PENGARUH VARIASI JARAK PENEMBAKAN SHOT PEENING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a) b) c) d)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI SUDUT PENEMBAKAN SHOT PEENING TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKASARAN PERMUKAAN, DAN WETTABILITY PADA STAINLESS STEEL AISI-304

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat Kekasaran Permukaan Stainless Steel 316L Akibat Tekanan Steelballpeening

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Stara -1. Pada Progran Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MEKANIK STATIS BAJA UNS G10450 YANG MENGALAMI PROSES SHOT PEENING. Dini Cahyandari * ) Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA DAN ANALISA

HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Sarjana Stara -1. Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin

Peningkatan Ketahanan Korosi Pada Material Biomedik Plat Penyambung Tulang SS 304 Dengan Gabungan Metode Shot peening dan Electroplating Ni-Cr

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

BAB III METODE PENELITIAN

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

ANALISIS PENGARUH MEDIA PACK CARBURIZING TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN SPROKET SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1 dan Sigit Budi Harton 2

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

PENGARUH IMPLANTASI ION NITROGEN TERHADAP KEKERASAN BAJA TAHAN KARAT TIPE SS 316L YANG DIDEFORMASI DINGIN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH TEKANAN UDARA DAN JENIS BLASTING NOZZLE TERHADAP LAJU PENGIKISAN PLAT BAJA SAAT PROSES SANDBLASTING

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI JARAK PENEMBAKAN SHOT PEENING TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEKERASAN MATERIAL BIOMEDIK PLAT PENYAMBUNG TULANG STAINLESS STEEL AISI-304 Syahrudiyannto 1,a, Aris Widyo Nugroho 1,b, Sunardi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Teknik Mesin, Yogyakarta 55183, Indonesia syahrudiyanto25@gmail.com Intisari Implantasi adalah upaya untuk memperbaiki atau mengganti bagian tubuh yang kurang berfungsi dengan biomaterial. SS-304 merupakan salah satu material yang telah digunakan untuk bahan implan. Kelebihan dari SS-304 antara lain tahan korosi, mudah dibentuk, ringan, murah, banyak dan mudah diperoleh dipasaran. Tetapi, sebelum digunakan sebagai bahan implant perlu dilakukan perbaikan sifat materialnya. Shot peening adalah salah satu metode perlakuan untuk memperbaiki karakteristik material. