BAB I PENDAHULUAN. dan diwujudkan dalam berbagai karya relief. Karya relief merupakan bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semuanya memberikan nuansa tersendiri dan mampu memunculkan nilai estetis

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Patung adalah karya seni rupa 3 Dimensi, bisa dilihat dari sudut mana saja

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk kebutuhan,

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU. Oleh: Elvin Winardy

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. kelautan Gorontalo. Akan tetapi selain dari tujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam karya seni rupa mempunyai struktur yang terdiri dari elemen visual

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Gbr I.1.Peta Kab. Tapanuli Utara sumber : I.1. LATAR BELAKANG. Universitas Sumatera Utara

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Format Proposal Pengadaan Pameran Seni Rupa PAMERAN SENI RUPA. Disusun oleh Nama :. NIS :. Kelas:. Kompetensi Keahlian :.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

TAWARKAN 100 DESTINASI DIGITAL DAN NOMADIC TOURISM, STRATEGI BARU MENPAR DATANGKAN 17 JUTA WISMAN DAN 275 JUTA WISNUS DI TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari hasil pengukuran Custumer Satisfaction Index (CSI) Wisata Rohani

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB III TINJAUAN KHUSUS

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan salah satu bentuk kebutuhan dari sekian banyak kebutuhan kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian selalu tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan yang ada pada peradaban kehidupan sosial manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam berbagai karya relief. Karya relief merupakan bentuk kreatifitas yang tumbuh sebagai manifestasi dari budaya kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam berbagai media sehingga menjadi karya relief yang dapat dipahami oleh masyarakatnya. Dengan kreatifitasnya manusia selalu berusaha mengembangkan relief, baik yang berwujud sebagai karya relief tinggi, relief rendah, relief cekung, dan relief tembus. Seni juga dikembangkan sebagai ekspresi diri dari senimannya. Dalam seni rupa wujud dari ekspresi senimannya dapat dituangkan pada karya - karya seni dua dimensi dan seni tiga dimensi. Karya seni dua dimensi adalah bentuk kreatifitas seni yang diwujudkan pada bidang (panjang dan lebar) misalnya lukis, serigrafi, relief, wood cut, desain grafis dan lain sebagainya. Sedangkan karya seni tiga dimensi adalah bentuk kreatifitas seni yang diwujudkan pada media ruang dan memiliki volume (panjang, lebar dan tinggi atau kedalaman) misalnya patung, keramik, arsitektur dan lain sebagainya.

2 Dalam kehidupanya manusia selalu mengembangkan seni rupa secara umum, dan pada seni dua dimensi secara khusus memiliki maksud dan tujuan, maksud dan tujuan itu dapat kita pahami berdasarkan fungsi dan nilai nilai yang terdapat dalam karya tersebut. Sejak zaman dahulu seni dua dimensi banyak di kembangkan untuk keperluan religi ( keagamaan ), ini jelas terlihat banyaknya peninggalan peninggalan Hindu dan Buddha di Pulau Jawa. Hal serupa di seluruh wilayah Nusantara khususnya di pulau Sumatera juga mengalami hal yang sama karena perkembangan kebudayaan tidak terlepas juga dialami oleh masyarakat di pulau Sumatera. Kabupaten Dairi merupakan daerah yang berada di wilayah Indonesia yang tepatnya di Sumatera yang berpusat di kota Sidikalang yang resmi menjadi Kabupaten pada tahun 964 dengan jumlah penduduk sekitar 270.000 jiwa, hidup secara berdampingan dalam kerukunan antar agama. Potensi ini, oleh Pemerintah daerah Kabupaten Dairi dilihat sebagai salah satu asset daerah untuk pengembangan kabupaten ini ke depan, terutama pengembangan dalam wisata religious. Oleh sebab itu, pada awal tahun 200, Bupati Dairi yang kala itu dijabat oleh Dr. Master P Tumanggor merancang sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat beberapa fasilitas beribadah yang mampu mengakomodir semua pemeluk agama di kabupaten tersebut. Untuk mewujudkan gagasan itu, maka bupati mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat dan pemuka agama yang ada di sekitar Kabupaten Dairi untuk berdialog

