Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI SAHIDUN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Edu Geography

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Edu Geography

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

EVALUASI SIKAP DAN PERILAKU SISWA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Economic Education Analysis Journal

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Economic Education Analysis Journal

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Economic Education Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

Edu Geography 5 (3) (2017) Edu Geography.

Journal of Mechanical Engineering Learning

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Tri Sunaryati Selly Rahmawati, M.Pd Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

Economic Education Analysis Journal

Unnes Physics Education Journal

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH

Edu Geography 5 (3) (2017) Edu Geography.

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

Transkripsi:

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PERAN SERTA MASYARAKAT KLIDANG LOR DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN OBJEK WISATA PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG (Tinjauan Tingkat Pendidikan) Sahidun Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima April 2015 Disetujui Juni 2015 Dipublikasikan Juli 2015 Keywords: Community Participation; Environment; Tourist Attraction of Sigandu Beach. Abstrak Lingkungan hidup merupakan segala daya dan benda yang ada di bumi yang harus dijaga. Apabila terjadi kerusakan lingkungan, maka itu akan mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, salah satu caranya adalah melalui pendidikan lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan yang ditinjau dari tingkat pendidikan. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, dan wawancara sebagai data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian Objek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang pada rata-rata 59,5%, dalam kriteria cukup. Selain itu, tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Abstract The environment is all power and objects on earth that must be maintained. If there is damage to the environment, then it will affect the lives of human beings and other creatures. Community participation in preserving the environment is indispensable to realize a healthy environment, one way is through environmental education. This study aims to find out the participation of Klidang Lor community in environmental conservation efforts which are reviewed by the level of education. The Method of data collection uses questionnaires, and interviews as supporting data. The study results shows that the participation of community Klidang Lor in environmental conservation efforts in tourist attraction of Sigandu Beach on average of 59,5%, in the medium category. In addition, there is not the effect of educational level on community participation in environmental conservation efforts. 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com ISSN 2252-6684 44

PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks dan penting pada akhir-akhir ini. Manusia akan sangat bergantung pada lingkungan hidup, manusia tidak dapat hidup bila lingkungan yang mereka tempati itu rusak. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan intensifnya interaksi antara manusia dengan lingkungan tanpa adanya kesadaran pentingnya menjaga lingkungan merupakan faktor penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan sangat dibutuhkan agar keseimbangan ekologi dapat terjaga. Pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan pengetahuan yang termasuk juga pendidikan lingkungan. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tumbuh anak. Sedangkan menurut GBHN tahun 1973 bahwa yang dinamakan pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Munib, 2011:32). Pendidikan dapat memberikan dorongan kepada manusia untuk berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan manusia, serta digunakan untuk mengeksploitasi segala potensi yang dimiliki manusia untuk dikembangkan. Tanpa adanya pendidikan maka manusia tidak mempunyai pandangan untuk hidup. Menurut Crow dan Crow pendidikan adalah proses yang berisi kegiatan-kegiatan sesuai bagi indvidu untuk bekal kehidupan sosialnya kelak dan membantu meneruskan adat, budaya serta kelembagaan dari generasi ke generasi berikutnya (Munib, 2011:32). Pendidikan di Indonesia mempunyai tiga jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17 sampai 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: 1) Pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan sejerajat (MI), atau Pendidikan Menegah Pertama (SMP) dan sederajat (MTs) yaitu tingkatan yang berada diatas pada jenjang sekolah dasar. 2) Jenjang pendidikan menengah dibagi menjadi dua yaitu Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Bentuk pendidikan menengah berupa SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk sederajat lainnya. 3) Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan yang setelah jenjang pendidikan menengah yaitu berupa program diploma, sarjana, magister, doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi Peran Serta Masyarakat Menurut Habitat (dalam Panudju, 2009:71) definisi tentang peran serta masyarakat sebagai berikut: Participation is a process of involving people; especially those directly effected, to define the problem and involve solutions with them. Kemudian Panudju (2009:71) mengartikan peran serta masyarakat sebagai sesuatu yang erat kaitannya dengan kekuatan atau hak masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam masyarakat tersebut. Terutama dalam tahap identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi. Panudju (2009:83) membagi peran serta masyrakat menjadi 5 tingkatan, antara lain sebagai berikut: a. Berperan serta pasif. Artinya, masyarakat telah mengetahui kerusakan yang ada di lingkungannya tetapi tidak melakukan kontribusi sama sekali dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Baik berupa tenaga, gagasan, uang atau material dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. b. Berperan serta aktif hanya dalam memberikan dan menerima informasi. Artinya masyarakat hanya memberikan atau menerima informasi arahan dari masyarakat lain, akan tetapi tidak melakukan upaya-upaya lebih lanjut selain 45