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi jarak penembakan shot peening struktur mikro, kekasaran permukaan, kekerasan dan ketebalan material biomedik plat penyambung tulang SS-304. Perlakuan Shot peening dilakukan dengan menggunakan tekanan penyemprotan 6 bar, durasi penyemprotan 10 menit, sudut penembakan 90 0 dengan material tembak bola-bola baja diameter 0,4 mm. Variasi jarak penembakan dipilih 80 mm, 90 mm, 100 mm, 110 mm, dan 120 mm. Spesimen stainless steel AISI-304 dibuat dengan dimensi 20x15 mm dengan tebal 4 mm. Hasil shot peening dikarakterisasi meliputi struktur mikro, kekasaran permukaan dan kekerasan. Hasil penelitian penunjukkan bahwa perlakuan shot peening dapat merubah butiran struktur mikro menjadi lebih halus. Kekasaran permukaan meningkat yaitu pada jarak penembakan 80 mm mencapai 2,16 μm, jarak 90 mm mencapai 2,00 μm, jarak 100 mm mencapai 1,95 μm, jarak 110 mm mencapai 2,08 μm, dan jarak 120 mm mencapai 2,11 μm dari material dasarnya 0,5 μm. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan perubahan kekerasan tertinggi pada jarak penembakan 120 mm dengan nilai kekerasan mencapai 588,2 HVN dari material dasarnya sekitar 200 HVN. Hasil pengujian ketebalan menunjukkan pengurangan nilai ketebalan, pengurangan ketebalan tertinggi terjadi pada jarak penembakan 120 mm yaitu menjadi 3,823 mm dari material dasarnya sekitar 3,960 mm. Kata Kunci : Shot peening, Stainless Steel 304, Struktur Mikro, Kekasaran Permukaan, Kekerasan, ketebalan 1. PENDAHULUAN Implantasi dalam bedah tulang merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki atau mengganti bagian tulang yang rusak atau cacat dengan biomaterial (Ruliyanto, 2005). Salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan implant adalah stainless steel AISI-304. Kelebihan dari bahan stainless steel AISI-304 antara lain murah, mudah dibentuk dan mudah diperoleh di pasaran. Tetapi, sebelum digunakan sebagai bahan implan diperlukan perlakuan untuk memperbaiki karakteristik materialnya, seperti kekerasan dan kekasaran permukaan. Karena dengan kekerasan yang baik dapat meningkatkan ketahanan terhadap deformasi plastis. Sedangkan Permukaan yang kasar dan hydrophilic menguntungkan pada penyerapan protein dalam membentuk rangkaian sel-sel tulang yang menempel pada implan (Wilson dkk, 2005). Perlakuan shot peening merupakan metode perlakuan permukaan yang efektif untuk meningkatkan kualitas dan sifat mekanik material. Prinsip dari shot peening adalah proses penyemburan menggunakan bahan shot ball bertekanan dengan bantuan kompresor secara merata pada permukaan sampel. Hasil penelitian dari Liu dkk (2000) menunjukkan bahwa ada peningkatan kekerasan permukaan pada material uji karena deformasi plastis dan terbentuknya struktur nanocrystalline. Peningkatan kekerasan mikro paling tinggi terjadi pada permukaan kemudian semakin dalam semakin menurun. Sedangkan pada penelitian Sunardi dkk (2013) perlakuan ini berhasil meningkatkan kekasaran permukaan, kekerasan mikro pada material berbentuk plat. Pada penelitian-penelitian sebelumnya perlakuan shot peening dilakukan pada jarak penembakan yang konstan. Masih jarang peneliti yang melakukan penelitian yang berfokus pada variasi jarak penembakan. [1]