3 guna merealisasikan rancana ini. Dari pertemuan tersebut didapat kesepakatan mengenai lokasi pembangunan Taman Wisata Iman Dairi yaitu di Perbukitan Sitinjo, Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi. Lokasi yang ditutupi oleh hutan dan pepohonan pinus,sangat bagus untuk dijadikan sebagai kawasan religious (iman) sekaligus tempat berwisata. Dengan memanfaatkan lahan seluas 3 hektar, Pemda setempat membangun beberapa tempat ibadah, seperti Gereja, Mesjid, Vihara kuil, serta arena bermain dan fasilitas pendukung untuk berwisata. Pembangunan proyek dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun mulai dari tahun 200 hingga tahun 2003 sebagai tahap awal dari pembangunan. Untuk selanjutnya, guna melengkapi beberapa fasilitas pendukung, Pemda setempat melakukannya secara bertahap agar Taman Wisata Iman Dairi betulbetul menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah dan berwisata. Selain untuk mendatangkan wisatawan dari daerah di Sumatera utara dan derah di luar provinsi untuk beribadah, ke depannya Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi menargetkan kawasan ini nantinya menjadi kawasan wisata iman bagi wisatawan mancanegara. Nuansa religious itulah kata yang pantas untuk mengungkapkan panorama yang terdapat di Taman Wisata Iman Dairi. Rancangan tata ruang dalam pembangunan Taman Wisata Iman Dairi, diatur secara sempurna. Bukit yang semula tertutup hutan, diimbangi dengan bangunan-bangunan ibadah dan beberapa miniature

4 sebagai daya tarik lebih. Masing-masing miniature tersebut menggambarkan beberapa kejadian dan tempat yang dianggap suci oleh beberapa agama. Pada pintu masuk,para wisatawan disambut oleh patung Sang Buddha dan sebuah candi yang dipegunakan untuk beribadah umat Buddha. Vihara saddhavana (tempat dimana awal ajaran Buddha sebelum menyadari kebenaran untuk diri sendiri) menjadi nama candi yang dirancang mengikuti desain seperti bangunan candi Borobudur yang terdapat di Jawa Tengah. Pada bangunan viahara saddhavana terdapat 8 bentuk relief masing-masing mempunyai khas mudra, lambang, dan ciri-ciri lain yang membedakan mereka tersendiri. Adapun disebutkan ke 8 bentuk relief yang mempunyai khas mudra itu yakni, lokavivarana mudra, maradisana mudra, nalagiri damana mudra, angulimala kkhama mudra, samuddhassa nivaranam mudra, byadhissa nivaranam mudra, gandhararata mudra, dana pada patitthanam mudra. Relief rendah yang ada pada viahara saddhavana dibuat dengan pola gerakan yang berbeda-beda. Relief Rendah Pada Vihara Saddhavana merupakan salah satu karya seni yang dapat kita lihat di Taman Wisata Iman Kec. Sitinjo Kab. Dairi. Relief yang dibuat pada Vihara ini dapat menjadi pendukung objek wisata Dairi agar lebih diminati para wisatawan bahkan lebih dari itu, relief ini bisa menjadi simbol agama Buddha di Dairi. Relief Rendah Pada Vihara Saddhavana merupakan salah satu lambang atau simbol yang memiliki nilai-nilai dan makna tertentu. Sebagai suatu lambang berupa

5 simbol, Relief Rendah Pada Vihara Saddhavana ini mengandung makna yang berupa mental, konsep atau pikiran yang merupakan gambaran kehidupan dan kebudayaan masyarakat Dairi. Oleh karena itu, relief ini menarik untuk diteliti. Di dalam Relief Rendah Pada VIhara Saddhavana, terdapat berbagai macam pola, mudra dan bentuk yang maknanya merupakan gambaran kebudayaan. Relief adalah pahatan yang menampilkan bentuk dan gambar dari permukaan rata disekitarnya, gambar timbul, dan perbedaan ketinggian pada bagian permukaan bumi (Alwi, dkk 2003: 943). Relief sebagai candi, kuil, pilar atau monument. Relief sebagai bagian gambar merupakan salah satu bentuk dari tanda. Relief rendah pada vihara saddhavana dalam penyajiannya dapat menghadirkan media relief sebagai sarana penyampaian ungkapan yang memiliki karakteristik dalam segi filosofis dengan demikian elemen relief dalam vihara saddhavana mempunyai arti dalam penekanan daya pesona serta nilai estetis dalam ungkapan yang menggambarkan pengenangan atau peristiwa dari suatu meditasi dengan posisi gerakan yang berbeda-beda. Pemahaman nilai estetis dari masingmasing relief, dikalangan masyarakat selama ini sering disalah artikan. Banyak masyarakat menganggap relief tersebut hanya sebagai penghias bangunan vihara saddhavana sehingga masyarakat kurang memahami nilai estetis seperti apa yang terkandung dalam relief tersebut.