memberikan atau menerima informasi. Dalam tingkat ini masyarakat hanya berada pada tahap perencanaan saja yaitu pemberian atau menerima informasi, dan dapat dikategorikan dalam tingkatan ini peran sertanya kecil. c. Berperan serta aktif dalam pelaksanaan kegiatan atau memberikan bantuan dalam upaya pelestarian lingkungan. Artinya dalam tingkat ini masyarakat hanya melaksanakan apa yang diprogramkan saja, atau dengan istilah lain bahwa pada tingkat ini masyarakat lebih dominan pada kontribusi tenaga untuk memecahkan masalah. Pada tingkat ini peran serta dapat dikategorikan sedang. d. Berperan serta aktif dan memberikan masukan-masukan dalam pengambilan keputusan, atau memberikan arahan. Artinya pada tingkat ini masyarakat memberikan informasi atau masukan dan tenaga untuk memecahkan masalah. Pada tingkat ini masyarakat berperan aktif ikut berfikir merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Tingkatan ini dapat dikategorikan berperan serta tinggi. e. Berperan serta penuh. Artinya masyarakat dalam tingkat ini telah berkontribusi merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi dalam bentuk memberikan informasi, tenaga, uang ataupun material yang diperlukan guna memecahkan masalah. Pada tingkat ini peran serta dikategorikan sangat tinggi. Permasalahan Daerah Pantai Mengingat panjangnya garis pantai di Indonesia dan sangat intensif untuk kegiatan manusia atau aktivitas gelombang dan pasang surut air laut, menurut Triatmodjo (2012:15) dapat mengakibatkan permasalahan sebagai berikut: 1). Erosi Pantai/Abrasi, dapat merusak kawasan permukiman, obyek wisata bila ada dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai dapat terjadi secara alami oleh serangan gelombang atau oleh kegiatan manusia yang menebang hutan bakau, pengambilan karang, pembangunan lain di daerah pantai. 2). Pembelokan dan pendangkalan muara sungai, yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai yang dapat mengakibatkan banjir di daerah hulu. 3). Sedimentasi di daerah pantai menyebabkan majunya pantai sehingga dapat menyebabkan masalah pada drainase yang kemungkinan dapat menyebabkan di wilayah tersebut tergenang. 4). Pencemaran lingkungan oleh limbah dari kawasan industri ataupun permukiman yang dapat merusak ekologi pantai. 5). Penurunan tanah dan intrusi air asin diakibatkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menyebabkan air laut masuk ke rongga air tanah. Sehingga air di wilayah tersebut terasa asin atau payau. Selanjutnya Supardi (1994:109) juga menambahkan permasalahan pantai dalam pembangunan pariwisata. Menurutnya sektor pariwisata menjadi sektor yang strategis untuk menambah pendapatan daerah. Akan tetapi juga menimbulkan masalah ekologi pantai. Dengan adanya pariwisata maka banyaknya pengunjung yang datang tidak semuanya dapat terkendali untuk menjaga keindahan pantai, selain itu lingkungan sekitar yang dibangun tempat penginapan atau fasilitas lain juga dapat merusak dan mencemari wilayah pantai. Pencemaran air dan tanah pada umumnya terjadi oleh kegiatan manusia seperti zat-zat detergen, asam belerang, zat-zat kimia sebagai sisa buangan pabrik industri. Pencemaran air dan tanah disebabkan karena dalam pembuangan limbah-limbah tersebut tidak memperhatikan dampak yang dapat terjadi, yaitu membuang limbah tersebut di sungai atau di area tanah subur. Sampahsampah atau kotoran yang tidak berguna yang biasa dibuang di sungai atau sembarangan dapat menyumbang kerusakan lingkungan. Menurut Supardi (1994:55) dalam pembangunan hendaknya penggunaan zat-zat tersebut dapat dikendalikan, dengan cara meminimalisis penggunaan atau menyaring dan 46