Pada penelitian ini akan berfokus pada pengaruh parameter jarak penembakan terhadap struktur mikro, kekasaran permukaan dan kekerasan mikro material biomedik plat penyambung tulang Stainlees Steel AISI-304. 2. METODE PENELITIAN Pembuatan sampel uji SS-304 dari plat SS-304 dengan dimensi 2440 mm x 1440 mm dan tebal 4 mm, kemudian dipotong dan dibentuk dengan dimensi panjang 20 mm, lebar 15 mm dan tebal 4 mm. Selanjutnya salah satu permukaan sampel tersebut dihaluskan dengan amplas dengan nomor mesh 600, 1000, 1500, 2000 dan dipoles dengan autosol agar setiap spesimen memiliki kondisi awal yang sama. Tabel 1. Spesifikasi Stainless Steel AISI 304 % C Si Mn P S Cr Ni N 0,0 0,5 1,0 0,0 0,0 18, 8,0 0,0 Min 22 30 3 43 03 34 1 54 0,0 0,7 2,0 0,0 0,0 19, 10, 0,1 Max 70 50 0 45 30 50 50 00 Proses shot peening dilakukan dengan posisi sampel diletakan tegak lurus dengan spray gun. Besar tekanan kerja pada kompresor dipertahankan sebesar 6 bar dengan waktu 10 menit. Material tembak menggunakan bola-bola baja dengan diameter 0,4 mm. Variasi yang digunakan adalah jarak penembakan yaitu sejauh 80 mm, 90 mm, 100 mm, 110 mm, dan 120 mm. Pengujian struktur mikro menggunakan alat optical microscopic dengan pembesaran 200 kali. Bagian yang diuji adalah penampang melintang dari sampel. Kemudian hasilnya dianalisa secara kualitatif dan agar mendapatkan kesimpulan yang akurat. Pengujian kekasaran permukaan menggunakan alat Surfcorder SE 1700 standart ANSI. Bagian yang diuji adalah penampang permukaan dari sampel sebanyak dua kali pada arah diagonal pada setiap sampel. Nilai kekasaran permukaan yang diambil adalah parameter nilai Ra dalam satuan µm. Pengujian kekerasan menggunakan metode Vickers merk Shimadzu HMF-M3 dengan beban 200 gf dan load time 5 detik. Pengujian kekerasan dilakukan sebanyak 3 titik pada permukaan sampel dan sebanyak 10 titik pada daerah melintang sampel dengan jarak 0,05 mm sampai dengan 2 mm pada setiap sampelnya. Pengujian ketebalan menggunakan micrometer sekrup dengan ketelitian 0,01 mm. pengujian ketebalan dilakukan sebanyak 3 kali. Pengujian struktur mikro menggunakan alat optical macroscopic dengan pembesaran 30 kali. Bagian yang diuji adalah penampang permukaan dari sampel. Kemudian hasilnya dianalisa secara kualitatif dan agar mendapatkan kesimpulan yang akurat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Proses Shot Peening Hasil dari perlakuan shot peening secara fisual terlihat pada gambar 1. pada gambar tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan yang mulanya permukaan spesimen terlihat halus dan rata kemudian setelah diberikan perlakuan shot peening permukaan material menjadi lebih kasar dan pada setiap sisinya mengalami deformasi. Gambar 1. Foto spesimen (a) Raw Material, (b) Shot peening jarak 80 mm, (c) shot peening jarak 90 mm, (d) shot peening jarak 100 mm, (e) shot peening jarak 110 mm, (f) shot peening jarak 120 mm Hasil Uji Struktur Mikro Berdasarkan gambar yang diperoleh dari pengamatan dengan mikroskop diperoleh gambar struktur mikro dari spesimen yang telah diberi perlakuan shot peening. Pada gambar 2., struktur mikro pada spesimen kontrol (raw material) memiliki alur butiran yang merata dan setelah dikenakan perlakuan shot peening butiran-butiran tersebut mengecil dan menjadi pipih pada permukaan spesimen kemudian butiran tersebut kembali membesar pada bagian yang semakin menjauhi permukaan (bagian tengah). Hal ini terjadi akibat adanya tumbukan dari material abrasif shot peening. Perubahan butiran tersebut adalah karena adanya several plastic deformation yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada butiran yang mengecil itulah yang menyebabkan kekerasannya meningkat. [2]

