenakan letaknya yang dekat dengan permukaan tanah. Untuk memperoleh alumina, bauksit yang telah digali dimurnikan dan kemudian diolah dengan proses Bayer. Cadangan sumber daya alam bijih bauksit ditunjukan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Sumber Deposit Bauksit Jenis Bahan Lokasi Cadangan Kepulauan Riau Bauksit Bangka & Belitung Provinsi Kalbar, Kalteng 253 juta ton Sumber : Dirjen Industri Agro dan Kimia, 2009 Banyaknya sumber deposit bijih bauksit di Indonesia bukan berarti telah dimaksimalkan potensinya, tercatat hingga tahun 2012 Indonesia hanya mengekspor bahan mentah bauksit sebanyak 1,5 juta ton dengan harga $35/ton (Arsam Sunaryanto, Kompasiana, 2015). Pemerintah Indonesia kemudian memberlakukan Undang-undang Minerba nomor 4 tahun 2009 tentang Pengolahan Mineral dan Batu Bara, dimana 65 jenis mineral dilarang untuk diekspor dalam bentuk mentah. Jika bauksit ini dimurnikan dan diproses menjadi alumina, harganya dapat melambung tinggi menjadi $350/ton. PT. PLN, perusahaan BUMN yang bergerak di bidang ketenagalistrikan di Indonesia, berencana untuk membangun dan mengembangkan sistem ketenagalistrikan di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dituangkan dalam sebuah Rencana Usaha Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL). RUPTL yang telah disetujui dan sedang dalam proses pengerjaan adalah RUPTL tahun 2015 2024. Dalam pembangunan dan pengembangan sistem ketenagalistrikan tersebut,

I-3 dibutuhkan beberapa komponen, seperti menara listrik, isolator, kabel, dan komponen lainnya. Bentuk dan penggunaan isolator pada menara listrik ditampilkan pada Gambar 1.1. Sumber : www.huaciinsulator.com, www.pln.co.id Gambar 1.1 Ceramic (Porcelain)Insulator dan Penggunaan Pada Menara Listrik Isolator keramik yang dipergunakan saat ini pada instalasi listrik adalah isolator porselin. Selain isolator porselin terdapat jenis isolator keramik lainnya, seperti isolator alumina (alumina insulator). Berdasarkan tabel yang akan ditampilkan di bawah, dapat dilihat bahwa isolator alumina memiliki kelebihan dibandingkan dengan isolator porselin. Perbandingan sifat kedua jenis isolator ditunjukan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Perbandingan Sifat Isolator Porselin dengan Isolator Alumina Material Isolator Porselin Isolator Alumina Sifat insulasi (pada temperatur Rendah (Buruk) Tinggi (Bagus) 200 C - 500 C) Sifat Anti-Heat Shock Rendah (Buruk) Tinggi (Bagus) Harga Rendah (Murah) Tinggi (Mahal) Biaya operasi & pemeliharaan Tinggi (Mahal) Rendah (Murah) Sumber : Long Tao, 2006. Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa di Indonesia terdapat peluang pasar dan potensi yang tinggi untuk memanfaatkan sumber daya alam bahan baku keramik dengan membangun industri advanced ceramic. Untuk itu perlu dilakukan sebuah pra-studi kelayakan mengenai pembangunan dan pengembangan

I-4 industri advanced ceramic di Indonesia. Hasil dari studi tersebut dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan pembangunan industri advanced ceramic di Indonesia, yang diharapkan mampu mengembangkan ekonomi lokal dan mensejahterakan masyarakat, meningkatkan pemasukan negara dari produk keramik juga meningkatkan daya saing keramik Indonesia di pasar internasional. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamanakah pra-studi kelayakan pembangunan dan pengembangan industri advanced ceramic (Alumina Insulator) di Indonesia. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dirancang untuk memenuhi beberapa tujuan, yaitu: 1. Melakukan pra-studi kelayakan industri dibidang advanced ceramic di Indonesia. 2. Merumuskan strategi dan rencana pembangunan industri advanced ceramic. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Instansi yang berwenang, seperti Kementerian Perindustrian adalah : - Membantu dalam memberikan gambaran kelayakan finansial dari rencana proyek investasi pembangunan dan pengembangan industri advanced ceramic. - Membantu dalam menyiapkan bahan dasar untuk kepemilikan hak patent industri advanced ceramic. - Membantu dalam menyiapkan bahan promosi untuk mencari investor industri advanced ceramic.