mengolah limbah agar tingkat pencemaraanya dapat dikurangi. Selain itu kesadaran terhadap lingkungan hidup perlu ditingkatkan agar masyarakat mau menjaga kelestarian lingkungan. Yaitu melalui pendidikan lingkungan hidup baik secara formal maupun informal. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh langsung terhadap Sungai Sambong dan Pantai Sigandu. Populasi tersebut antara lain masyarakat Desa Klidang Lor yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan masyarakat bertempat tinggal di dekat Sungai Sambong sebanyak 1.113 orang, serta para pedagang di Objek Wisata Pantai Sigandu sebanyak 6 orang. Berdasarkan tinjauan tingkat pendidikan, populasi tersebut yang tamat SD berjumlah 709 orang, SMP 249 orang, SMA 133 orang dan Perguruan Tinggi Sebanyak 15 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Pada setiap kelas diambil sampel sebanyak 10% sehinga menghasilkan sampel masyarakat tamat SD sebanyak 71 orang, SMP 25 orang, SMA 13 orang dan Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang. Sehingga total sampel berjumlah 111 orang. : Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, wawancara kepada pihak terkait dan dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas (X) yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikat (Y) yaitu peran serta masyarakat yang meliputi keikutsertaan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah; keikutsertaan masyarakat dalam sosialisasi; keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pelestarian lingkungan dan evaluasi. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase dan regresi linear sederhana. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Klidang Lor merupakan desa yang terletak di Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Berdasarkan peta administrasi digital (BAPPEDA Kabupaten Batang) Desa Klidang Lor secara astronomis terletak pada 6⁰52 47,79 S - 6⁰53 57,71 S dan 109⁰53 43,29 E - 109⁰45 19,05 E. Sementara itu, batas administrasi Desa Klidang Lor sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, barat Desa Karang Asem Utara, timur Kecamatan Kandeman (Desa Depok), dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Klidang Wetan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut 47

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Klidang Lor, Kec.Batang Kabupaten Batang Kondisi tata guna lahan Desa Klidang Lor sebagian besar adalah lahan bertanian yaitu sekitar 52 Ha (45%) adalah lahan pertanian. Sementara itu, Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang Tahun 2014, bahwa jumlah penduduk Desa Klidang Lor adalah 3.411 orang dengan sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Hampir sebagian besar penduduknya 48

berpendidikan rendah yaitu 1.272 orang tidak tamat sekolah dasar dan 1.254 orang tamat sekolah dasar. Jumlah tersebut sudah lebih dari separuh jumlah keseluruhan penduduk. Sementara yang berpendidikan menengah sebanyak 843 orang sedangkan yang berpendidikan tinggi hanya 42 orang (BPS Kabupaten Batang, 2014). Peran Serta Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa peran serta masyarakat Klidang Lor berada pada kriteria cukup yaitu sebesar 59,5%. Secara lebih rinci peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan yang termasuk pada kriteria sangat rendah sebesar 8,1%, rendah 34,2%, cukup 33,4%, tinggi 18,9% dan sangat tinggi sebesar 5,4%. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan Objek Wisata Pantai Sigandu kabupaten Batang termasuk dalam kriteria cukup. Tabel.1. Peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan Kriteria Interval Skor Jumlah Sangat Rendah 43-50,2 9 8,1 Rendah 50,3-57,5 38 34,2 Cukup 57,6-64,8 37 33,4 Tinggi 64,9-72,1 21 18,9 Sangat Tinggi 72,2-79,4 6 5,4 Total 111 100 Sumber:Analisis data penelitian, 2015. Rata-rata Frekuensi % Skor Kriteria 59,5 Cukup Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata masyarakat yang yang tamat SD sebesar 60,2%, tamat SMP sebesar 58,2%, tamat SMA sebesar 56,2% dan yang tamat PT sebesar 72,1%. Berdasarkan hasil tersebut maka tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap peran serta masyarakat, karena tidak menunjukkan bukti bahwa semakin tinggi suatu jenjang pendidikan akan semakin tinggi pula peran sertanya dalam melestarikan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar (lihat halaman 10) berikut: 49