Kekasaran Ra (μm) tumpukan material tersebut meningkatkan ketinggian puncak sehingga menyebabkan ketidak teraturan permukaan dan kekasaran permukaan meningkat. 2.500 2.000 2.162 2.005 1.948 2.081 2.111 1.500 1.000 0.500 0.504 Gambar 2. Struktur mikro (a) raw material, (b) shot peening 80 mm, (c) shot peening 90 mm, (d) shot peening 100 mm, (e) shot peening 110 mm, (f) shot peening 120 mm Pengaruh jarak penembakan shot peening terhadap struktur mikro disini terlihat bahwa semakin jauh jarak penembakannya maka butiran-butiran struktur mikronya akan semakin kecil dan rata. Hal ini sesuai dengan hukum Hall-Petch yaitu, kekerasan mikro berbanding terbalik dengan ukuran butiran struktur mikro. Hasil Uji Kekasaran Permukaan Plat sampel Stainless steel 304 sebelum diberi perlakuan shot peening (raw material) memiliki kisaran nilai kekasaran 0,5 μm. Namun setelah diberikan perlakuan shot peening variasi jarak penembakan, maka didapatakan nilai kekasaran yang semakin meningkat. Nilai kekasaran permukaan mengalami peningkatan secara drastis pada perlakuan shot peening yaitu pada jarak penembakan 80 mm nilai kekasaran mengalami peningkatan tertinggi (peak point) yaitu menjadi 2,16 μm, pada jarak penembakan 90 mm kekasaran meningkat menjadi 2,00 μm, selanjutnya pada jarak penembakan 100 mm kekasaran rata-rata meningkat menjadi 1,95 μm, kemudian pada jarak penembakan 110 mm nilai kekarasan rata-rata meningkat menjadi 2,08 μm, dan pada jarak penembakan 120 mm nilai kekasaran rata-ratanya meningat menjadi 2.11 μm. Pada gambar 3. terlihat bahwa terjadi peningkatan kekasaran yang fluktuatif. Secara umum fenomena permukaan ini terjadi dalam 3 tahap. Tahap I ditandai dengan peningkatan nilai kekasaran yang sangat signifikan, yaitu pembentukan cekungan akibat tumbukan-tumbukan bola-bola baja. Dan tumpukan-tumpukan material pada bibir kawah. Fenomena ini terjadi pada jarak penembakan shot peening sejauh 80 mm. timbulnya kawah baru dan - 0 80 90 100 110 120 Jarak penembakan (mm) Gambar 3. Grafik hubungan nilai kekasaran permukaan rata-rata (Ra) dengan variasi jarak penembakan Tahap II terjadi ketika seluruh permukaan sudah tertutupi cekungan kawah dan permukaan puncak kawah tersebut tertumbuk kenbali oleh bola-bola baja. Fenomena ini terjadi pada jarak penembakan shot peening sejauh 90 mm dan 100 mm. dimana nilai kekasaran mengalami sedikit penutunan bila dibandingkan dengan nilai kekasaran yang ditimbulkan pada jarak penembakan shot peening sejauh 80 mm. penurunan besarnya nilai kekasaran Ra ini diakibatkan karena pada jarak penembakan yang lebih jauh maka gaya grafitasi yang ditimbulkan lebih besar sehingga kecepatan bola-bola baja akan semakin cepat dan kuat. Hal ini menyebabkan terjadinya penumbukan berulang dan pemadatan butiran pada permukaan. Selain itu kekuatan tumbukan pada jarak penembakan yang lebih jauh ini mampu meratakan kembali bukit-bukit permukaan spesimen yang terbentuk karena daya hancurnya yang lebih tinggi. Setelah daya tahan material tersebut mencapai titik fatiknya, maka struktur puncak dan lembah terus tertumbuk. Akibatnya, besarnya perbedaan lembah dan puncak akan semakin menipis dan ini yang menyebabkan terjadinya pengecilan dan penghalusan butiran disekitar permukaan akibat perlakuan shot peening. Penghancuran bukit-bukit dan pemadatan terlihat jelas pada data kekasaran permukaan yang mengalami penuturan. Titik jenuh (saturasi) kekasaran terjadi pada tahap III, di mana nilai kekasaran permukaan kembali meningkat seperti yang terjadi pada jarak penembakan shot peening sejauh 110 mm dan 120 mm. kekasaran kembali mengalami peningkatan karena kecepatan dan kekuatan bola-bola baja yang lebih tinggi mampu menghasilkan deformasi yang [3]

