SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

dokumen-dokumen yang mirip
IVANA KUSUMA PARAHITA J

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun oleh: ISNANI J

TITIN KUSRINI J

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN SIKAP PERAWAT KETIKA MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi dari perkembangan media informasi. Berkenaan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk miskin bertambah. Keadaan ini berpengaruh pada. kehidupan masyarakat antara lain penurunan daya beli masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. maka diharapkan dapat tercapai suatu derajat kehidupan yang optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SISKA HERTIANA J

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. profesi keperawatan. Profesi perawat dinilai sebagai profesi yang memiliki resiko

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:


HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan tidak efektif karena kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah. factor.adapun factor yang apling dominan adalah sumber daya

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini perkembangan sektor jasa semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PERAWAT DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA UMUR, PENDIDIKAN, MASA KERJA DENGAN PERILAKU PERAWAT KETIKA MEMBERIKAN OBAT ORAL KEPADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Disusun oleh: ENDANG PANISIH J 210 080 524 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berkembang merupakan peluang dibidang kesehatan untuk meningkatkan profesionalisme. Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan kompetisi di sektor kesehatan. Untuk mewujudkan maka perawat Indonesia mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada klien dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negara (Nursalam, 2001). Rumah sakit merupakan salah satu dari sektor kesehatan yang sangat terpengaruh dengan adanya persaingan bebas dalam menyongsong globalisasi, sehingga komponen di dalamnya masing-masing mencari ekstensi dengan meningkatnya kualitasnya (Pratiwi, 2008). Manajemen keperawatan di Indonesia pada masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan, hal ini ditekankan dalam Undang-undang republik Indonesia

no.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dilakukan dengan pengobatan atau perawatan (Kurniawati et, el, 2004). Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai semakin meningkat turut memberikan warna di era globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan jiwa merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi masalah gangguan jiwa yang ada di masyarakat. Proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar yakni 40% dibanding tenaga kesehatan lainnya. Tenaga tersebut 65% bekerja di rumah sakit, 28% di puskesmas dan selebihnya 7% di sarana kesehatan lainnya dari aspek kualifikasi tingkat pendidikan terdapat beberapa kategori tenaga perawat SPK 74%, D3 23%, S1 (Ners) 2,75%, S2 (Magister) / Spesialis dan S3 (Doktor) Keperawatan 0,25% (PPNI, 2005). Hubungan antara perawat dan klien yang teraupetik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang teraupetik antaranya keduanya. Interaksi tersebut harus dilakukan sesuai tahapan baku interaksi teraupetik perawat klien, karena setiap tahapan itu mempunyai tugas yang harus dilaksanakan oleh perawat agar hubungan yang dibangun bisa optimal. Keempat tahap itu adalah tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Asnindari, 2004). Komunikasi adalah sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat membangun suatu dengan klien sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, sedangkan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi secara efektif adalah pengenalan

kesadaran diri sendiri dan mengenal orang lain yang akan diajak untuk berhubungan, sehingga individu dapat menggunakan dirinya secara efektif dan tujuan komunikasi dapat dicapai. Kemampuan komunikasi teraupetik yang di miliki perawat dalam berinteraksi dengan klien merupakan sarana untuk menfasilitasi proses penyembuhan. Selain masalah komunikasi teraupetik pemberian obat oral merupakan tanggung jawab perawat juga. Perawat berharap ada pedoman pedoman tertentu yang bisa menghindarkan kita dari suatu resiko kesalahan dalam penyiapan dan pemberian obat. Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan enam hal yang benar : klien yang benar, obat benar, dosis yang benar, waktu yang benar, dan dokumentasi yang benar. Karena itu perawat tidak boleh menganggap pengamatan setelah pemberian obat sebagai kewajiban rutin dan sambil lalu. Hambatan perilaku/sikap perawat saat komunikasi dalam hal kemajuan hubungan perawat klien terdiri dari 3 jenis utama yaitu resistens, transferens dan kontertransfer. Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tapi semuanya menghambat komunikasi teraupetik. Perawat harus segera mengatasinya oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk mengatasi kebuntuan teraupetik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat klien. Perawat harus mempunyai pengetahuan tentang kebuntuan komunikasi teraupetik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Klasifikasi

dan refleksi perasaan dan isi dapat digunakan agar perawat dapat lebih memusatkan apa yang sedang terjadi. Selain itu sebagai seorang perawat sebaiknya sadar akan faktor faktor penyulit dalam pemberian obat di rumah sakit. Sedangkan kita dibebani banyak tanggung jawab dalam waktu yang singkat, perawat di rumah sakit mempunyai resiko tanggung jawab secara legal bila ada kesalahan dalam pemberian obat. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan Rumah Sakit dengan eselon 2 B berlokasi di tepian Bengawan Solo seluas 10 Ha lebih dengan luas bangunan 10.067 m 2 dan pada saat ini luas bangunan telah mencapai 21.995 m 2 dengan jumlah tenaga keperawatan SPK 13 orang (7,10%), D3 sebanyak 146 orang (79,70) dan S1 keperawatan sebanyak 24 orang (13,20%). Berdasarkan pengamatan di sebuah bangsal psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, beberapa perawat ketika memberikan obat kepada pasien tidak menggunakan komunikasi teraupetik dengan baik dan perilaku perawat menyimpang dari aturan yang seharusnya. Misalnya saat memberikan obat perawat memanggil nama pasien dengan berteriak dan membentak dengan nada tinggi dan kadang sambil mengancam dan menakut-nakuti pasien supaya pasien segera minum obat. Perilaku perawat seperti itulah yang perlu diubah dan dibenahi. Sikap perawat dalam berkomunikasi : Pertama Berhadapan, artinya dari posisi ini adalah saya siap untuk anda. Kedua Mempertahankan kontak mata. Ketiga membungkuk ke arah pasien, Keempat mempertahankan sikap terbuka atau tidak melipat kaki dan tangan, Kelima tetap rileks.

Akibat dari permasalahan diatas peneliti ingin mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana perilaku perawat ketika memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut. Adakah hubungan antara umur, pendidikan, masa kerja dengan perilaku perawat ketika memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, masa kerja dengan perilaku perawat ketika memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa daerah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, masa kerja, jenis kelamin. b. Mengetahui perilaku perawat memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

c. Menganalisa hubungan antara umur dengan perilaku perawat memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. d. Menganalisa hubungan antara pendidikan dengan perilaku perawat memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. e. Menganalisa hubungan antara masa kerja dengan perilaku perawat memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi rumah sakit Sebagai sumbang saran pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan motivasi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara prima. 2. Bagi profesi Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi organisasi (PPNI) dalam rangka pengembangan standart asuhan keperawatan. 3. Manfaat dalam pengembangan ilmu dan khasanah ilmu secara teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah kekayaan ilmu pengetahuan tentang perilaku perawat ketika memberikan obat oral kepada pasien gangguan jiwa dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lanjutan. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian tentang hubungan antara umur, pendidikan, masa kerja dengan perilaku perawat ketika memberikan obat oral di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, sepengetahuan penulis belum pernah dilaksanakan. Penelitian yang telah penulis ketahui yang memiliki hampir serupa adalah: Mulyono, (2006), tentang Hubungan antara Sikap dan Perilaku Perawat dalam Berkomunikasi terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Badan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku perawat dalam berkomunikasi berpengaruh besar terhadap kepuasan pasien, dengan desain cross sectional, menggunakan korelasi chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dan menggunakan koefisien korelasi bivariat.