Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

RPJMN dan RENSTRA BPOM

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan


ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

Karena Ikan tidak punya Passport

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

REVITALISASI KEHUTANAN

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

BAB. I. PENDAHULUAN A.

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

Burung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk terendah 80% dari wilayahnya berupa kawasan hutan (39,4 juta ha) Papua memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya dan bahan tambang, seperti minyak dan gas bumi serta hutan dan laut yang sangat berlimpah Walaupun kegiatan ekstraktif di Papua sudah berlangsung lama namun 80% penduduknya masih hidup pada tingkat subsisten

Otsus (UU No. 21 Tahun 2001) memberikan peluang khusus bagi Papua menyusun rencana strategi pembangunannya sendiri, dengan memperhatikan kondisi dan aspirasi setempat Otsus juga mewajibkan Pemerintah Papua mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan sehingga secara normatif UU Otsus bagi Papua menunjukkan komitmen menggabungkan konservasi dan pembangunan di Papua.

Masih tingginya ketergantungan perekonomian masyarakat pada alam. Masalah adat dalam pengelolaan hutan masih dominan. Masih terjadinya deforestasi dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati serta habitatnya. Adanya pertambangan di areal sekitar 6 juta Ha termasuk konsesi tambang yang berada di kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi.

KSDAE Melakukan revolusi karakter bangsa Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN YANG BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

Asas: Serasi dan Seimbang

SASARAN PROGRAM Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk pemanfaatan yang berkelanjutan bagi kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi

Indikator keberhasilan (1) Terbentuk dan beroperasinya sanctuary bagi spesies terancam punah Bertambahnya populasi spesies terancam punah Tersedia Data dan informasi kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Hutan Konservasi dan Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Tersedia dokumen perencanaan penataan dan pengelolaan kawasan konservasi Terbentuk dan beroperasinya KPHK Dilaksanakan Pemulihan Ekosistem

Indikator keberhasilan (2) Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara Meningkatnya devisa dan PNBP pemanfaatan TSL Meningkatnya unit usaha pemanfaatan energi air dan panas bumi Peningkatan Penerimaan Devisa dan PNBP Meningkatnya unit usaha pemanfaatan jasa lingkungan air Meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara Meningkatnya unit usaha pariwisata alam

Cagar Alam Suaka Margasatwa Taman Nasional Taman Wisata Alam Taman Hutan Raya Taman Buru UPT DITJEN KSDAE di Eko-Region Papua

BALAI BESAR KSDA PAPUA Luas total kawasan yang dikelola 4.346.151,71 Ha Terdapat 9 Cagar Alam yang dikelola oleh Balai Besar KSDA Papua dengan luasan mencapai 765.801,74 ha. Suaka Margasatwa yang dikelola Balai Besar KSDA Papua mencapai 3.578.627,97 ha. Terdapat 2 Taman Wisata Alam di Papua yang luasnya mencapai 1.722 ha. Mengawasi peredaran tumbuhan dan satwa liar di wilayah Provinsi Papua.

BALAI BESAR KSDA PAPUA BARAT Luas total kawasan yang dikelola 1.903.161,84 Ha Terdapat 16 Cagar Alam yang dikelola oleh Balai Besar KSDA Papua Barat dengan luasan mencapai 1.681.315,57 ha. Terdapat 6 Suaka Margasatwa yang dikelola Balai Besar KSDA Papua Barat mencapai 199.412,25 ha. Terdapat 5 Taman Wisata Alam di Papua yang luasnya mencapai 22.430,02 ha. Mengawasi peredaran tumbuhan dan satwa liar di wilayah Provinsi Papua Barat.

TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH Luas 1.453.500 Ha Bertujuan melindungi ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua. Terdapat 209 Jenis Ikan, 4 Jenis Penyu (Penyu Hijau, Sisik, Belimbing dan Lekang).

TAMAN NASIONAL LORENTZ Luas 2.450.000 Ha Bertujuan melindungi ekosistem terlengkap yang merupakan perwakilan keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini juga memiliki keunikan sebagai salah satu diantara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO (1999) dan

TAMAN NASIONAL WASUR Luas 413.810 Ha Bertujuan melindungi perwakilan lahan basah yang terluas di Papua. 70 persen luas TN berupa vegetasi savana, sedang lainnya berupa hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang luas.

Kawasan Konservasi di Eko-Region Papua perlu dikelola dengan melibatkan Pemerintah Daerah dan masyarakat serta mengakomodir kearifan lokal. Diperlukan dorongan dari tingkat masyarakat berupa hak adat untuk menyisihkan kawasan hutan sebagai tempat bergantung hidup meliputi kawasan perlindungan air dan tempat berburu yang dikelola berdasar kearifan lokal. Tidak hanya di kawasan konservasi dan kawasan lindung namun dapat juga di hutan produksi dalam bentuk pengelolaan kawasan ekosistem esensial (KEE) Eko-region Papua merupakan wilayah yang mempunyai biodiversitas yang tinggi dan unik, dimana beberapa satwa dan tumbuhan liar adalah bagian dari kehidupan sehari-hari (livelihood) yang memanfaatkan buaya, ikan arwana dan gaharu sebagai mata pencaharian.

Meningkatkan koordinasi perencanaan di bidang KSDAE dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya di bawah koordinasi P3E. Pembangunan paket data KSDAE di eko-region Papua. Pembentukan dan pengembangan KEE.