Nilai kekerasan (HVN) lebih dalam pada permukaan spesimen sehingga dapat menciptakan kembali bukit-bukit baru pada permukaan spesimen. Fenomena ini terlihat dari peningkatan nilai kekasaran. Hasil Uji Kekerasan Kekerasan spesimen secara umum meningkat setelah diberikan perlakuan shot peening. Kekerasan tertinggi terjadi pada daerah permukaan kemudian semakin menurun seiring dengan jarak kedalaman menjauhi permukaan. Pada spesimen sebelum diberikan perlakuan shot peening (raw material) memiliki nilai kekerasan (HV) yang merata pada setiap titik kedalaman yaitu kurang lebih 200 HVN. Ini menunjukkan bahwa spesimen kontrol memiliki nilai kekerasan yang relatif sama, hanya saja pada daerah permukaan nilai kekerasannya sedikit lebih tinggi sekitar 225,2 HVN, hal ini mungkin terjadi karena proses produksi dari materialnya. Tetapi setelah diberikan perlakuan shot peening dengan jarak penembakan 80 mm nilai kekerasan permukaan meningkat dengan drastis mencapai 461,8 HVN pada daerah permukaan dan kembali menurun pada titik selanjutnya yaitu pada kedalaman tertentu menjauhi permukaan. Hal ini juga terjadi pada perlakuan shot peening pada jarak penembakan 90 mm dengan nilai kekerasan permukaan 510,3 HVN, jarak penembakan 100 mm dengan nilai kekerasan permukaan 541,7 HVN, jarak penembakan 110 mm dengan nilai kekerasan permukaan 571,4 HVN, dan jarak penembakan 120 mm dengan nilai kekerasan permukaan mencapai 588,2 HVN. Pengaruh dari perlakuan shot peening terhadap kekerasan material rata-rata mencapai kedalaman 0,3-0,4 mm kemudian pada kedalaman selanjutnya nilai kekerasannya relatif sama dengan spesimen tanpa perlakuan (raw material). Pada gambar 4., terlihat bahwa nilai kekerasan permukaan tertinggi terjadi pada perlakuan shot peening dengan jarak penembakan paling jauh yaitu 120 mm dengan nilai kekerasan permukaan mencapai 588.2 HVN. Hal ini terjadi karena pada jarak penembakan yang lebih jauh pengaruh gaya gravitasi bumi akan semakin besar sehingga bola-bola baja yang ditembakkan akan mengalami peningkatan kecepatan, dan akibat dari peningkatan kecepatan bola-bola baja yang ditembakkan tersebut mengakibatkan kekuatan tumbuknya menjadi semakin tinggi pada permukaan spesimen. 700 Raw Material 600 Jarak 80 mm Jarak 90 mm 500 Jarak 100 mm Jarak 110 mm 400 Jarak 120 mm 300 200 100 0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Jarak dari permukaan (mm) Gambar 4. Perbandingan distribusi nilai kekerasan (HVN) terhadap variasi jarak penembakan shot peening Begitu juga pada titik kedalaman spesimen 0,05 mm dan seterusnya terlihat bahwa pada perlakuan shot peening dengan jarak yang lebih jauh nilai kekerasannya relatif lebih tinggi. Hal ini terjadi akibat dari kekuatan tumbukkan yang lebih tinggi maka pengaruhnya akan mencapai titik yang lebih dalam pada spesimen. Peningkatan kekerasan akibat shot peening adalah karena adanya plastic deformation akibat tumbukkan bola-bola baja terhadap spesimen. Tumbukkan inilah yang mendorong partikel permukaan ke bagian yang semakin dalam, sehingga menyebabkan bertambahnya nilai kekerasan karena partikel-partikelnya menjadi lebih rapat dan padat. Sedangkan pengaruh dari variasi jarak penembakan shot peening adalah semakin jauh jarak penembakannya akan mengakibatkan nilai kekerasan spesimen akan semakin tinggi pula, hal ini terjadi karena pada jarak penembakan yang lebih jauh maka kekuatan tumbukan dari bola-bola baja yang ditembakkan akan semakin besar. Pada penelitian ini menunjukkan hasil pengujian kekerasan yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2013), Hidayat (2013), dimana kekerasan permukaan suatu material meningkat setelah mengalami proses perlakuan shot peening kemudian nilai kekerasannya kembali menurun seiring dengan titik kedalaman menjauhi permukaan.. Akan tetapi, besarnya nilai peningkatan kekerasan yang didapat berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya penggunaan parameter yang berbeda-beda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2013) dan Hidayat (2013) menggunakan parameter yaitu Jarak penembakan sejauh [4]

