SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN SINDROM PRA MENSTRUASI PADA SISWI SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PREMENSTRUAL SYNDROME

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menstruasi atau disebut juga dengan PMS (premenstrual syndrome).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN SINDROM PRA MENSTRUASI PADA SISWI SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Maternitas MAYYANE BP. 05121005 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

ABSTRAK Aktivitas siswi dan tuntutan yang tinggi akan membuat siswi kelelahan fisik maupun mental, hal ini akan memicu terjadinya stres. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan terjadinya sindroma pra menstruasi adalah stres. Sindrom pra menstruasi yang dialami oleh siswi akan memberikan dampak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan aktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindom pra menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional dan responden sebanyak 144 orang dengan menggunakan purposive sampling dari 319 populasi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan menggunakan Student-Life Stress Inventory (SSI)dan gejala-gejala sindroma pra menstruasi. Data dianalisa univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan 75,7% responden mengalami stres sedang dan 63,2% responden mengalami sindrom pra menstruasi. Terdapat hubungan positif dengan korelasi yang sedang antara tingkat stres dengan kejadian sindrom pra menstruasi (r = 0.504, p = 0.000). Untuk itu, disarankan kepada siswi agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang sindroma pra menstruasi dan mengendalikan stres yang berlebih dengan mempelajari teknik-teknik relaksasi, dan kepada pihak sekolah diharapkan bekerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang manajemen stres dan kesehatan reproduksi. Kata kunci : sindroma pra menstruasi, tingkat stres, uji spearman vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan, pubertas merupakan suatu proses yang berjalan lambat. Pada masa ini terjadi perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Prawiroharjo, 2002). Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Sistem reproduksi perempuan menjalani serangkaian perubahan siklik yang teratur, yang disebut sebagai siklus menstruasi. Siklus ini ditandai dengan perubahan-perubahan, dimana yang paling nyata terlihat adalah perdarahan pervaginam secara berkala sebagai hasil dari pelepasan lapisan endometrium uterus. Terdapat beberapa gangguan menstruasi pada saat, sebelum dan sesudah menstruasi, diantaranya adalah sindroma pra menstruasi (SPM), dysmenorrhea, aminore, dan hipermenore (Prawihardjo, 2007). Sindroma pra menstruasi adalah adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi, serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi (Brunner & Suddarth, 2001). Tan (2006), menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang rumit antara ketidakseimbangan hormon, stres dan kekurangan gizi yang dapat 1

2 menyebabkan terjadinya sindroma ini. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindroma pra menstruasi, antara lain : stres, status gizi, kebiasaan makan makanan tertentu, aktivitas olahraga, merokok dan alkohol. Suheimi (2008), mengatakan bahwa penyebab terjadinya gejala sindroma pra menstruasi adalah interaksi yang kompleks antara hormon, nutrisi esensial dan neurotransmitter yang dikombinasikan dengan stres psikologis. Jadi sindroma pra menstruasi merupakan keadaan abnormalitas dari wanita untuk beradaptasi terhadap perubahan fluktuasi hormonal bulanannya. Kehidupan yang penuh stres akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologis dari sindroma pra menstruasi ini. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat sindroma pra menstruasi yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka. (Wales, 2006 dikutip dari Fatimah, 2007), sindroma pra menstruasi dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi dan sekitar 14 persen perempuan antara usia 15 hingga 35 tahun mengalami sindrom pramenstruasi yang sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya. Penelitian Fatimah (2007) yang dilakukan di Semarang, menunjukkan bahwa 71,9% dari 154 responden mengalami sindroma pra menstruasi. Sekitar 40% wanita berusia 14 50 tahun mengalami sindroma pra menstruasi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 68 wanita usia produktif di Aceh Besar tahun 2008, didapatkan bahwa sebanyak 28 orang (41,18%) mengalami gejala

3 sindroma pra menstruasi (Maulana, 2008). Sindroma pra menstruasi disebabkan oleh faktor psikologis yang ini ditimbulkan oleh stres (Winkjosastro, 2005). Stres merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karna adanya perubahan (Rahajeng,2006). Menurut Banjari (2009) kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi merupakan reaksi stres. Madhu dan Shridhar (2005) menyatakan ketegangan merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa ketakutan, kemarahan, kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom. Stres pada remaja sama halnya dengan yang terjadi pada orang dewasa, stress bisa berefek negatif pada tubuh remaja hanya saja perbedaannya ada pada sumbernya dan bagaimana mereka meresponnya. Reaksi mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah mereka alami. Stres pada remaja dapat diatasi dengan menghindarkan terjadinya krisis psikologis dan remaja perlu penyesuasian diri terhadap tuntutan dan perubahan-perubahan (Calhoun & Acocella, 1990). Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani transisi kehidupan, salah satunya adalah transisi sekolah asrama (Santrock, 2002 & Bandura, 1997). Transisi remaja ke sekolah menghadapkan remaja pada perubahan-perubahan dan tuntutantuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan sekolah dan asrama, pengajar dan teman baru, aturan dan irama kehidupan asrama, serta perubahan lain sebagai akibat jauh dari orang tua. Sementara tuntutan yang harus dihadapi siswi adalah tuntutan dalam bidang akademik, kemandirian dan