6 Berdasarkan data-data dilapangan timbullah keinginan penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang Relief rendah pada vihara saddhavana, sebab itu penulis akan mencoba mengamati relief tersebut secara langsung untuk mendapatkan suatu fakta yang benar sebagai jawaban dari permasalahan. Selanjutnya penulis akan menerapkan hal ini merupakan latar belakang masalah dalam penelitian ini, Karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui nilai estetis yang terkandung dalam relief. Untuk itu penulis ingin membuat penelitian dengan tujuan agar masyarakat termasuk penulis dapat mengetahui nilai estetis yang terkandung dalam relief vihara saddhavan. Maka penelitian ini berjudul analisis Relief rendah Pada Vihara Saddhavana di Tama Wisata Iman Kec.Sitinjo Kab.Dairi Ditinjau dari Nilai Estetis. B. Identifikasi masalah Tujuan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Muhammad (984;49) yang menyatakan bahwa untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan sebaliknya bila ruang lingkup dipersempit maka dapat diharapkan analisis secara luas dan mendalam. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi beberapa masalah :

7. Asal usul terbentuknya relief rendah pada vihara saddhavana di taman wisata iman. 2. Tidak adanya Nilai estetis yang terkandung dalam relief vihara saddhavana di taman wisata iman. 3. Tidak adanya Peranan tentang kompetensi relief rendah yang ada di Vihara Saddhavana pada masyarakat. 4. Tidak adanya brosur-brosur tentang relief rendah yang ada pada Vihara Saddhavana. 5. Tidak adanya pengurus vihara yang bisa memberikan informasi tentang relief rendah pada vihara saddhavana. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan salah satu bagian vital dalam suatu penelitian karena befungsi member balasan terhadap penelitian agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas. Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan kemampuan teoritis, maka penulis perlu mengadakan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi focus penelitian adalah : Nilai estetis yang terkandung dalam relief viahara saddhavana di taman wisata iman. D. Rumusan Masalah Setelah ruang lingkup dan pembatasan masalah ada, tentu kita sudah jelas mengetahui apa yang menjadi maslah dan apa yang harus dipecahkan dari

8 permasalahan tersebut. Maka itu perlu adanya dibuat rumusan masalah sehingga dapat diselesaikan dengan tuntas. Moh. Ali (982 : 38) menyatakan: Perumusan masalah pada hakekatnya adalah generalisasi ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan analisa variable yang tercakup didalamnya, dalam hal ini perumusan masalah dapat dibuat dalam bentuk pernyataan diskripsi maupun dalam bentuk pertanyaan sekitar masalah yang diteliti. Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, dan pada kutipan tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana pemahaman nilai estetis relief rendah pada vihara saddhavana di Taman Wisata Iman Kec.Sitinjo Kab.Dairi. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian haruslah jelas dan terarah, ini dilakukan dengan maksud supaya penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari hasil yang di inginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Ali (987;9) yang menyatakan bahwa kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan peneitian dan pada dasarnya ini merupakan titik anjak dari titik yang dilakukan, itu sebabnya penelitian harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas dan operasional. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

9. mendeskripsikan asal usul relief rendah pada viahara saddhavana 2. mendeskripsikan nilai estetis yang terkandung dalam relief viahara saddhavana. 3. mendeskripsikan peranan relief pada masyarakat umum. F. Manfaat Penelitian Manfaat sebuah penelitian haruslah dapat di manfaatkan atau dipergunakan, baik oleh peneliti itu sendiri, masyarakat, lembaga atau orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :. Bagi masyarakat diharapkan dengan tulisan ini masyarakat sekarang dan generasi mendatang mengetahui tentang nilai estetis relief rendah pada vihara saddhavana. 2. Bagi penulis sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan relief. 3. Bagi mahasiswa sebagai literature tambahan dan referensi bagi mahasiswa. 4. Sebagai ilmu pengetahuan, khusus bagi pendidikan seni rupa dan lembaga-lembaga lainnya.