Ketebalan (mm) 88 mm, tekanan 6-7 bar, variasi waktu 2, 6, 10 menit dan menggunakan benda kerja stainless steel AISI 316L dengan bentuk silindris. Material tembak yang digunakan juga berbeda-beda, pada penelitian yang dilakukan hidayat (2013) menggunakan material tembak berupa bola-bola baja dengan diameter 0,6 mm sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2013) material tembak yang digunakan adalah slag ball. Slag ball merupakan material hasil peleburan logam berbentuk tidak beraturan seperti bulat, oval dan lainnya. Hasi Uji Ketebalan Untuk menunjukkan deformasi yang dihasilkan dari perlakuan shot peening dilakukan pengujian ketebalan menggunakan mikrometer. Setelah diberikan shot peening selama 10 menit dengan variasi jarak penembakan, maka didapatkan nilai ketebalan spesimen yang semakin menurun yang ditunjukkan pada gambar 5. yang lebih jauh mengakibatkan pengurangan ketebalan spesimen yang lebih besar. Hal ini mungkin disebabkan Karena dengan jarak penembakan yang lebih jauh maka penumbukan bola-bola baja pada permukaan spesimen semakin besar sehingga deformasi yang disebabkan juga semakin besar. Hasil Uji Foto Makro Pada spesimen sebelum diberikan perlakuan shot peening (raw material) struktur makro spesimen terlihat halus dan rata hanya terdapat goresa-goresan halus akibat dari proses pengamplasan, kemudian setelah diberikan perlakuan shot peening struktur makro dari spesimen terlihat mengalami perubahan seperti terdapat kawah-kawah (cekungan) akibat dari tumbukkan bola-bola baja (steel ball) yang ditunjukkan pada gambar 6. 4.000 3.950 3.900 3.850 3.800 3.750 3.700 3.650 3.960 3.893 3.882 3.862 3.850 3.823 0 80 90 100 110 120 Jarak Penembakan (mm) Gambar 5. ketebalan spesimen sebelum dan setelah shot peening Ketebalan spesimen terlihat semakin menurun setelah mengalami perlakuan shot peening. Spesimen sebelum mengalami perlakuan shot peening (raw material) memiliki ketebalan sekitar 3,960 mm. terlihat bahwa perlakuan shot peening mengurangi ketebalan spesimen stainless steel 304. Semakin jauh jarak penembakan shot peening maka deformasi yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Perlakuan shot peening pada jarak 80 mm menurunkan ketebalan hingga 3,893 mm. Perlakuan shot peening pada jarak 90 mm menurunkan ketebalan mencapai 3,882 mm. Pada perlakuan shot peening dengan jarak 100 mm menurunkan ketebalan hingga 3,862 mm. Perlakuan shot peening dengan jarak 110 mm menurunkan ketebalan spesimen mencapai 3,850 mm. Pengurangan ketebalan terbesar terjadi pada perlakuan shot peening dengan jarak 120 mm yaitu dengan nilai ketebalan mencapai 3,823 mm. perlakuan shot peening dengan jarak Gambar 6. Foto makro spesimen perbesaran 30 kali (a) Raw Material, (b) Shot peening jarak penembakan 80 mm, (c) shot peening 90 mm, (d) shot peening 100 mm, (e) shot peening 110 mm, (f) shot peening 120 mm Pada spesimen yang telah diberikan perlakuan shot peening dengan variasi jarak penembakan juga terdapat perbedaan satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena besar kecepatan dan gaya tumbuk bola-bola baja yang mengenai spesimen memiliki nilai yang berbeda. Dimana dengan jarak penembakan yang lebih jauh akan menghasilkan gaya tumbuk dan kecepatan bola-bola baja akan semakin besar. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya. Perbedaan dari hasil foto makro tersebut terjadi akibat adanya fenomena tumbukan dari bola-bola baja yang dapat dibedakan menjadi tiga tahap. Tahap I yaitu terjadi pada perlakuan shot peening dengan jarak penembakan 80 mm dimana pada permukaan spesimen terdapat banyaknya kawah-kawah akibat dari tumbukan bola-bola baja. Tahap II terjadi pada perlakuan shot peening dengan jarak [5]

