RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
[1] [2]

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Nur Azizah (NIM )

Merumuskan Hipotesis Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

A. Pengertian Hipotesis Penelitian

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PENGANTAR STATISTIK JR113. Drs. Setiawan, M.Pd. Pepen Permana, S.Pd. Deutschabteilung UPI Pertemuan 7

HIPOTESIS PENELITIAN

HANDI EKO PRASETYO.SKOM,MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

1. Variabel Penelitian 2. Landasan Teori 3. Kerangka Pikir 4. Kajian Penelitian yang Relevan 5. Hipotesis

Penentuan hipotesis adalah menjadi bagian yang penting dalam melakukan dan merancang sebuah penelitian. Hipotesis merupakan bagian dari tujuan

A. Pengertian Hipotesis Setelah menemukan fenomena penelitian kemudian menyusun desain penelitian dan rerangka konseptual penelitian, langkah

PENGERTIAN Pertama Kedua Ketiga MACAM MACAM TEORI

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

Dinotasikan dengan Ho Penulisan, Ho : µ = suatu angka numerik Ditulis dengan tanda =, walaupun maksudnya adalah, ataupun

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL CS DAN MM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2014

PENGUJIAN HIPOTESIS. Wahyu Hidayat, S.Pd., M.Pd

MODUL DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS

JURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

RESUME KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

RAGAM / JENIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

PENGUJIAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. Siaran Mutiara Fajar Di Radio Suara Giri FM Gresik terhadap perilaku

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH

PENGUJIAN HIPOTESIS. Langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut :

PENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH. (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi) Oleh : TINI HENDRAYATI

Ida Yustina, Prof. Dr.

DISTRIBUSI SAMPLING besar

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

BAB III METODE PENELITIAN

DATA DAN VARIABEL PENELITIAN

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa kelas XII Jurusan Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab dan

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam suatu penelitian merupakan faktor yang sangat penting dan

BAB III METODE PENELITIAN

Prosedur Penelitian (1)

KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STHL BERBASIS PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 5 KEPIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menguji suatu data yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE DENGAN PENGGUNAAN KEPALA BERNOMOR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI APK 1 SMK PEMUDA PAPAR TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti di dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

1 KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HlPOTESlS DALAM PENELlTl AN MAKALAH

BAB III METODE PENELITIAN

LANDASAN TEORI. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART II)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan keguanaan. 1

BAB III METODE PENELITIAN

Hipotesis Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan metode dalam sebuah penelitian ilmiah merupakan langkah yang

BAB III METODA PENELITIAN. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian diperlukan

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL CONTECSTUAL TEACHING LEARNING DALAM PENINGKATAN LIFE SKILL PELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI I DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan proses yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Transkripsi:

RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd. Oleh : Aprisal (16709251019) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diuraikan dalam hipotesis. Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertanyaan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). Adapun proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan Variabel yang Diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. 3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teoriteori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masingmasing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teoriteori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.

5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka Berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir, yaitu dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. 8. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja. B. Pengertian Hipotesis Penelitian Setelah mengemukakan permasalahan serta memeriksa bahan pustaka yang berkaitan, peneliti siap untuk menyusun suatu hipotesis. Dikutip pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (dalam Arikunto, 2010), tentang pemecahan masalah, seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya, yaitu: 1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca. 2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap sumber data. Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data;

hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti. prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. C. Fungsi dan Kegunaan Hipotesis 1. Fungsi Hipotesis a) Untuk menguji teori b) Untuk mendorong teori c) Untuk menerangkan fenomena sosial 2. Kegunaan Hipotesis a) Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. b) Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. c) Memberikan arah kepada penelitian. d) Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. D. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik Ary, D, dkk (1982) (dalam Wagiran) mengemukakan ciri hipotesis yang baik 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabelvariabel. 3. Hipotesis harus dapat diuji. 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. 5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Tuckman, B (1982) (dalam Wagiran) menyebutkan ciri hipotesis yang baik, terutama dalam bidang pendidikan adalah: 1. A hypothesis should be based on a sound rationale. 2. Hypothesis provides a reasonable explanation. 3. States as clearly and concisely as possible the expected relationship between two variables and defines those variables in operational, measurable term. 4. Defined hypothesis must be (and will be if well formulated and stated) testable. E. Macam-Macam Hipotesis Peneltian 1. Hipotesis Penelitian a) Hipotesis Induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan.

b) Hipotesis Deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. 2. Hipoetsis Statistik a) Hipotesis nihil atau biasa juga disebut hipotesis, karenanya biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik. Diberi notasi atau simbol dengan (H0). b) Hipotesis Alternatif adalah lawannya hipotesisi nol, yang menyatakan adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau simbol dengan (HI). F. Bentuk-Bentuk Perumusan Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah 1. Hipotesis Deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh: rumusan masalah: a) Bagaimana gambaran latar belakang profesional guru di SMP N 1 Yogyakarta? b) Seberapa baik gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika? Hipotesis: a) Guru SMP N 1 Yogyakarta pada umumnya berlatar belakang sarjana yang sudah memiliki kompetensi yang sesuai dengan profesionalisasinya. b) Gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika telah mencapai 70 % dari yang diharapkan. 2. Hipotesis Komparatif (Perbedaan). Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh : rumusan masalah: a) Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian di dikelas? b) Adakah perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen? Hipotesis: a) Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian dikelas.

b) Tidak terdapat perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen. 3. Hipotesis Asosiatif (Hubungan). Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh : rumusan masalah: a) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru? b) Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar? Hipotesis: a) Latar belakang kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. b) Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar. G. Kekeliruan Yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis. Sugiyono, 2001 menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan a (baca alpha). 2. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan b (baca beta). Kekeliruan yang Terjadi Dalam Pengujian Hipotesis Kesimpulan dan Keadaan sebenarnya Keputusan Hipotesis Benar Hipotesis salah Terima Hipotesis Tidak Membuat Kesalahan tipe I Kesalahan Tolak Hipotesis Kesalahan tipe II Tidak membuat kesalahan Misalnya: peneliti menetapkan kesalahan α=1% berarti bahwa jika kita menerapkan kesimpulan penelitian kita, akan ada penyimpangan sebanyak 1%. Besar kecilnya resiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I. Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umunya sudah diterapkan terlebih dahulu misalnya 0,15; 0,5; 0,01, dan sebagainya. Pada umunya untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang risikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001. Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi 5% berarti sama dengan menolak hipotesis atas dasar taraf kepercayaan 95%,

artinya apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, akan cocok untuk 95 orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi penyimpangan. H. Cara menguji Hipotesis Secara umum hipotesis dapat diuji denga dua cara, yaitu mencocokkan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dikerjakan dengan menggunakan disain percobaan. Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka si peneliti memilih suatu desain di mana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan dalam menguji hipotesis pada penelitian yang menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode, sejarah, dan sebagainya. I. Penelitian Tanpa Hipotesis Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada penelitian berkaitan dengan hipotesis adalah, apakah semua penelitian harus berhipotesis? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang benar dan tidak benar secara mutlak. Ada dua alternatif jawaban dan masing-masing mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat. Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Wagiran. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi). Yogyakarta: Deepublish Publisher.