Peran Serta % Sahidun/ Edu Geography 3 (8) (2015) 80 72.1 70 60 50 40 60.2 58.2 56.2 30 Peran Serta 20 10 0 Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Tingkat Pendidikan Sumber: Analisis data penelitian, 2015. Gambar 2. Peran serta masyarakat ditinjau dari tingkat pendidikan. Pengujian hipotesis ada atau tidaknya pengaruh tingkat pendidikan terhadap peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan dapat dihitung menggunakan rumus regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis data, apabila dibadingkan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%, menunjukkan bahwa nilai F hitung = 0,567< F tabel = 3,93, yang artinya bahwa H a ditolak dan H 0 diterima. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan Objek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang. Pembahasan Peran serta dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu mengidentifikasi masalah, sosialisasi, pelaksanaan sampai evaluasi. Sementara peran serta itu sendiri pada pelaksanaanya dinyatakan dalam bentuk tenaga, pikiran, uang atau materi. Perbedaan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan yang telah ditempuh. Berdasarkan hasil penelitian data sekunder menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Klidang Lor menempuh jenjang pendidikan dasar, yaitu banyak yang tidak tamat SD, tamat SD, dan sebagian lulusan SMP. Sementara yang lulusan SMA dan Perguruan Tinggi cenderung sedikit. Menurut Bapak Taufik Nur Ilman selaku Kepala Desa Klidang Lor pada saat wawancara juga mengatakan bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat hanya menempuh pendidikan dasar menjadikan hambatan dalam upaya pelestarian lingkungan. Menurutnya masyarakat Klidang Lor adalah masyarakat pekerja, apabila disuruh kerja akan segera kerja. Akan tetapi, tingkat pengetahuan mereka belum cukup menerima penyuluhanpenyuluhan yang diadakan di Desa Klidang Lor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan pada kriteria sedang. Berdasarkan tingkatan peran serta yang diungkapkan oleh Panudju, maka kriteria sedang merupakan tingkatan bahwa masyarakat melakukan peran sertanya lebih banyak pada pelaksanaanya saja. Bentuk peran serta masyarakat Klidang Lor yang pernah dilakukan untuk melestarikan lingkungan adalah dengan menanam pohon mangrove atau api-api di sepanjang Sungai Sambong dan Pantai Sigandu. Selain itu, juga 50

pada saat hari raya idul fitri biasanya ada acara lomba balap perahu di Sungai Sambong. Sehingga, sebelum acara lomba tersebut berlangsung masyarakat Klidang Lor bergotongroyong membersihkan sungai tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah telah mempengaruhi peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan. Meskipun peran serta masyarakat Klidang Lor dalam kategori sedang, akan tetapi dalam perawatan atau kelanjutan dari kegiatan tersebut belum tercapai. Hal ini dibuktikan salah satunya banyaknya sampah yang ada di Sungai Sambong yang bermuara di Pantai Sigandu, sehingga menyebabkan Sungai dan Pantai di Klidang Lor tercemar oleh tumpukan-tumpukan sampah yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Kondisi Sungai Sambong itu sendiri sampai saat ini masih rusak dan tercemar. Hal itu disebabkan karena penanaman manggrove dan pohon-pohon di sekitar sungai tersebut tidak dirawat dengan baik oleh masyarakat. Banyak pohon-pohon yang pada masa pertumbuhan dimakan ternak dan disebabkan oleh kurangnya perawatan. Sehingga apa yang telah ditanam tidak membuahkan hasil apapun. Kondisi pohon manggrove yang ada di Desa Klidang Lor masih dapat ditemui, akan tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit. Sementara itu, untuk pelestarian Pantai Sigandu dari terjangan abrasi menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Taulani selaku pengelola Objek Wisata Pantai Sigandu sekaligus perwakilan dari Dinas Pariwisata mengungkapkan bahwa kerusakan pantai oleh abrasi telah menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat maupun jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Sigandu. Menurutnya, upaya pelestarian pantai dari abrasi menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata, bukan dilimpahkan ke masyarakat. Selama ini, upaya yang dilakukan yaitu dengan membuat gulungan berisi pasir sebagai pemecah gelombang. Hal tersebut diharapkan dapat memecah gelombang air laut sehingga tenaga dari gelombang tersebut dapat berkurang dalam menerjang pantai. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan Obyek Wisata Pantai Sigandu termasuk dalam kategori Sedang yaitu sebesar 59,5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap peran serta masyarakat Klidang Lor dalam upaya pelestarian lingkungan. Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan agar masyarakat Klidang Lor dalam pelestarian lingkungan perlu adanya keberlanjutan program yang terusmenerus. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Batang. 2014. Kecamatan Batang dalam Angka Tahun 2014.(batangkab.bps.go.id). Munib, Achmad dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. Panudju, Bambang. 2009. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: PT.ALUMNI. Supardi, Imam. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: ALUMNI. Triatmodjo, Bambang. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta Offset. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sukardi. 2009. Ekonomi 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Waluyo, Bagja. 2007. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: Setia Purna. 51