penembakan 90 mm dan 100 mm dimana kawah-kawah yang telah terbentuk tertumbuk kembali oleh bola-bola baja sehingga menyebabkan permukaan spesimen menjadi lebih rata. Tahap III terjadi pada perlakuan shot peening dengan jarak penembakan 110 mm dan 120 mm dimana spesimen telah mencapai titik saturasi karena permukaan spesimen terus tertumbuk dengan tumbukan yang lebih cepat dan kuat sehingga menyebabkan permukaan spesimen terbentuk kawah-kawah kembali. Fenomena seperti ini juga telah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan hasil pengujian kekasaran permukaan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Semakin jauh jarak penembakan shot peening mengakibatkan butiran-butiran struktur mikro yang mengalami pengecilan semakin banyak dan lebih dalam. Hal ini dibuktikan dengan ketebalan material yang semakin berkurang. Perlakuan shot peening dengan variasi jarak penembakan dapat meningkatkan nilai kekasaran material stainless steel 304, kekasaran pada jarak 80 mm mencapai 2,16 μm, jarak 90 mm mencapai 2,00 μm, jarak 100 mm mencapai 1,95 μm, jarak 110 mm mencapai 2,08 μm, dan jarak 120 mm mencapai 2,11 μm dari material dasarnya 0,5 μm. Semakin jauh jarak penembakan shot peening mengakibatkan nilai kekerasan stainless steel 304 juga semakin tingggi. Kekerasan permukaan tertinggi terjadi pada jarak penembakan 120 mm dengan nilai kekerasan mencapai 588,2 HVN. Perlakuan shot peening dengan variasi jarak penembakan dapat mengurangi ketebalan material stainless steel 304, dengan jarak yang lebih jauh nilai ketebalan semakin menurun yaitu pada jarak 120 mm ketebalan berkurang mencapai 3,823 mm dari material semula sekitar 3,960 mm. Hasil pengujian foto makro menunjukkan bahwa perlakuan shot peening dapat merubah struktur makro dari permukaan stainless steel 304. Pada jarak penembakan 80 mm terbentuk cekungan-cekungan kawah akibat tumbukan bola-bola baja, selanjutnya pada jarak penembakan 90 mm dan 100 mm kawah yang terbentuk mulai rata kembali kemudian pada jarak penembakan 110 mm dan 120 mm stainless steel 304 mencapai titik saturasi sehingga terbentuk kembali cekungan-cekungan akibat tumbukan bola-bola baja. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh variasi jarak penembakan shot peening yang lebih jauh dengan durasi dan tekanan yang lebih rendah karena efisiensi dalam dunia industri sangat diperlukan. Untuk mengetahui nilai distribusi kekerasan yang lebih valid sebaiknya jarak dari setiap titik pengujian diperkecil. Sebaiknya spesimen uji lebih banyak lagi agar data yang diambil lebih akurat. 5. DAFTAR PUSTAKA Arifvianto, A., Suyitno, dan Mahardika, M. 2011. Effect of Sandblasting and Surface Mechanical Attrition Treatment on Surface Roughness Wettability, and Microhardness Distribution AISI316L. Enginerring Material. Vol 462-463, pp 738-743. Hidayat, T. 2013. Pengaruh Perlakuan Shot Peening Pada Baja AISI 316L Berbentuk Silindris Terhadap Struktur Mikro, Kekerasan, dan Kekasaran Permukaan. Progran Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Liu, G., Lu, J., Lu, K. 2000. Surface Nanocrystallization of 316L Stainless Steel Induced by Ultrasonic Shot Peening. State Key Laboratory for RSA. Institute of Metal Research. Chinese Academy of Sciences. Shenyang. LAMSIS. University of Technologi of Troyes. Troyes. Ruliyanto, I., 2005. Saatnya Memakai Plate Produk Sendiri. Majalah Jasa Ilmiah Indonesia. No.1,3. Setiawan, T.A., 2013. Pengaruh Perlakuan Shot Peening Pada Baja AISI 316L Berbentuk Silindris Menggunakan Bahan Abrasive Slag Ball Terhadap Struktur Mikro, Kekerasan, dan Kekasaran Permukaan. Sripsi. Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sunardi., Iswanto, P.T., Mudjijana. 2013. Pengaruh Waktu Shot Peening Terhadap Kekerasan dan Kekasaran Permukaan Stainless Steel AISI 304. Seminar Nasional ke-8 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. Yogyakarta. [6]