4 tanggung jawab. Kehidupan asrama yang penuh dengan tuntutan akademik dapat ditemui di salah satu SMA di Padang Panjang yaitu SMA Negeri 1 Padang Panjang. SMA Negeri 1 Padang Panjang ditetapkan sebagai sekolah Unggul Sumatera Barat oleh Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Barat terhitung tanggal 1 Agustus 1997. Terdapat Sembilan lokal yang siswanya di asrama, terdiri dari: 3 lokal kelas 1, 3 lokal kelas 2 dan 3 lokal kelas 3. Semua siswa yang diasrama diberikan program kegiatan iman dan taqwa (imtaq), dibawah bimbingan seorang Kiyai. Kegiatan ini dimulai pada pagi saat Shalat Subuh berjamaah, pagi sampai dengan siang belajar di kelas dan malam hari shalat Maghrib dilanjutkan kegiatan Kultum, shalat Isya dan jam 21 malam belajar sampai dengan jam 23, baru istirahat tidur, begitulah rutinitas sehari-hari. Rutinitas dan tuntutan akademik yang tinggi membuat siswi-siswi rentan mengalami stres. Berdasarkan hasil wawancara terpimpin dengan seorang guru SMA Negeri 1 Padang Panjang mengatakan bahwa siswi sering mengeluh stres. Dan dari 10 orang siswi yang diwawancarai, mengatakan bahwa mereka sering mengeluh akibat stress seperti: insomnia, lelah, cepat bosan, perubahan berat badan dan 7 orang siswa mengalami sindroma pra menstruasi dengan keluhan: mudah tersinggung, nyeri perut, mudah marah, dan sakit kepala. Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu adakah Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011 b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang c. Menganalisa hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahu 2011

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi bidang keperawatan maternitas, menambah pengetahuan mahasiswa tentang hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi (SPM) sehingga sindrom pra menstruasi teratasi dengan meminimalkan stres. 2. Bagi Remaja Remaja mampu mencegah stres dan mengetahi informasi tentang sindroma pra menstruasi melalui penyuluhan. 3. Bagi Penelitian a. Peneliti sekarang Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian tentang terjadinya sindroma pra menstruasi pada remaja putri, serta diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah dalam kehidupan bermasyarakat. b. Peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data dilakukan di SMA Negeri 1 Padang Panjang dari tanggal 8-11 Januari 2011. Sesuai dengan teknik sampel yang digunakan peneliti, jumlah responden sebanyak 144 siswi yang tinggal diasrama dengan purposive sampling. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner secara langsung pada responden. Sebelumnya responden diberikan penjelasan tentang petunjuk dan cara pengisian kuesioner, setelah responden mengisi kuesioner, kuesioner dikumpulkan langsung kepada peneliti pada hari yang sama. B. Analisa Univariat Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Pada Siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang Tahun 2011 No Tingkat Stres Jumlah % 1. 2. 3. Ringan Sedang Berat 35 109 0 24,3 75,7 0 Jumlah 144 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (75,7%) responden mengalami stres tingkat sedang. 50

51 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Sindroma Pra Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang Tahun 2011 No Sindroma Pra Menstruasi Jumlah % 1. 2. SPM 91 63,2 Tidak SPM 53 36,8 Jumlah 144 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (63,2%) responden mengalami sindroma pra menstruasi (SPM). C. Analisa Bivariat Table 9. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Sindroma Pra Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang Tahun 2011 Sindroma Pra Menstruasi Total Tingkat Stres SPM Tidak SPM n % n % n % Ringan 9 25,7 26 74,3 35 100 Sedang 82 75,2 27 24,8 109 100 Jumlah 91 63,2 53 36,8 144 100 P = 0,000 r = 0,504 Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 109 responden yang mengalami stres tingkat sedang, sebagian besar (75,2%) mengalami sindroma pra menstruasi dan sisanya (24,8%) tidak mengalami sindroma pra menstruasi. Selanjutnya, dari 35 responden yang mengalami stres tingkat ringan, sebagian besar (74,3%) tidak mengalami sindroma pra menstruasi, sisanya (25,7%) mengalami sindroma pra menstruasi.

BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Tingkat Stres Pada Siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang Tahun 2011 Dari hasil penelitian pada tabel. 7 mengenai distribusi frekuensi tingkat stress pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011 memperlihatkan bahwa sebagian besar (75,7%) responden mengalami tingkat stres sedang, sebagian kecil (24,3%) responden mengalami tingkat stres ringan, dan tidak ada responden yang mengalami tingkat stres berat. Siswi yang diasrama berjumlah 144 orang, terdiri dari 58 siswi kelas X, 47 sisiw kelas XI dan 39 siswi kelas XII. Siswi kelas XI dan XII merupakan kelas IPA. Sebagian besar siswi mengalami stres tingkat sedang, dimana kelas X 40 responden (69%), XI 41 responden (87%), dan XII 28 responden (72%). Banyaknya siswi yang mengalami stres tingkat sedang menurut peneliti disebabkan oleh aktivitas siswi yang diasrama sangat padat, ini dapat dilihat dari kegiatan siswi sehari-hari yang diawali dengan shalat Subuh sampai Isya berjama ah. Diluar dari kehidupan asrama, siswi juga mempunyai tuntutan-tuntutan diantaranya: tuntutan akademik seperti persaingan antar teman untuk mendapatkan nilai yang terbaik dan penggunaan bahasa bilingual (dua bahasa) saat proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi tidak mampu mengatasi keadaan yang dianggap mengancam bagi siswi, yang 53

54 disebabkan oleh aktivitas yang banyak dan tuntutan yang tinggi. Aktivitas yang banyak dan tuntutan yang tinggi ini menyebabkan siswi mengalami stres, ditambah dengan ketidaktahuan siswi dalam meminimalkan dan menanggulangi stres. Stres yang dialami oleh siswi ini diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang banyak membuat siswi lelah dan letih. Hal ini sesuai dengan pendapat Chox (1978) dalam Niven (2002) yang mengatakan bahwa kelelahan merupakan stimulus dari stres. Selain padatnya aktivitas siswi, persaingan antar teman untuk mendapatkan nilai yang terbaik merupakan tuntutan akademik yang membuat responden merasa terancam jika nilai yang mereka inginkan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga memicu terjadinya stres. Stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam (Lazarus & Folkman, 1984 dikutip dari Wangsadjaja, 2008). Peristiwa yang dianggap sebagai pemicu stres terjadi jika sudah berada diluar kendali, tidak dapat diprediksi, dan menantang batas-batas kemampuan manusia sehingga menimbulkan konflik dalam diri sesorang. Menurut teori psikoanalisa setiap manusia memilki konflik bawah sadar, dan beberapa orang menganggap konflik tersebut lebih berat dan banyak jumlahnya sehingga menganggap konflik tersebut sebagai stres. Apabila konflik tersebut tidak dapat ditangani maka akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam diri individu dan memicu timbulnya stres.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang tahun 2011, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar (75,7%) responden mengalami stres tingkat sedang. 2. Sebagian besar (63,2%) responden mengalami sindroma pra menstruasi. 3. Terdapat hubungan positif dan korelasi yang sedang antara tingkat stres dengan kejadian sindroma pra menstruasi di SMA Negeri 1 Padang Panjang. B. Saran 1. Bagi remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang sindroma pra menstruasi dan mengendalikan stres yang berlebih dengan mempelajari teknik-teknik relaksasi untuk meminimalkan stres. 2. Bagi pihak sekolah diupayakan bekerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan informasi-informasi yang lengkap dan bermanfaat tentang manajemen stres dan kesehatan reproduksi. 3. Bagi institusi pendidikan agar terus mengembangkan ilmu keperawatan khususnya dalam pemberian penyuluhan bagi mahasiswa profesi pada siklus 61

62 maternitas dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi dan manajemen stres. 4. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini bisa melakukan metode yang berbeda seperti pengembangan instrumen yang lebih baik lagi dan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres siswi, seperti penyesuaian diri.

DAFTAR PUSTAKA Anne, C. (1999). Effects of an educational programme on adolescents with premenstrual syndrome. Health Education Research. 14, 817-830. Anonymous. (2007). Risk factor of PMS. Diakses pada tanggal 1 Juli 2010 dari http://www.healthscout.com. Azwar, Syaifuddin. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Astuti, T.Y. (2009). Pengaruh premenstrual syndrom terhadap prestasi belajar. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http://pasca.uns.ac.id/?p=963 Awie, A. H. Ns. (2008). Stres dan adaptasi. Diakses pada tanggal 2 Februari 2011 dari : http://lensaprofesi.blogspot.com/2008/11/stres-dan-adaptasi.html Banjari, A.R.A. (2009). Pengaruh latihan pasrah diri (LPD) terhadap kadar CRP pada pasien DM dengan hipertensi, dislipidemia dan gejala depresi. Diakses pada tanggal 24 Desember 2010 dari : http://www.aburaihan74.wordpress.com/2009/02/20/laporan-penelitian-dzikir/ Bardosono, S. 2006. Gizi sehat untuk perempuan. Jakarta : FKUI Baziad, A. (2005). Sindroma prahaid. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2010 dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/ 63