I-5 2. Untuk penulis, adalah : - Mengaplikasikan bidang keilmuan Teknik Industri dalam menyelesaikan salah satu permasalahan inovasi di bidang industri, khususnya pengembangan industri keramik - Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam melakukan pra-studi kelayakan investasi di bidang pembangunan industri advanced ceramic. 1.4. Pembatasan dan Asumsi Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan dan asumsi yang digunakan untuk mencegah menyimpangnya pembahasan masalah dan memudahkan analisis. Batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Produk yang dijadikan objek analisis adalah alumina insulator disc-type (isolator alumina tipe piringan). 2. Fokus pembahasan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan, yang umumnya dipergunakan sebagai dasar dalam mengundang ketertarikan investor. 3. Perencanaan strategi yang dilakukan hanya sampai penentuan program langkah-langkah pengembangan selanjutnya. Asumsi dalam penelitian ini adalah : 1. Harga lahan untuk kepentingan pembangunan Industri advance ceramic disesuaikan dengan harga yang ditetapkan pada suatu kawasan industri (kawasan industri yang dijadikan model adalah kawasan industri Kujang). 2. Fasilitas pendukung pada kawasan industri telah siap, seperti Jaringan infrastruktur jalan, Jaringan infrastruktur utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi, Unit Industri Pengolahan Air Limbah), Pusat Logistik (Jaringan Distribusi, Jaringan Aliran Informasi Rantai Pasok Bahan Baku dan Produk Jadi, Bea & Cukai).

I-6 3. Aspek legal mengenai pembangunan industri dan pengolahan limbah serta aspek sosial dan ekonomi tidak dibahas dalam penelitian ini. 4. Industri smelter (pengolahan bauksit mentah menjadi alumina) sebagai industri hulu (penyedia bahan baku) telah berfungsi sepenuhnya di Indonesia. 5. Data pasar yang dipergunakan untuk melihat potensi pasar dan mewakili kebutuhan produk di pasar adalah kebutuhan pembangunan transmisi listrik 150 kv berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015 2024 oleh PT. PLN, sehingga diasumsikan tidak ada kenaikan akan kebutuhan produk. 6. Waktu proses produksi ditentukan berdasarkan kapasitas produksi dari spesifikasi masing-masing mesin, sehingga tidak dilakukan perhitungan waktu baku. 7. Presentase komposisi produk alumina insulator diperoleh melalui pendekatan yang mengacu pada berbagai jurnal penelitian. 1.5. Sistematika Penulisan Laporan Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini maka hasil penelitian akan disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat pemecahan masalah, pembatasan dan asumsi, dan sistematika Penulisan laporan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi penjelasan mengenai teori-teori yang relevan dengan model pemecahan masalah yang digunakan dalam langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang menjadi objek penelitian.

I-7 BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH Berisi penjelasan tentang model pemecahan masalah dan langkah-langkah yang digunakan Penulis untuk menganalisis dan memecahkan masalah penjadwalan produksi. Langkah-langkah pemecahan masalah berisikan langkah-langkah yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan diagram alur (flow chart) pemecahan masalah. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi tentang pengumpulan dan pengelolaan data yang ditujukan untuk memecahkan masalah. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisikan analisis dan pembahasan dari hasil pengolahan data, pada bagian ini akan dibahas analisis dari hasil pengolahan data dan dilakukan pembahasan dari metoda pengolahan yang terbaik. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan atas dasar pembahasan dari bab-bab sebelumnya yang mencerminkan jawaban-jawaban atas permasalahan yang dirumuskan, dan juga memberikan saran-saran yang berisikan saran yang merupakan tindak lanjut dari kesimpulan, berupa anjuran atau rekomendasi atas kesimpulan yang diambil. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN